Breaking News:

Virus Corona

Ramai Dibandingkan India, Jokowi Turunkan Harga PCR dan Segerakan Hasil Tes: Paling Lambat 1x24 Jam

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan instruksi untuk menurunkan harga tes Polymerase Chain Reaction (PCR).

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
Capture YouTube Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan penurunan harga PCR dan percepatan hasil tes 1x24 jam, Minggu (15/8/2021). 

TRIBUNWOW.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan instruksi untuk menurunkan harga tes Polymerase Chain Reaction (PCR).

Selain itu, Jokowi juga menekankan agar hasil tes tersebut bisa diketahui paling lambat dalam waktu sehari.

Hal ini dilakukan setelah ramai adanya perbandingan antara harga tes PCR di Indonesia dan India yang mencapai selisih hingga 10 kali lipat.

Ilustrasi swab pengambilan sample untuk tes Covid-19.. Petugas medis Dinas Kesehatan Kota Bogor melakukan swab test Covid-19 di Pasar Bogor, Selasa (12/5/2020).
Ilustrasi swab pengambilan sample untuk tes Covid-19. Petugas medis Dinas Kesehatan Kota Bogor melakukan swab test Covid-19 di Pasar Bogor, Selasa (12/5/2020). (KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Baca juga: Harga Tes PCR Indonesia Nyaris 10 Kali Lipat Lebih Mahal Dibanding India, Begini Kata Kemenkes

Baca juga: Biaya PCR di India Hanya Rp 97 Ribu saat di Indonesia Capai Rp 900 Ribu, Hotman: Kapan Dibuat Murah?

Dilansir akun Instagram @jokowi, Minggu (15/8/2021), melalui sebuah video, Jokowi menyatakan penurunan harga PCR tersebut sebagai cara memperbanyak testing.

Pihaknya telah berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan Budi Gunadi untuk dapat merealisasikan hal tersebut.

Sebelumnya, tes PCR dibanderol dengan harga Rp 800 ribu hingga jutaan rupiah.

Namun, Jokowi meminta agar tes tersebut diturunkan hingga kisaran harga Rp 450.000 - Rp 550.000.

Tak hanya itu, Jokowi juga meminta agar percepatan pengumuman hasil tes dilakukan.

Sehingga, hasil tes tersebut bisa diketahui dalam waktu paling lambat 1x24 jam.

"Salah satu cara untuk memperbanyak testing adalah dengan menurunkan harga tes PCR," kata Jokowi.

"Dan saya sudah berbicara dengan menteri kesehatan mengenai hal ini, saya minta agar biaya tes PCR berada di kisaran harga 450 ribu rupiah sampai 550 ribu rupiah."

"Selain itu juga saya minta tes PCR bisa diketahui hasilnya dalam waktu maksimal 1x24 jam."

"Kita butuh kecepatan," tandasnya.

Sementara itu, dalam kolom keterangan, Jokowi kembali menuliskan penegasan dari pernyataan tersebut.

"Saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Penanganan pandemi Covid-19 ini butuh kecepatan: cepat melakukan tes (testing), menelusuri kontak erat (tracing), dan merawat pasien yang terbukti positif (treatment).

Untuk itulah, saya menginstruksikan Menteri Kesehatan agar hasil tes PCR bisa diketahui paling lambat 1x24 jam. Selain itu, harga tes PCR ini diturunkan sampai di kisaran Rp 450.000-Rp 550.000."

Diketahui, belakangan ramai diberitakan mengenai tes PCR di India yang hanya dihargai 500 Rupee atau sekitar Rp 97.079.

Jika sampel diambil di rumah maka akan ada tambahan biaya menjadi 700 Rupee atau Rp 135.912.

Sedangkan biaya antigen sebesar 300 Rupee atau Rp 58.243 saja.

Hal ini pun menjadi perhatian berbagai pihak, baik dari asosiasi buruh maupun pengacara kondang Hotman Paris Hutapea yang menuntut agar harga tes PCR di Indonesia dievaluasi dan dibuat lebih murah.

Baca juga: PCR Jadi Syarat Masuk Mal, dr Tirta Sindir Kementerian Ini: Mau Dagang PCR Apa Gimana?

Baca juga: Sentil Jokowi, Hotman Paris Usulkan Tes PCR Gratis: Berapa Juta Penduduk yang Tidak Sanggup Membayar

Lihat tayangan selengkapnya dari menit pertama:

Kata Eks Direktur WHO

Berkaca pada India, perbedaan selisih harga mencapai 10 kali lipat itu memang menyita sorotan sejumlah pihak.

Tak ayal bila kemudian sebagian menilai bahwa mahalnya harga tes PCR juga menjadi faktor penyebab rendah dan lambannya proses testing serta tracing Covid-19 di Indonesia.

Diberitakan TribunKesehatan, Eks Direktur WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama meminta adanya penelusuran mendalam mengenai tingginya biaya tes PCR.

Berdasarkan penuturan seorang temannya, Tjandra menyampaikan bahwa ada kemungkinan pemerintah India memberikan subsidi terkait biaya tes PCR.

Hal itu mungkin saja terjadi sebagai bagian penanggulangan pandemi Covid-19.

"Juga mungkin karena ada fasilitas keringanan pajak, yang saya tidak punya informasi yang pasti tentang hal itu.

"Banyak juga dibicarakan tentang lebih murahnya bahan baku untuk industri. Juga mungkin ketersediaan tenaga kerja yang besar jumlahnya," ujar Tjandra kepada Tribun, Sabtu (14/8/2021).

Semua kemungkinan tersebut memang perlu dianalisa lebih lanjut.

Namun yang pasti, selain tarif PCR, harga obat-obatan di India juga terlampau lebih murah bila dibandingkan dengan Indonesia.

"Pada waktu saya 5 tahun bertugas di WHO Asia Tenggara yang berkantor di New Delhi India maka setiap kali pulang ke Jakarta dirinya selalu membawa titipan obat-obat dari teman-teman di Indonesia untuk konsumsi sehari-hari mereka," ujarnya.

Pengalaman Tjandra sewaktu menjabat Direktur WHO Asia Tenggara dan berkantor di New Delhi, biayanya tes PCR 2.400 rupee, atau Rp 480.000.

Sementara pada saat itu tarif tes PCR di Indonesia masih sekitar lebih dari Rp 1 juta.

Pada November 2020 pemerintah kota New Delhi menetapkan harga baru yang jauh lebih rendah lagi.

Dari yang semula 2400 rupee dipangkas hanya menjadi 1.200 rupee atau Rp 240.000, atau turun separuhnya.

Tarif PCR tersebut kemudian turun lagi menjadi 800 rupee saja (Rp 160.000) untuk pemeriksaan di laboratorium dan RS swasta.

Selanjutnya awal Agustus 2021 ini pemerintah kota New Delhi menurunkan lagi patokan tarifnya, menjadi 500 rupee, atau Rp 100 ribu saja.

Kalau pemeriksaannya dilakukan di rumah klien maka tarifnya adalah 700 rupee, atau Rp 140 ribu rupiah.

Sementara itu tarif pemeriksaan rapid antigen adalah 300 rupee atau Rp 60 ribu rupiah.

Pemerintah kota New Delhi juga meminta agar laboratorium swasta di kota itu dapat menyelesaikan pemeriksaan dan memberi tahu hasilnya ke klien dalam satu kali 24 jam, termasuk juga melaporkannnya ke portal pemerintah yang dikelola oleh Indian Council of Medical Research (ICMR).

Sehingga, data tersebut segera dikompilasi di tingkat nasional, mencegah keterlambatan pelaporan, inisiatif yang bagus.

"Tentang perbandingan harga tes PCR dengan India, sebenarnya bukan hal yang baru," kata Tjandra. (TribunWow.com)

Baca artikel lain terkait

Tags:
Virus CoronaCovid-19PCRPresiden Joko Widodo (Jokowi)
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved