Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

AS Tuding Rusia Rekrut Pasukan dari Suriah dan Negara Lain untuk Lawan Ukraina

Pemerintah AS menuding Putin saat ini sedang dalam misi merekrut prajurit dari berbagai negara lain untuk melawan pasukan Ukraina.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
Capture YouTube Daily Mail
Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato menanggapi protes terhadap penyerangan militer ke Ukraina, Jumat (25/2/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Hingga Selasa (8/3/2022), Rusia diketahui belum berhasil merebut Kiev/Kyiv sejak operasi militer spesial dilaksanakan oleh Presiden Vladimir Putin pada Kamis (24/2/2022) lalu.

Kini Rusia dituding tengah sibuk merekrut prajurit dari negara lain untuk membantu invasi di Ukraina.

Tuduhan ini disampaikan oleh Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS).

Baca juga: Rahasia Kehidupan Pribadi Putin, Sosok Istri, Isu Perselingkuhan hingga Anak yang Disembunyikan

Baca juga: Kaum Wanita Ukraina Posting Video Siap Perangi Pasukan Rusia: Kami akan Menembakimu

Dikutip TribunWow.com dari Aljazeera.com, salah satu negara yang prajuritnya direkrut oleh Rusia adalah Suriah.

Seperti yang diketahui, pada tahun 2015 silam, Rusia turut terlibat dalam perang sipil di Suriah dan berada di sisi Presiden Bashar al-Assad.

Sumber dari Kemenhan AS mengatakan, Putin saat ini sedang dalam misi melakukan perekrutan.

"Pemerintah Rusia merekrut prajurit Suriah untuk memperkuat pasukan mereka di Ukraina, kami meyakini ada kebenaran dalam informasi tersebut," ujar juru bicara Pentagon, John Kirby.

Selama konflik ini terjadi Rusia dan Ukraina saling adu klaim menyatakan bahwa pihak lawan merekrut pasukan militer dari berbagai pihak.

Putin sempat disebut telah menyewa tentara bayaran untuk menghabisi nyawa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Dikutip dari Sky News, info ini didapat dari sebuah sumber yang diwawancarai oleh media asal Inggris, The Times.

Terkait informasi ini, pemerintah Ukraina disebut telah menyadari adanya keberadaan tentara bayaran di negara mereka.

Respons pemerintah Ukraina adalah melaksanakan kebijakan jam malam di Kiev/Kyiv untuk menyisir agen-agen sabotase dari Rusia.

Sementara itu, tentara bayaran yang diperintahkan untuk membunuh Zelensky diketahui didatangkan dari Afrika oleh Grup Wagner, sebuah milisi swasta yang dimiliki oleh rekan dekat Putin.

Sumber yang diwawancarai The Times menyebut pada Januari 2022 lalu, ada 2-4 ribu tentara bayaran yang masuk ke Ukraina.

400 di antaranya datang dari Belarus dan memiliki tujuan ke Kiev.

Para tentara bayaran yang berada di Kiev dijanjikan oleh pemerintah Rusia bonus besar apabila bisa menghabisi nyawa Zelensky dan 23 tokoh lainnya yang menjadi target.

Di sisi lain, media massa asal Rusia yakni Russian Today (RT.com) memberitakan bagaimana pemerintah Ukraina melepaskan sejumlah narapidana sebagai prajurit tambahan.

Para narapidana sebelumnya telah diseleksi terlebih dahulu.

Narapidana yang dipilih untuk dilepaskan adalah mereka yang memiliki latar belakang militer hingga pengalaman bertarung.

Dikutip dari RT.com, Minggu (27/2/2022), info ini diungkapkan oleh Andrey Siniuk selaku pejabat di kantor kejaksaan saat diwawancarai oleh stasiun televisi Hromadske.

Seperti yang diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer spesial di Ukraina dengan dalih membantu warga Republik Donbass di Donetsk dan Lugansk yang memberontak dari pemerintah Ukraina dan menyatakan kemerdekaan.

"Ini merupakan masalah rumit yang diselesaikan di level tinggi," ujar Siniuk.

Siniuk menyampaikan, satu dari beberapa narapidana yang dilepaskan bernama Sergey Torbin.

Sergey Torbin adalah seorang tentara veteran yang berpartisipasi dalam konflik melawan Republik Donetsk dan Republik Lugansk.

Torbin dipenjara selama enam tahun pada tahun 208 karena aksinya membunuh seorang aktivis kemanusiaan dan anti korupsi bernama Kateryna Handziuk dengan cara disiram air keras.

Torbin kemudian diberikan hak untuk memilih narapidana lainnya sebagai anggota tim pasukan melawan Rusia.

Kemudian narapidana lain yang dibebaskan adalah ekstentara bernama Dmitry Balabukha yang dipenjara selama sembilan tahun karena menikam pria hingga mati di tahun 2018 lalu.

Tuding Ukraina Terapkan Taktik Provokasi

Pemerintah Rusia juga pernah mengungkapkan ada taktik provokasi yang dipakai oleh batalion nasionalis Ukraina.

Taktik ini melibatkan warga sipil yang tak bersalah lalu menyalahkan prajurit militer Rusia atas kondisi yang terjadi.

Informasi ini disampaikan oleh representasi permanen Rusia di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Vasily Nebenzya saat menghadiri majelis umum darurat PBB membahas Ukraina pada Rabu (2/3/2022).

Dikutip dari Tass Russian News Agency, Nebenzya mencurigai nasionalis Ukraina menggunakan warga sipil sebagai tawanan.

"Di beberapa kota di Ukraina, penduduk di sana diguanakan sebagai tameng," ujar Nebenzya.

Nebenzya menjelaskan bagaimana angkatan bersenjata Ukraina tidak memperbolehkan warga sipil untuk meninggalkan kota termasuk perempuan dan anak-anak.

"Mereka juga memaksa membawa pulang warga sipil yang telah meninggalkan kota," ungkap Nebenzya.

"Kami juga menyadari provokoasi yang direncanakan oleh batalion nasionalis, yang mana mereka mengeksploitasi warga sipil dalam rangka untuk menyalahkan prajurit militer Rusia," pungkasnya.

Dimulai pada Kamis (24/2/2022), operasi militer spesial yang diluncurkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin kini telah memasuki hari ke tujuh pada Rabu (3/3/2022).

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mencatat, per Senin (1/3/2022) terdapat 227 warga sipil Ukraina yang terbunuh dalam invasi.

Sedangkan 525 warga lainnya mengalami luka-luka.

Dikutip dari Sky News, warga sipil tewas karena senjata yang menyebabkan ledakan.

Beberapa contoh dari senjata tersebut adalah peluru dari artileri, sistem peluncur roket hingga serangan udara.

PBB turut menyatakan bahwa jumlah korban jiwa dapat lebih tinggi dari perkiraan karena keterlambatan laporan.

Penasihat Presiden Ukraina melaporkan ada dua ribu warga sipil Ukraina yang tewas sejak invasi Rusia dimulai.

Sementara itu, kini Rusia dicurigai oleh jaksa dari International Criminal Court (ICC) telah melakukan kejahatan perang saat melakukan operasi militer di Ukraina.

Dikutip dari RT.com, juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov kemudian menjawab pertanyaan jurnalis pada Selasa (1/3/2022) terkait kecurigaan jaksa ICC.

Dugaan Rusia melakukan kejahatan perang sebelumnya dilaporkan oleh pemerintah Ukraina.

Peskov tegas membantah Rusia melakukan kejahatan perang di Ukraina.

Ia juga membantah kabar pasukan Rusia telah memakai senjata yang dilarang seperti peluru cluster dan senjata thermobaric di Ukraina.

Peskov turut menegaskan soal pasukan militer Rusia yang tidak pernah mengincar warga sipil.

"Pasukan Rusia tidak menyerang warga sipil atau perumahan penduduk," ujar Peskov.

Peskov turut mengomentari bagaimana Amerika Serikat mengompori negara-negara lain untuk memberikan sanksi terhadap Rusia.(TribunWow.com/Via/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Amerika SerikatKonflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaVladimir PutinVolodymyr ZelenskySuriah
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved