Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Merasa Mustahil Bisa Masuk NATO, Partai Pemerintah Ukraina Usul Cari Jalan Tengah dengan Rusia

Partai pemerintah pengusung Zelensky menjelaskan bagaimana untuk sementara ini tidak ada harapan Ukraina bisa bergabung dengan NATO.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Elfan Fajar Nugroho
Kolase youtube kompastv dan Capture YouTube Daily Mail
Foto kiri: Pidato Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky merasa Ukraina telah ditinggal sendirian oleh negara-negara barat untuk menghadapi Rusia, Jumat (25/2/2022). Foto kanan: Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato menanggapi protes terhadap penyerangan militer ke Ukraina, Jumat (25/2/2022). Terbaru, pada Senin (28/2/2022) Rusia dan Ukraina mengadakan pertemuan di Belarus. 

TRIBUNWOW.COM - Partai pemerintah Ukraina pengusung Presiden Volodymyr Zelensky mengusulkan solusi lain atas konflik Rusia dan Ukraina.

Partai politik yang diketahui bernama Partai Pelayan Rakyat ini mengusulkan pemerintah Ukraina mencari jalan tengah bersama Rusia.

Parpol ini merasa untuk sementara waktu ini mustahil Ukraina bisa bergabung dengan NATO.

Baca juga: Diduga Bosan Tugasnya Hanya Upacara, Tentara di Inggris Pergi ke Ukraina Tanpa Izin

Baca juga: Foto Luar Angkasa Ukraina sebelum dan sesudah Invasi Rusia, Berubah Jadi Gelap Gulita

Dikutip TribunWow.com dari Sky News, seperti yang diketahui, satu dari beberapa syarat damai Rusia adalah Ukraina tidak bergabung dengan NATO.

"(NATO) tidak siap untuk menerima Ukraina paling tidak untuk 15 tahun ke depan, dan ini sangat jelas. Kami bahkan tidak mendapat dukungan dari aliansi (NATO) hanya dari negara-negara sebagai individu," ujar juru bicara Partai Pelayan Rakyat.

Solusi yang diusulkan oleh parpol ini adalah Ukraina membuat perjanjian keamanan baru yang dijamin oleh Amerika Serikat (AS), Turki atau negara-negara tetangga lainnya, hingga Rusia.

Parpol ini menyatakan akan mencoba memenuhi permintaan Rusia soal NATO.

Namun untuk permintaan yang lain, Parpol ini menyatakan Ukraina tidak bisa begitu saja memenuhinya.

Permintaan Putin yang lain di antaranya adalah meminta pemerintah Ukraina mengakui Crimea sebagai bagian dari Rusia dan mengakui Republik Donbass sebagai negara independen yang ada di Donetsk dan Luhansk.

Sebelumnya, sebuah sindiran pedas disampaikan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terhadap sekutunya yakni negara-negara barat.

Sindiran itu disampaikan oleh Zelensky karena ia merasa tidak kunjung diberikan bantuan untuk menghadapi pasukan militer Rusia.

Seperti yang diketahui sejak 24 Februari 2022 Presiden Rusia Vladimir Putin telah meluncurkan operasi militer spesial di Ukraina yang terus berlangsung hingga hampir dua minggu.

Dikutip TribunWow.com dari Aljazeera.com, menurut Zelensky, negara-negara barat juga bertanggung jawab atas kematian para warga Ukraina.

"Meskipun pasukan Rusia harus disalahkan atas pembunuhan yang terjadi, tanggung jawab juga dimiliki oleh mereka di kantor-kantor barat yang selama 13 hari tidak bisa mengambil keputusan yang jelas, mereka yang tidak menyelamatkan kota-kota kita dari bom dan misil, padahal mereka sebenarnya bisa," ujar Zelensky, Selasa (8/3/2022).

Baca juga: Kotanya Dikuasai Putin, Warga Ukraina Lihat Pasukan Rusia Coba Lakukan Pencitraan Pakai Cara Ini

Zelensky diketahui kerap meminta kepada negara-negara barat agar menerapkan zona dilarang terbang di Ukraina untuk meminimalisir serangan pasukan Rusia.

"Kami ulangi setiap hari: tutup langit di atas Ukraina. Tutup untuk semua misil Rusia, untuk jet tempur Rusia, untuk semua teroris mereka," katanya.

"Jika kalian tidak mau melakukannya, jika kalian enggan memberi kami setidaknya pesawat agar kami bisa melindungi diri sendiri, maka hanya ada satu hal yang bisa disimpulkan: Kalian ingin kami dibunuh perlahan-lahan," ucap Zelensky.

Selain itu, Zelensky yang diketahui getol ingin bergabung dengan NATO, kini mengakui merasa pesimis terkait kemungkinan Ukraina bisa bergabung dengan NATO.

Dikutip TribunWow.com dari Tass.com, pernyataan tersebut disampaikan oleh Zelensky pada Senin (7/3/2022) saat diwawancarai oleh stasiun televisi ABC News.

"Saya menjadi semakin tidak bersemangat tentang isu ini setelah kita mengetahui bahwa NATO tidak siap untuk menerima Ukraina," kata Zelensky.

Zelensky mengungkit bagaimana NATO khawatir apabila Ukraina bergabung dengan Rusia maka negara-negara NATO akan terlibat konflik dengan Rusia.

"Saya tidak pernah Ukraina menjadi negara yang berlutut mengemis untuk sesuatu. Dan kita tidak akan menjadi negara seperti itu," jelasnya.

Daftar Permintaan Rusia Syarat Akhiri Perang

Pada Senin (7/3/2022) pemerintah Rusia dan Ukraina kembali mengadakan pertemuan untuk membahas solusi penyelesaian konflik.

Sementara itu pemerintah Rusia telah menyampaikan sederet permintaan sebagai syarat untuk mengakhiri konflik ini.

Pemerintah Rusia menyatakan bersedia untuk menghentikan operasi militernya asalkan Ukraina bersedia memenuhi beberapa permintaan Rusia.

Dikutip TribunWow.com dari BBC.com, juru bicara Pemerintahan Rusia, Dmitry Peskov pertama menyampaikan bahwa Ukraina harus mengakui Crimea sebagai bagian dari Rusia.

Seperti yang diketahui, Crimea dianeksasi oleh Rusia dari Ukraina pada tahun 2014 lalu.

Kemudian Rusia juga meminta agar Ukraina mengakui kedaulatan Donetsk dan Luhansk sebagai negara independen.

Rusia juga meminta agar Ukraina tidak bergabung dengan blok manapun, satu di antaranya adalah NATO.

Peskov menyampaikan, apabila Ukraina bersedia memenuhi permintaan tersebut maka Rusia akan menyetop operasi militernya.

Peskov juga mengatakan bahwa Rusia tidak memiliki tujuan untuk menganeksasi wilayah Ukraina yang lainnya.

3 Skenario Akhir Rusia Vs Ukraina

Hampir dua minggu berlalu sejak Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer spesial di Ukraina pada Kamis (24/2/2022) lalu.

Sampai Selasa (8/3/2022) Putin masih belum menguasai Kiev/Kyiv yang merupakan Ibu Kota Ukraina.

Dr Chris Tuck, Pakar Konflik dan keamanan dari Universitas King, London, Inggris menyebut ada tiga kemungkinan bagaimana konflik di Ukraina akan berkahir.

Dikutip dari Sky News, menurut Tuck, Putin tidak menyangka bahwa Rusia gagal menyelesaikan operasi militer dengan cepat di Ukraina.

"Seharusnya ini (operasi militer) dilakukan secara cepat," kata Tuck.

Tuck melanjutkan, operasi militer Rusia yang gagal diselesaikan secara cepat disebabkan oleh perlawanan pasukan Ukraina yang lebih kuat di luar dugaan Rusia.

Menurut Tuck saat ini Putin hanya memiliki tiga opsi untuk mengakhiri konflik di Ukraina setelah gagal menguasai Kiev dengan cepat.

Baca juga: Hari ke-12 Invasi Rusia ke Ukraina, Penyerangan Makin Gencar sementara Koridor Kemanusiaan Gagal

Baca juga: Beranikah Putin Invasi Ukraina jika Trump Masih Presiden? Eks Dubes AS Menjawab

1. Senjata Kimia dan Nuklir

Pertama Tuck menyoroti meningkatnya intensitas aksi militer oleh Rusia.

Opsi pertama ini turut meliputi penggunaan senjata kimia dan nuklir yang sudah dimiliki oleh pasukan Rusia.

Namun menurut Tuck opsi ini sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi.

Ia menyoroti bagaimana Putin masih menganggap bahwa masyarakat di Ukraina masih banyak yang pro Rusia.

Selain itu Tuck juga menyoroti bagaimana Rusia akan mempertimbangkan risiko dari dunia internasional apabila menggunakan senjata kimia dan nuklir saat menyerang Ukraina.

2. Taktik Anaconda

Opsi kedua adalah Putin akan menggunakan taktik Anaconda yakni melilit Kyiv dengan cara menguasai kota-kota di sekitarnya.

Dengan menguasai kota-kota di sekitarnya, diharapkan moral Ukraina akan turun dan menyerah.

"Intinya Rusia akan memberi contoh kepada Ukraina bahwa terus berperang hanya akan membawa kerugian bagi mereka," jelas Tuck.

Menurut Tuck, opsi ini adalah yang paling mungkin terjadi dan diduga kuat diambil oleh Putin.

3. Negosiasi Damai

Terakhir adalah opsi damai antara Ukraina dan Rusia.

Menurut Tuck opsi ini hampir mustahil terjadi untuk sementara waktu karena Putin yakin operasi militer yang ia lakukan akan sukses.

Selain itu Tuck juga mengungkit soal gengsi dan faktor psikologis Putin jika menyetujui negosiasi damai dengan permintaan yang sedikit.(TribunWow.com/Via/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaNATOVolodymyr ZelenskyVladimir Putin
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved