Konflik Rusia Vs Ukraina
Joe Biden Pastikan NATO Tak akan Tinggal Diam jika Rusia Gunakan Senjata Kimia di Ukraina
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan sikapnya terkait konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan sikapnya terkait konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.
Sebagai anggota aktif NATO, Joe Biden menekankan bahwa organisasinya akan turun tangan jika Rusia melakukan pelanggaran perang.
Seperti misalnya jika Presiden Rusia menggunakan senjata kimia berbahaya yang dilarang dunia internasional.

Baca juga: Pejabat Rusia Ramai-ramai Mundur hingga Jadi Tahanan, Diduga Salahkan Putin Buntut Invasi ke Ukraina
Baca juga: Menteri Pertahanan Rusia Menghilang, Kejanggalan Sikap Master Perang Putin Jadi Sorotan
Dilansir TribunWow.com dari Sky News, Kamis (24/3/2022), hal ini diungkapkan setelah AS menghadiri KTT G7 dan pertemuan NATO.
Dalam pertemuan tersebut, Joe Biden sempat membahas mengenai kondisi perang Rusia dan Ukraina.
Pihaknya menegaskan tak akan tinggal diam apabila Rusia melakukan hal yang dikhawatirkan.
Yakni menggunakan senjata pemusnah massal seperti senjata kimia berbahaya.
Ketika ditanya apakah aliansi akan mengambil tindakan militer jika itu terjadi, Joe Biden hanya memberi isyarat.
"Itu akan memicu tanggapan yang sejenis," kata Joe Biden.
"Anda bertanya apakah NATO akan melanggar batas, kami akan membuat keputusan itu pada saat itu."
"Sifat tanggapan akan tergantung pada sifat penggunaannya."
Menanggapi pendapat Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson ikut berkomentar.
Ia menilai bahwa Putin semestinya tahu konsekuensi apa yang dihadapi jika nekat memakai senjata terlarang.
Boris Johnson juga menanggapi kabar propaganda dari Rusia yang menyalahkan Ukraina atas penemuan lab biologis.
Hal ini justru menjadi tanda bahwa Rusia akan melemparkan kesalahan setelah pihaknya menggunakan senjata terlarang itu.
"Anda harus memiliki sedikit ambiguitas tentang tanggapan anda, tetapi saya pikir itu akan menjadi bencana besar baginya jika dia melakukan itu, dan saya pikir dia mengerti itu," kata Boris Johnson.
"Ketika Rusia mulai melakukan hal-hal tentang 'ada pabrik di Ukraina yang memproduksi senjata biologis Amerika', anda tahu itu adalah awal dari operasi bendera palsu (flag false operation)."
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg membenarkan hal tersebut.
Ia mengungkapkan kekhawatirannya bahwa Rusia akan menggunakan senjata terlarang itu dalam waktu dekat.
Pasalnya, strategi propaganda yang dijalankan Rusia itu ternyata bukan yang pertama kalinya.
"Kami khawatir sebagian karena kami melihat retorika dan kami melihat bahwa Rusia sedang mencoba untuk membuat semacam dalih menuduh Ukraina, Amerika Serikat dan sekutu NATO bersiap untuk menggunakan bahan kimia dan senjata biologi," tutur Jens Stoltenberg.
"Dan kita telah melihat sebelumnya bahwa cara menuduh orang lain ini sebenarnya adalah cara untuk mencoba membuat dalih untuk melakukan hal yang sama pada diri mereka sendiri."
Taktik serupa telah digunakan di Suriah, di mana rezim yang didukung Rusia sering berusaha menyalahkan pemberontak yang mereka lawan ketika dituduh menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri.
Stoltenberg mengatakan jika bahan kimia digunakan, mereka dapat menyebar melintasi perbatasan, mempengaruhi salah satu negara anggotanya.
Para pemimpin NATO juga setuju untuk mengirim peralatan pelindung Ukraina untuk mempertahankan diri dari serangan biologi, kimia dan nuklir.
Baca juga: Rusia Bongkar Bukti Keterlibatan AS Dalam Lab Pengembangan Patogen Berbahaya di Ukraina
Baca juga: Rahasia Ukraina Tak Menyerah Hadapi Rusia, Ternyata Dipasok Persenjataan dari 33 Negara Berikut
Rusia Sebut Ukraina Panik
Di tengah konflik dengan Ukraina, pemerintah Rusia mengklaim menemukan bukti adanya keterlibatan Amerika Serikat (AS) dengan sejumlah bio lab di Ukraina yang meneliti penyakit berbahaya.
Menurut keterangan pemerintah Rusia, total terdapat 30 biolab di Ukraina yang aktif bekerjasama dengan AS.
Dikutip TribunWow.com dari RT.com, informasi ini disampaikan oleh Letjen Igor Kirilov selaku komandan pasukan Rusia dalam bidang pertahanan terhadap radiologi, kimiawi, dan biologis.
Letjen Kirilov menjelaskan, sebagian besar lab tersebut aktif sejak tahun 2014 lalu.
Ia juga menyampaikan, sejak lab-lab itu didirikan, sejumlah negara di Eropa pada saat yang sama mengalami peningkatan kasus penyakit menular seperti difteri, tuberculosis (TBC), hingga campak.
Letjen Kirilov melanjutkan, sejak Putin mengumumkan operasi militer spesial pada Kamis (24/2/2022), lab-lab kerja sama dengan AS yang ada di Ukraina buru-buru menghancurkan virus dan patogen yang sedang mereka teliti.
Letjen Kirilov mengklaim memiliki bukti dokumen yang berisi proses penghancuran virus dan patogen berbahya tersebut.
Berdasarkan keterangan dokumen yang diklaim diamankan oleh pasukan Rusia, penyakit berbahaya yang dipelajari di antaranya adalah anthrax.
Penelitian tersebut diduga juga memiliki kaitan dengan program militer.
Letjen Kirilov menjelaskan di bagian barat Kota Lvov, sebanyak 320 wadah berisi patogen berbahaya telah dihancurkan.
"Jika koleksi (patogen) tersebut jatuh ke tangan para ahli di Rusia, mereka sangat mungkin membuktikan Ukraina dan AS telah melanggar konvensi senjata biologis," jelasnya.
Kekhawatiran Letjen Kirilov adalah bahan-bahan penelitian yang diperlukan untuk kepentingan program militer telah dikirim ke AS.
Sementara itu Kementerian Pertahanan AS menyatakan tuduhan Rusia adalah sekadar disinformasi.
Sebelumnya, dikutip TribunWow.com dari kanal berita Rusia, Ria Novosti, Selasa (8/3/2022), Moskow mengaku telah menerima dokumen terkait dari karyawan laboratorium biologi Ukraina.
Dalam berkas tersebut, karyawan tersebut mengkonfirmasi bahwa komponen senjata biologis sedang dikembangkan di Ukraina, dekat dengan wilayah Rusia.
Perwakilan resmi Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengungkapkan temuan tersebut.
"Dalam operasi militer khusus, fakta pembersihan darurat oleh rezim Kiev dari jejak program biologis militer yang dilaksanakan di Ukraina, yang didanai oleh Departemen Pertahanan AS, terungkap," ujar Konashenkov.
Menurut militer Rusia, setelah dimulainya invasi atau operasi khusus ke Ukraina, Pentagon disebut mengalami ketakutan serius.
Disebutkan bahwa AS khawatir dunia akan mengetahui pelaksanaan eksperimen biologis rahasia yang dilakukan di wilayah Ukraina.
Maka dilakukanlah upaya untuk menyembunyikan pelanggaran oleh Washington dan Kiev terhadap aturan pertama Konvensi PBB tentang Larangan Senjata Bakteriologis (Biologis) dan Racun.
Kementerian Kesehatan Ukraina dituduh telah mengirim instruksi ke semua laboratorium biologi untuk segera menghilangkan stok patogen berbahaya.
Menurut Konashenkov, virus atau patogen tersebut bisa menyebabkan wabah penyakit serius jika dilepaskan ke udara.
Ia pun mendapat laporan adanya penghancuran penelitian besar-besaran yang dilakukan saat agresi pertama Rusia dimulai pada Kamis (24/2/2022).
"Kami telah menerima dokumentasi dari karyawan laboratorium biologi Ukraina tentang penghancuran darurat patogen yang sangat berbahaya pada 24 Februari, yakni agen penyebab wabah, antraks, tularemia, kolera, dan penyakit mematikan lainnya," ungkap Konashenkov.
Dalam waktu dekat, Kementerian Pertahanan Rusia bermaksud untuk mempresentasikan hasil analisis dokumen yang diterima.(TribunWow.com/Via/Anung)