Terkini Internasional
Buntut Kritik Invasi Yaman, 3 Negara Ikuti Langkah Arab Saudi Usir Dubes Lebanon hingga Larang Impor
Uni Emirat Arab, Bahrain dan Kuwait mengumumkan akan mengikuti langkah Arab Saudi sebagai bentuk solidaritas seusai beredarnya kritik menteri Lebanon.
Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM – Uni Emirat Arab (UEA) menjadi negara ketiga yang mengumumkan akan mengikuti langkah Arab Saudi, dengan menarik utusan diplomatiknya dari Lebanon pada Sabtu (30/10/2021).
Keputusan itu merupakan bentuk “solidaritas” dengan Arab Saudi seusai beredarnya kritik menteri Lebanon terhadap intervensi militer yang dipimpin Riyadh di Yaman, dikuti dari AFP, Minggu (31/10/2021).
Perselisihan tersebut juga menyebabkan Arab Saudi melarang impor barang-barang Lebanon.

Baca juga: Baku Tembak Mematikan Terjadi saat Aksi Protes di Jalanan Beirut, 6 Orang Tewas dan 30 Terluka
Baca juga: Buntut Komandan Hamas Tewas dan Bantu Palestina Lawan Israel, Lebanon serta Suriah Luncurkan 6 Rudal
Sementara itu, Kuwait dan Bahrain juga telah ikut serta mengusir utusan Lebanon di negara mereka.
Lebanon yang berada dalam kondisi krisis perpolitikan dan ekonomi, tak ayal mendapatkan pukulan besar.
Selama ini, negara itu telah mengandalkan bantuan keuangan dari negara-negara Teluk untuk menyelamatkan perekonomiannya.
"UEA mengumumkan penarikan diplomatnya dari Lebanon dalam solidaritas dengan Kerajaan saudara Arab Saudi, sehubungan dengan pendekatan yang tidak dapat diterima dari beberapa pejabat Lebanon terhadap Arab Saudi," kata Kementerian Luar Negeri UEA dalam sebuah pernyataan.
Tak hanya itu, warga UEA juga dilarang bepergian ke Lebanon untuk saat ini.
Pecahnya krisis bermula ketika Arab Saudi menarik duta besarnya dari Lebanon pada Jumat (29/10/2021).
Negara itu juga memerintahkan utusan Lebanon untuk meninggalkan kerajaan dalam waktu 48 jam.
Tak lama setelahnya, Bahrain dan Kuwait mengikuti langkah tersebut dengan mengumumkan tindakan serupa, Sabtu (30/10/2021).
Perseteruan dipicu oleh beredarnya siaran wawancara pada pekan ini, di mana Menteri Informasi Lebanon George Kordahi mengkritik intervensi militer pimpinan Arab Saudi di Yaman melawan pemberontak Houthi.
Dalam pernyataannya, Kordahi menyebut perang tujuh tahun di Yaman sia-sia dan menyerukan untuk mengakhirinya.
Dia juga mengatakan Houthi yang bersekutu dengan Iran “membela diri mereka sendiri, melawan agresi eksternal”, yang menyinggung pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi.
“Pemerintah Kerajaan menyesali hasil hubungan dengan Republik Lebanon karena otoritas Lebanon mengabaikan fakta, dan kegagalan mereka untuk mengambil tindakan korektif,” kata pernyataan yang diterbitkan oleh kantor berita Arab Saudi, SPA, pada Jumat (29/10/2021), dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (30/10/2021).
Disebutkan bahwa wawancara Kordahi tersebut dilakukan pada Agustus lalu, namun baru ditayangkan Senin (25/10/2021).
Kordahi yang merupakan mantan presenter TV, mengaku komentarnya adalah pendapat pribadi dan dibuat sebelum dia bergabung dengan pemerintah sebagai menteri.
Baca juga: PM Lebanon Hassan Diab Mengundurkan Diri Pascaledakan Beirut, Sebut Mau Bersama Rakyat Lawan Pelaku
Baca juga: Mantan Mata-mata Sebut Mohammed bin Salman Psikopat, Pernah Ingin Bunuh Pemimpin Arab Saudi
Dalam sebuah pernyataan Jumat lalu, Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengatakan dia “menyesali” keputusan Saudi.
“Kami juga mengimbau para pemimpin saudara Arab untuk bekerja dan membantu mengatasi krisis ini untuk menjaga kohesi Arab,” kata Mikati.
Awal pekan ini, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Bahrain memanggil duta besar mereka ke Lebanon sebagai tanggapan atas komentar tersebut.
Sementara itu, Dewan Kerjasama Teluk (GCC) mengutuk pernyataan Kordahi.
Bahkan, ada beberapa seruan dari para pemimpin pro-Saudi agar Kordahi dicopot dari pemerintahan.
Dilansir dari Reuters, Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan bahwa dia menginginkan hubungan terbaik dengan Arab Saudi pada Sabtu (30/10/2021).
Aoun berusaha untuk menyembuhkan keretakan dengan kerajaan setelah mengusir utusan Beirut dan melarang impor Lebanon, sebagai imbas perselisihan diplomatik yang berisiko menambah krisis ekonomi di negaranya.
Dia melalui akun Twitternya, menyebut tertarik untuk memperkuat hubungan melalui kesepakatan bilateral.
Menyusul perseteruan itu, pertemuan krisis yang melibatkan menteri Lebanon digelar pada Sabtu selama hampir tiga jam.
Pengunduran diri Kordahi akan memiliki efek tak terduga yang dapat mengancam pemerintahan koalisi PM Najib Mikati.
Menteri Luar Negeri Abdallah Bou Habib mengatakan pembicaraan PM Mikati dengan pejabat dari sejumlah negara bagian, menunjukkan penentangan terhadap pengunduran diri pemerintah.
“Mereka memberi tahu Mikati, ‘jika Anda berpikir tentang pengunduran diri, singkirkan itu dari kepala Anda,’” katanya.
Di sisi lain, Kordahi juga telah menolak untuk meminta maaf atau pun mengundurkan diri atas komentarnya. (TribunWow.com/Alma Dyani P)
Berita terkait Arab Saudi lain