Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Zelensky Peringatkan akan Adanya Perang Besar Buntut Tragedi Serangan Rusia di Kramatorsk

Ukraina telah meminta warga sipil di wilayah timur Luhansk untuk melarikan diri dari serangan Rusia.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
Instagram @zelenskiy_official
Potret Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, diunggah Selasa (1/3/2022). Terbaru, Zelensky peringatkan akan adanya ekskalasi perang buntut serangan Rusia di Kramatorsk, Minggu (10/3/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Ukraina telah meminta warga sipil di wilayah timur Luhansk untuk melarikan diri dari serangan Rusia.

Hal ini menyusul tragedi di mana lebih dari 50 orang yang mencoba mengungsi dengan kereta api tewas dalam serangan rudal di Kramatorsk, Donetsk.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan warganya untuk bersiap akan adanya ekskalasi serangan besar-besaran.

Pasukan Rusia dituding bertanggung jawab atas serangan roket yang mengincar stasiun kereta Kramatorsk, pada Jumat (8/4/2022).
Pasukan Rusia dituding bertanggung jawab atas serangan roket yang mengincar stasiun kereta Kramatorsk, pada Jumat (8/4/2022). (BBC.com)

Baca juga: Rusia dan Ukraina Saling Tuding, Ini Bukti Senjata Kimia Pemusnah Massal Digunakan dalam Perang

Baca juga: Potret Pesawat Terbesar di Dunia Milik Ukraina Hancur Dibombardir Rusia dalam Peperangan di Kiev

Dilansir TribunWow.com dari Sky News, Minggu (10/4/2022), sementara ancaman terhadap ibu kota Kyiv telah surut, ancaman lain meningkat di timur saat pasukan Rusia menarik diri dari Ukraina utara.

Zelensky pun memberitahu agar seluruh masyarakat bersiap-siap akan adanya pertempuran sengit.

"Ini akan menjadi pertempuran yang sulit, kami percaya pada perjuangan ini dan kemenangan kami. Kami siap untuk berjuang secara bersamaan dan mencari cara diplomatik untuk mengakhiri perang ini," kata Zelensky.

Saat ini, para pejabat setempat telah mendesak warga sipil untuk segera meninggalkan wilayah itu.

Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Sabtu (9/4/2022), sirene serangan udara terdengar di sebagian besar timur Ukraina pada Sabtu pagi.

Gubernur Luhansk Serhiy Gaidai, dalam pidato yang disiarkan televisi, mendesak orang-orang untuk pergi karena Rusia sedang mengumpulkan pasukan untuk melakukan serangan.

Serangan rudal sudah dilancarkan pada hari Jumat, (8/4/2022), di stasiun kereta api yang penuh dengan wanita, anak-anak dan orang tua di Kramatorsk, wilayah Donetsk.

Walikota memperkirakan 4.000 orang berkumpul di sana pada saat itu, dan sedikitnya 52 orang tewas.

Namun, ementerian pertahanan Rusia membantah bertanggung jawab atas serangan itu.

Pihaknya mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa rudal yang menghantam stasiun itu hanya digunakan oleh militer Ukraina.

Ditegaskan juga bahwa angkatan bersenjata Rusia tidak memiliki target yang ditetapkan di Kramatorsk pada hari Jumat.

"Semua pernyataan pihak berwenang Ukraina tentang serangan itu adalah provokasi," bunyi pernyataan Rusia tersebut.

Sementara itu, dikutip TribunWow.com dari bbc.com, walikota Kramatorsk, Oleksandr Honcharenk menjelaskan, momen serangan ini terjadi bertepatan saat warga menunggu kedatangan kereta pertama dalam rangka evakuasi ke tempat yang lebih aman.

Sementara itu kepala perusahaan kereta api Ukraina Oleksandr Kamyshyn menyatakan ada dua misil yang menghantam stasiun Kramatorsk.

Nathan Mook, seorang sukarelawan melihat banyak warga berkumpul di tempat kejadian perkara (TKP) saat serangan terjadi.

Ia mengaku mendengar lima hingga sepuluh ledakan di TKP.

Kantor kejaksaan Ukraina mengumumkan pada saat serangan misil terjadi, di TKP ada sekira empat ribu warga yang sebagian besar terdiri dari anak-anak dan wanita.

Gubernur Donetsk, Pavlo Kyrylenko awalnya menuding Rusia menggunakan misil jenis Iskander.

Namun tak lama kemudian Pavlo meralat pernyataannya dan mengumumkan bahwa serangan di Kramatorsk dilakukan menggunakan misil Tochka-U.

Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Rusia juga mengiyakan bahwa serangan di Kramatorsk menggunakan misil Tochka-U.

Tochka-U sendiri menurut ahli senjata dari Amnesti Internasional adalah misil yang sangat tidak akurat.

Saking tidak akuratnya, misil tersebut bisa melenceng setengah kilometer atau lebih dari target sebenarnya.

Rusia menyatakan misil jenis Tochka-U tidak mereka gunakan baik dipasukan militer Rusia maupun di Republik Donbass.

Ketua Komite Investigatif Rusia, Alexander Bastrykin menyatakan telah mengeluarkan instruksi untuk menyelidiki serangan provokasi yang terjadi di stasiun Kramatorsk.

Berdasarkan data dari Kementerian Pertahanan Rusia, misil yang menghantam Kramatorsk berasal dari pasukan militer Ukraina yang bermarkas di Dobropolye yang berjarak 45 kilometer dari tempat kejadian perkara (TKP).

Sebagai informasi, stasiun ini merupakan rute utama evakuasi warga ke luar dari timur Ukraina.

Dari foto yang diperoleh bbc.com, tampak sejumlah mobil dalam kondisi hancur.

Terdapat juga puing-puing misil milik tentara Rusia.

Di bagian samping misil tertulis "Untuk anak kami."

Dalam foto yang lain tampak jasad-jasad manusia bertebaran di jalan, sejumlah barang bawaan terpantau ditinggalkan pemiliknya seusai serangan terjadi.

Menanggapi serangan ini, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky langsung bereaksi menggunakan akun sosial media miliknya.

"Ini adalah kejahatan yang tidak mengenal batas," tulis Zelensky.

Zelensky menjelaskan, warga yang berada di Kramatorsk adalah mereka yang menunggu untuk dievakuasi.

Menurut Zelensky, pasukan militer Rusia yang kalah di medan perang melawan tentara Ukraina, akhirnya membalas dengan cara mengincar warga sipil.

Baca juga: Bersahabat dengan Vladimir Putin, Mantan PM Italia Berlusconi Kecewa Presiden Rusia Berubah Sikap

Baca juga: Akui Merasa Merinding, Petinggi Militer Ukraina Ceritakan Kasus Tentara Rusia Rudapaksa Nenek-nenek

Rusia Sebut Perang segera Berakhir

Konflik antara Rusia dan Ukraina yang pecah pada 24 Februari 2022 lalu sudah berlangsung selama satu bulan lebih, kini mendekati dua bulan.

Negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina terakhir disebut sempat menunjukkan kemajuan yang baik namun kini kembali mengalami kemunduran.

Pemerintah Rusia saat ini menyatakan ingin agar konflik yang terjadi di Ukraina segera berakhir.

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, informasi ini disampaikan oleh juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, yakni Dmitry Peskov.

Pada Kamis (7/4/2022), Peskov menyampaikan ada dua skenario berakhirnya konflik di Ukraina.

Skenario pertama adalah pasukan militer Rusia mencapai tujuan operasi militer spesial.

Lalu skenario lainnya adalah adanya kesepakatan negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina.

Peskov mengatakan, pemerintah Rusia berharap konflik dapat berakhir dalam beberapa hari ke depan.

Menurut keterangan Peskov, negosiasi damai hanya bisa tercapai apabila Ukraina setuju dengan syarat yang diajukan oleh Rusia.

Peskov menjelaskan, satu dari beberapa tujuan operasi militer Rusia di Ukraina adalah untuk menghindari potensi konflik yang lebih besar hingga perang dunia ke-3 yang kemungkinan besar akan melibatkan senjata nuklir.

Peskov menyoroti potensi konflik yang bakal terjadi apabila Ukraina bergabung dengan NATO lalu mencoba merebut Crimea menggunakan kekuatan militer.

Rusia memandang NATO bukanlah aliansi militer yang pasif hanya untuk bertahan.

"Itu dirancang untuk konfrontasi dan tujuan utamanya adalah untuk mengkonfrotasi negara kami," jelas Peskov.(TribunWow.com/Via/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
Volodymyr ZelenskyKonflik Rusia Vs UkrainaUkrainaVladimir PutinRusia
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved