Konflik Rusia Vs Ukraina
Warga Kulit Hitam Alami Rasisme di Ukraina saat Mengungsi: Memperlakukan Kami seperti Binatang
Dipukuli hingga dilarang menyeberangi perbatasan, warga non Ukraina yang mau mengungsi alami perlakuan rasis di Ukraina.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Sejak Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan operasi militer spesial pada Kamis (24/2/2022), penduduk di Ukraina berbondong-bondong pergi mengungsi.
Mirisnya, di tengah keadaan darurat perang, perlakuan rasisme ternyata masih terjadi di Ukraina.
Perlakuan rasis ini khususnya dirasakan oleh mereka yang bukan warga asli Ukraina.

Baca juga: Ditanya soal Kejahatan Perang di Ukraina, Rusia Menjawab dan Bantah Hoaks Pakai Senjata Terlarang
Baca juga: Adu Klaim Rusia Vs Ukraina, Putin Sewa Pembunuh Bayaran hingga Ukraina Manfaatkan Napi Pembunuh
Ditayangkan pada YouTube BBC News Indonesia, Selasa (1/3/2022), sejumlah video menampilkan perlakuan rasis pasukan militer Ukraina.
Di video pertama tampak seorang pria yang sedang mengungsi merekam situasi di perbatasan.
Ia menampilkan bagaimana sejumlah warga kulit hitam tertahan di perbatasan.
"Mereka tidak mengizinkan orang kulit hitam masuk," ujar perekam.
"Hanya perempuan dan anak-anak warga Ukraina yang diizinkan menyeberang."
Pada video yang lain tampak warga kulit hitam dilarang melintasi perbatasan oleh seorang anggota pasukan militer Ukraina.
Mereka ditelantarkan begitu saja di stasiun kereta.
Menurut keterangan Jurnalis BBC, Parham Ghobadi, perlakuan rasis yang dialami oleh warga non Ukraina adalah tidak diperbolehkan membeli tiket kereta hingga didorong ke antrean paling belakang.
Seorang wanita kulit hitam menceritakan bagaimana dirinya dan sesama warga kulit hitam lain diperlakukan seperti binatang.
"Kami lelah dan lapar, kami belum tidur selama dua hari karena semua hal ini," ucap wanita tersebut.
"Kami merasa sangat marah akan hal ini."
"Mengapa mereka mengutamakan warga Ukraina untuk keluar perbatasan dan meninggalkan kami di negara mereka."
"Mereka memperlakukan kami seperti binatang, kami disuruh duduk dan berdiri, mendorong kami, memukul dengan tongkat," ungkapnya.
Wanita itu juga menceritakan bagaimana aparat yang berlaku rasis turut menembakkan senjata ke udara untuk membuat takut warga sipil.
Berdasarkan kesaksian wanita itu, perlakuan rasis dialami oleh semua warga non Ukraina.
Saat dihubungi oleh BBC.com, pasukan keamanan Ukraina yang ada di perbatasan belum menjawab
Simak videonya mulai menit awal:
Prajurit Ukraina Tembaki Rumah Warga Sipil
Sebelumnya diberitakan, prajurit dari layanan keamanan Ukraina bersama pasukan ultranasionalis Azov disebut telah melakukan tindakan provokasi menembaki perumahan warga sipil.
Penembakan dilakukan seakan-akan mereka merupakan pasukan militer Rusia.
Informasi ini disampaikan oleh Tass Russian News Agency, media massa yang dikelola oleh pemerintah Rusia.
Menurut petinggi milisi di Republik Donbass, Eduard Basurin, provokasi ini terjadi di Mariupol.
"Pasukan nasionalis Azov saat ini sedang mempersiapkan aksi provokasi di Mariupol melibatkan non kombatan," ujar Basurin.
"Pasukan layanan keamanan Ukraina bersama prajurit dari Azov berencana menembaki rumah warga sipil dan penduduk Mariupol sambil menyamar sebagai pasukan militer Rusia," ungkapnya.
Pasukan Azov sendiri sebelumnya sempat menjadi kontroversi di media sosial (medsos).
Dalam cuitan akun resmi Twitter milik Garda Nasional Ukraina @ng_ukraine, tampak Batalion Azov yang merupakan bagian dari Garda Nasional Ukraina melumuri peluru senjata mereka menggunakan lemak babi.
Peluru tersebut diakui oleh prajurit Batalion Azov untuk melawan pasukan muslim Chechen asal Republik Chechnya yang membantu Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan invasi.
Dalam video itu prajurit dari Batalion Azov mengucapkan kalimat provokatif sebagai berikut:
"Wahai saudara muslimku. Di negara kami kau tidak akan masuk surga. Kau tidak akan diperbolehkan masuk ke surga. Tolong pulang lah, di sini kau akan menemui masalah. Terima kasih atas perhatianmu, sampai jumpa," ucap prajurit Azov tersebut sembari melumuri peluru pakai lemak babi.
Sementara itu akun Garda Nasional Ukraina tampak mendukung tindakan yang dilakukan oleh prajurit Batalion Azov tersebut.
Batalion Azov sendiri merupakan milisi ultranasionalis di Ukraina yang disebut termasuk sebagai grup neo Nazi.
Para prajurit batalion Azov diketahui juga masih memakai lambang-lambang Nazi di dalam pasukannya seperti logo Wolfsangel yang dipakai oleh prajurit Nazi selama perang dunia ke-2.
Sementara itu Putin saat mengumumkan operasi militer spesial pada Kamis (24/2/2022) menyatakan tujuannya melakukan invasi adalah melakukan demiliterisasi dan denazifikasi.
Di sisi lain, selama lima jam perwakilan Ukraina dan Rusia telah berdiskusi membicarakan operasi militer spesial yang dilakukan oleh Presiden Vladimir Putin.
Diskusi yang digelar pada Senin (28/2/2022) bertempat di Belarus.
Media asal Rusia yakni RT.com menjelaskan, Ukraina dan Rusia telah mencapai kesepakatan dalam sejumlah hal.
Diskusi antara kedua belah pihak diketahui akan dilanjutkan di lain kesempatan.
Topik diskusi yang dibicarakan pada Senin kemarin adalah gencatan senjata di Ukraina.
Penasihat Presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak menyebut sudah ada beberapa solusi yang disorot.
"Beberapa solusi tertentu telah digarisbawahi," jelas Podolyak.
Sementara itu Ajudan Presiden Putin, Vladimir Medinsky menyebut sudah ada beberapa poin yang dapat dipenuhi oleh kedua belah pihak.
Perwakilan dari Ukraina yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan Ukraina, Alexey Reznikov telah meminta agar segera dilakukan gencatan senjata dan meminta Rusia menarik pasukan militernya.
Di sisi lain berdasarkan media Sky News yang berbasis di Inggris, diskusi antara Ukraina dan Rusia di Belarus berlangsung sulit karena pihak Rusia yang bias.
"Pihak Rusia sayangnya masih memiliki pandangan yang bias terkait proses destruktif yang mereka lakukan," terang Podolyak. (TribunWow.com/Anung)