Breaking News:

Terkini Internasional

Menderita selama 40 Tahun di Korea Utara, Warga Jepang Tuntut Kim Jong Un

Hiroko Saito mengajukan gugatan kepada Kim Jong Un karena merasa tertipu untuk pindah ke Korea Utara dan menderita selama empat dekade.

Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Mohamad Yoenus
AFP
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un. Hiroko Saito mengajukan gugatan kepada Kim Jong Un atas penderitaannya selama 40 tahun di Korea Utara. 

TRIBUNWOW.COM – Warga negara Jepang, Hiroko Saito mengajukan gugatan kepada Pemerintah Korea Utara yang dipimpin oleh Kim Jong Un.

Hiroko Saito menderita kelaparan dan mendapatkan penindasan selama 40 tahun di Korea Utara sebelum berhasil lari ke Jepang, dilansir dari Wionews pada Rabu (8/9/2021).

Saito melayangkan gugatan ke Pengadilan Distrik Tokyo bersama lima temannya dan meminta tanggung jawab pemerintah Korea Utara untuk cobaan berat mereka.

Foto yang diambil media pemerintah Korea Utara KCNA pada 1 Mei 2020, menunjukkan seremoni peresmian pabrik pupuk Sunchon di Provinsi Pyongan Selatan, Korea Utara. Peresmian ini juga dihadiri Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un, yang muncul untuk pertama kalinya di depan publik setelah menghilang selama 20 hari. KCNA merilis foto-foto ini pada Sabtu (2/5/2020).
Foto yang diambil media pemerintah Korea Utara KCNA pada 1 Mei 2020, menunjukkan seremoni peresmian pabrik pupuk Sunchon di Provinsi Pyongan Selatan, Korea Utara. Peresmian ini juga dihadiri Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un, yang muncul untuk pertama kalinya di depan publik setelah menghilang selama 20 hari. KCNA merilis foto-foto ini pada Sabtu (2/5/2020). (KCNA VIA KNS/AFP)

Baca juga: Militer Korea Selatan Pantau Korea Utara Jelang Parade Militer Perayaan Hari Nasional

Baca juga: China Rencanakan Pertemuan dengan Korea Selatan, Bicarakan Hubungan Diplomatik dan Korea Utara

Saito merasa tertipu untuk pindah ke Korea Utara pada 1960-an karena dijanjikan negara itu adalah surga di bumi.

"Kami telah diberitahu bahwa kami akan pergi ke surga di Bumi,” ungkap Saito.

Saito menyatakan ada 97 ribu orang lainnya yang pindah ke Korea Utara bersamanya.

Dia juga dijanjikan akan memiliki apartemen sendiri, pekerjaan dan fasilitas kesehatan serta pendidikan yang digratiskan.

“Mereka memberi tahu kami bahwa kami tidak perlu membawa apa pun, bahwa semuanya akan disediakan. Mereka terus mengulangi bahwa itu adalah surga,” tambahnya.

Saito menyadari dirinya tertipu saat tiba di Korea Utara menggunakan kapal laut dan melihat anak laki-laki berpakaian lusuh.

"Kemudian kami tiba dan saya melihat anak laki-laki dari kapal. Dia hanya memiliki kemeja tua compang-camping dan tidak ada apa-apa di bagian bawah tubuhnya,” ungkap Saito.

Baca juga: Tolak 3 Juta Dosis Vaksin Sinovac untuk Covid-19, Korea Utara: Alihkan ke Negara yang Lebih Parah

“Dia tampak kurus dan miskin. Saat itulah saya tahu kami telah tertipu," kata Saito yang berusia 80 tahun, kepada DW.

Saito dan ratusan orang lain yang kembali dari Jepang sampai di Chongjin pada 1961.

Dia disambut oleh penduduk miskin dan tentara bersenjata lengkap.

Situasi di Korea Utara dikatakan semakin memburuk bertahun-tahun kemudian.

Setelah empat dekade kelaparan, penindasan dan kekerasan yang dialaminya, Saito akhirnya bisa melarikan diri melintasi perbatasan ke China dan kembali ke Jepang pada tahun 2001.

Kini Saito mengajukan gugatan atas apa yang dia rasakan saat itu dan kasusnya akan diputuskan pada 14 Oktober mendatang.

Meskipun dalam gugatannya dia juga menuntut kompensasi dari pemerintah Kim Jong-un, Saito mengatakan apa yang dilakukannya bukan tentang uang. (TribunWow.com/Alma Dyani P)

Berita terkait Korea Utara lain

Tags:
Korea UtaraJepangKim Jong UnTokyo
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved