Terkini Internasional
15 Orang Tewas dan 2 Juta Warga Kena Dampak Banjir di China, Rumah hingga Peninggalan Budaya Rusak
Banjir terjadi di Provinsi Shanxi, China Utara, seusai dilanda hujan lebat terus-menerus, terhitung 15 tewas dan hampir dua juta warga kena dampak.
Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM – Banjir besar terjadi di Provinsi Shanxi, China Utara, seusai dilanda hujan lebat terus-menerus hingga menyebabkan setidaknya 15 orang tewas.
Dilaporkan oleh media pemerintah China, Global Times, hujan deras terjadi mulai 2 Oktober lalu dan menyebabkan lebih dari 1,75 juta orang dari 11 kota di Shanxi terkena dampak, kata pihak berwenang pada konferensi pers, Selasa (12/10/2021).
Terhitung 120.100 warga mengungsi karena hujan deras yang juga membuat 37 sungai di Shanxi meluap.

Baca juga: Xi Jinping Marah atas Pidato Presiden Taiwan Tak Mau Tunduk pada China, Sebut Memutarbalikkan Fakta
Baca juga: Viral Warga China Pakai Alat Nonaktifkan Speaker Jarak Jauh karena Takut Tegur Geng Nenek Penari
Hujan lebat juga mengancam peninggalam budaya, terutama arsitektur kuno di Shanxi.
Pemeriksaan menemukan 1.763 relik di Shanxi dilaporkan rusak hingga runtuh.
Administrasi Warisan Budaya Nasional mengirim ahli dan mengalokasikan dana untuk penyelamatan dan restorasi relik tersebut.
Dilansir dari The Independent, bagian dari tembok bersejarah di kota kuno Pingyao, Shanxi yang terdaftar di UNESCO juga rusak akibat hujan.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa sejumlah monumen bersejarah di kota tersebut terancam runtuh.
Setidaknya 166 lokasi wisata juga telah ditutup.
Kerugian ekonomi langsung diperkirakan mencapai Rp 10,9 triliun dengan 19.500 rumah dilaporkan roboh, sementara 18.200 lainnya rusak berat.
"Lima belas orang tewas akibat bencana itu, dan tiga orang masih hilang," kata pejabat manajemen darurat setempat, Wang Qirui, dikutip dari AFP.
Shanxi adalah salah satu daerah penghasil batu bara terbesar di China.
Sedikitnya 60 tambang batu bara di provinsi tersebut sempat ditutup sementara karena banjir, meskipun China sedang dilanda krisis listrik.
Wang Qirui menyatakan dari total 60, hanya tersisa empat tambang batu bara saja yang belum beroperasi normal saat ini.
Shanxi menerima lebih dari tiga kali lipat rata-rata curah hujan bulanan untuk Oktober hanya dalam lima hari pada minggu lalu.

Pemerintah provinsi mengatakan curah hujan tersebut telah memecahkan rekor di beberapa daerah.
Foto-foto yang diterbitkan surat kabar negara bagian, Shanxi Evening News, menunjukkan polisi lalu lintas menggendong anak-anak sekolah di punggung mereka saat mengarungi air setinggi pinggang setelah beberapa kendaraan terjebak.
Beberapa wilayah di seluruh China telah dilanda banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya tahun ini.
Baca juga: Pemadaman Listrik Massal di China karena Krisis Energi Ganggu Aktivitas Warga dan Bisnis
Baca juga: Tuai Kritik Warga hingga Pakar, China Bunuh 3 Kucing Peliharaan seusai Positif Virus Covid-19
Ribuan orang dievakuasi di provinsi Hubei dan Sichuan pada musim panas ini karena hujan deras.
Sementara lebih dari 300 orang tewas di provinsi Henan, China tengah, setelah hujan deras pada bulan lalu.
Para ahli mengatakan peristiwa cuaca yang aneh, seperti banjir besar dan kekeringan yang mengancam, menjadi semakin umum karena perubahan iklim.
Baru-baru ini, China telah dilanda pemadaman listrik yang meluas di tengah rekor harga batu bara, kontrol harga listrik negara bagian, dan target emisi yang ketat yang telah menekan pasokan listrik.
Tahun ini, ketika dunia kembali dibuka setelah pandemi virus Covid-19, permintaan atas barang-barang China melonjak.
Hal itu membuat pabrik-pabrik di negara itu membutuhkan lebih banyak daya listrik untuk aktivitas produksi.
Di sisi lain, aturan yang diberlakukan oleh Beijing saat berusaha membuat negara itu netral karbon pada tahun 2060 mendatang, telah menyebabkan produksi batu bara melambat.
Permintaan listrik yang meningkat, juga ikut mempengaruhi harga batu bara di negara itu.
Pemerintah yang secara ketat mengendalikan harga listrik, membuat perusahaan pembangkit listrik tenaga batu bara juga tidak mau beroperasi karena ancaman kerugian.
Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC), telah menguraikan sejumlah langkah untuk menyelesaikan masalah krisis listrik di China itu.
Langkah itu termasuk bekerja sama dengan perusahaan pembangkit listrik untuk meningkatkan output, serta memastikan pasokan penuh batu bara dan mempromosikan penjatahan daya listrik. (TribunWow.com/Alma Dyani P)
Berita terkait China lain