Konflik Rusia Vs Ukraina
Berusaha Lemahkan Rusia, AS Jatuhkan Sanksi Baru Buntut Invasi ke Ukraina, Nekat Putus Jalur Laut
Amerika Serikat kembali menjatukan sanksi baru pada Rusia buntut invasinya ke Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Amerika Serikat kembali menjatukan sanksi baru pada Rusia buntut invasinya ke Ukraina.
Kali ini, AS bergabung dengan Kanada dan negara-negara Eropa dalam langkah terbaru untuk menekan Rusia.
Sanksi tersebut adalah pemblokiran kapal-kapal Rusia untuk berlabuh di Amerika.

Baca juga: AS akan Kirim Lagi Rp 11,5 Triliun Bantuan Militer ke Ukraina, Total Jumlah Kini Capai Rp 43 Triliun
Baca juga: Cari Untung hingga Ingin Rusia Lemah, China hingga Eks CIA Ungkap Alasan AS Terlibat Konflik Ukraina
Dilansir TribunWow.com dari Reuters, Jumat (22/4/2022), Presiden Joe Biden mengumumkan hal ini setelah mempertimbangkannya bersama Kongres sejak awal Maret.
Ia menyatakan AS akan melarang kapal-kapal yang berafiliasi dengan Rusia dari pelabuhan-pelabuhan Amerika.
"Itu berarti tidak ada kapal yang berlayar di bawah bendera Rusia atau yang dimiliki atau dioperasikan oleh entitas Rusia, akan diizinkan untuk berlabuh di pelabuhan Amerika Serikat atau mengakses pantai kami. Tidak ada," tegas Biden pada Kamis (21/4/2022).
Sumber mengatakan bahwa pada tahun 2021 kapal Rusia melakukan sekitar 1.800 kunjungan, kurang dari 3% dari semua lalu lintas laut.
Orang-orang yang diberi pengarahan tentang masalah ini mengatakan hampir 90% dari lalu lintas itu adalah impor minyak, yang sebelumnya sudah dilarang oleh Amerika Serikat.
Perintah tersebut memberi wewenang kepada Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk mengeluarkan aturan untuk mengatur penjangkaran dan pergerakan kapal yang berafiliasi dengan Rusia.
Masalah ini mendorong tinjauan administrasi Biden yang ekstensif untuk memastikan larangan kapal Rusia tidak akan berdampak serius pada rantai pasokan AS.
Kanada pada 1 Maret menutup pelabuhannya untuk kapal-kapal milik Rusia dan melarang mereka dari perairan Kanada, dan banyak negara Eropa juga telah mengambil langkah yang sama termasuk Bulgaria, Estonia dan Italia.
Amerika Serikat sebelumnya melarang pesawat Rusia dari wilayah udara AS, bergabung dengan Kanada dan negara-negara Eropa dalam aksi tersebut.
Amerika Serikat juga telah melarang impor minyak dari Rusia.
Selain itu pada Rabu (20/4), AS juga telah menjatuhkan sanksi-sanksi baru terhadap puluhan individu dan entitas yang dituduh menghindari sanksi finansial yang diberlakukan pada Moskow.
Sanksi-sanksi itu termasuk perangkat penalti pertama terhadap perusahaan mata uang kripto, yang terkait dengan perang.
Unit sanksi Departemen Keuangan AS menyasarkan bank komersial Transkapitalbank, yang beroperasi di China dan Timur Tengah.
"Departemen Keuangan menjatuhkan sanksi terhadap Transkapitalbank, bank komersial penting Rusia yang menawarkan layanan kepada bank-bank secara global untuk menghindari sanksi internasional," kata sekretaris pers Gedung Putin Jen Psak dikutip VOA, Jumat (22/4/2022).
"Dan kepada lebih dari 40 individu dan entitas yang merupakan bagian dari jaringan penghindaran sanksi Rusia yang dipimpin oleh orang Rusia berpengaruh, Konstantin Malofeyev."
Diketahui, Transkapitalbank adalah bank komersial milik swasta Rusia yang menurut AS membantu klien yang terkena sanksi memproses pembayaran dolar, dengan menyediakan saluran komunikasi alternatif untuk menggantikan SWIFT.
Jen Psaki mengatakan sanksi terbaru ini adalah bagian dari upaya pemerintah untuk menindak mereka yang berusaha menghindari sanksi.
Baca juga: Tinggalkan AS, Media Rusia Sebut Arab Saudi akan Gabung dengan Aliansi Moskow dan China, Benarkah?
Baca juga: Turki Tuding Ada Sekutu NATO yang Ingin Konflik Ukraina terus Berlangsung demi Lemahkan Rusia
AS Akui Ingin Rusia Lemah dan Terisolasi
Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan menyampaikan pemerintah AS siap menyediakan apapun senjata yang diminta oleh Ukraina.
AS mengaku akan terus menyuplai senjata ke Ukraina untuk membantu dalam konflik melawan Rusia.
Sullivan mengatakan, pemerintah AS saat ini mengirim senjata ke Ukraina setiap hari.
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, Sullivan sendiri mengaku telah berkomunikasi dengan petinggi pejabat militer Ukraina untuk mendiskusikan senjata apa yang dibutuhkan oleh Kiev/Kyiv.
Sullivan berdalih, senjata yang akan diberikan AS ke Ukraina nantinya akan memperkuat Ukraina di medan perang serta memperkuat posisi Ukraina ketika melakukan negosiasi dengan Rusia.
Sullivan menyampaikan, pemerintah AS saat ini juga tidak lagi membeda-bedakan senjata untuk bertahan dan menyerang untuk diberikan ke Ukraina.
Bagi AS kini yang terpenting adalah memberikan Ukraina senjata yang dibutuhkan.
Sullivan menjadikan dugaan kejahatan perang yang dilakukan oleh tentara Rusia sebagai justifikasi AS mengirimkan senjata ke Ukraina.
"Lakukan apapun yang kita bisa untuk membantu Ukraina sukses," ujar Sullivan.
"Pada akhirnya, kita ingin melihat Ukraina yang bebas dan independen."
"Rusia yang semakin lemah dan terisolasi."
"Dan negara-negara barat yang semakin kuat, semakin bersatu, dan bertekad."
AS meyakini ketiga hal tersebut bisa dicapai dengan cara membantu Ukraina melawan Rusia.(TribunWow.com/Via/Anung)