Breaking News:

Virus Corona

Fakta Covid-19 Varian Delta Plus, Ditemukan di India hingga Sudah Masuk Indonesia

Virus Covid-19 yang terus bermutasi menjadi perhatian tersendiri di kalangan ahli

Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Rekarinta Vintoko
Kompas.com
Ilustrasi anak terinfeksi Covid-19 

TRIBUNWOW.COM - Virus Covid-19 yang terus bermutasi menjadi perhatian tersendiri di kalangan ahli. 

Ada banyak kekhawatiran bahwa antibodi baik yang didapat secara alami dari penyintas Covid-19 atau yang telah mendapat vaksinasi bisa berkurang. 

Sejauh ini gejala dan cara penularan hampir sama, tetapi beberapa dikatakan lebih menular dibanding varian asli yang pertama kali ditemukan di China

Melansir The Conversation, Pemerintah India mendeteksi mutasi baru pada varian Delta.

Pemerintah India juga mendorongnya untuk diklasifikasikan sebagai varian yang menjadi perhatian atau variant of interest.

Baca juga: Cukup Isolasi Mandiri Sesuai Anjuran, Lakukan Tes Covid-19 Mandiri Bisa Bahaya, Simak Risikonya

Kementerian kesehatan India menyebut varian baru tersebut sangat mengkhawatirkan karena ada bukti peningkatan penularan.

Varian baru, yang dikenal sebagai 'Delta plus', AY.1 atau B.1.617.2.1, memiliki mutasi ekstra pada protein lonjakan virus SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.

Ditemukan di India

Mutasi ini ditemukan pada sampel dari 48 orang yang terinfeksi varian Delta di India, dari lebih dari 45 ribu sampel.

Penemuan ini pertama kali dikabarkan pada bulan Juni.

Ini juga menjadi kekhawatiran sendiri mengingat varian Delta dianggap yang paling menular meski ada varian baru lain Covid-19.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), varian Delta telah menyebar ke seluruh dunia dan berada di jalur untuk menjadi strain dominan dunia.

Varian tersebut telah menjadi strain dominan yang menyebabkan gelombang kedua yang melumpuhkan di India.

Kini, Inggris dan Amerika Serikat yang juga mengalami gelombang kedua, dianggap sebagai ulah dari varian Delta.

Studi telah menemukan itu dapat mereplikasi lebih cepat, menyebar lebih mudah, dan mengikat lebih kuat ke reseptor sel paru-paru.

Juga, dalam studi pra-cetak peer reviewed, para peneliti Delhi menemukan varian tersebut menyebabkan tiga perempat infeksi di kota.

Ini adalah infeksi pada orang yang telah divaksinasi, sekitar 8 persen dari infeksi terobosan ini memiliki varian Kappa, dan 76 persen memiliki varian Delta.

Baca juga: Perhatikan Hal Berikut jika Merawat Keluarga Terinfeksi Covid-19 yang Isolasi Mandiri di Rumah

Baca juga: Pasien Covid-19 Jabar yang Isolasi Mandiri Bisa Pinjam Tabung Oksigen via Pikobar, Begini Caranya

Vaksin Masih Dianggap Efektif

Menurut kementerian kesehatan India, Delta plus dapat memiliki kemampuan yang sama untuk menghindari kekebalan dan kemampuan untuk mengurangi efek terapi antibodi monoklonal yang digunakan untuk mengobati Covid-19.

Mutasi ini mengkhawatirkan karena terletak di bagian penting virus, protein lonjakan, yang digunakan untuk menembus sel manusia.

Mutasi sebelumnya telah terjadi pada domain pengikatan reseptor dari protein lonjakan yang memungkinkan virus untuk menempel pada reseptor di sel kita.

Mutasi unik pada varian Delta berarti virus dapat lolos dari sistem kekebalan sampai batas tertentu.

Tetapi varian Delta sebelumnya juga telah terbukti mengurangi efektifitas vaksin.

Itu menyebabkan adanya anggapan bahwa hanya menerima satu dosis vaksin tidak akan memberi dampak yang signifikan.

Namun, dosis kedua telah terbukti menghasilkan antibodi yang cukup terhadap infeksi simtomatik dan penyakit parah.

Penting untuk diingat bahwa sebagian besar vaksin Covid tidak memberikan kekebalan sterilisasi mutlak, tetapi bekerja untuk mengurangi keparahan penyakit.

Peneliti Inggris menemukan vaksin Pfizer memiliki kemanjuran 33 persen terhadap Delta setelah satu suntikan, dan 88 persen setelah kedua dosis.

Sedangkan untuk vaksin AstraZeneca, kemanjurannya hanya 33 persen setelah dosis pertama tetapi naik menjadi 60 persen setelah dosis kedua.

Varian Delta plus mungkin memiliki tingkat pengurangan kemanjuran yang sama terhadap vaksin yang saat ini digunakan.

Meskipun belum ada data yang bisa memastikan hal tersebut.

Studi sedang dilakukan di India untuk menilai efektivitas vaksin terhadap Delta plus.

Belum Tercatat Sebagai Varian yang Mengkhawatirkan

Penting untuk dicatat bahwa Delta plus belum terdata tersebar secara masif, dan WHO belum mengklasifikasikannya sebagai varian yang mengkhawatirkan.

Varian dengan peningkatan penularan dan potensi untuk lolos dari antibodi menimbulkan ancaman bagi upaya untuk mengendalikan dan mengurangi pandemi.

Dan negara-negara dengan tingkat vaksinasi rendah mungkin melihat wabah baru.

Dalam menghadapi pandemi Covid-19, tidak ada tindakan khusus yang perlu diambil setelah berbagai varian baru bermunculan.

Kita harus terus mendapatkan jumlah maksimum orang yang divaksinasi, meningkatkan pengawasan genomik untuk melacak evolusi virus, dan mengikuti perilaku yang sesuai dengan Covid-19.

Sudah Masuk Indonesia

Hingga kini ada satu kasus yang diketahui sebagai terinfeksi oleh virus varian Delta Plus.

Hal itu dikonfirmasi oleh Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio yang menyebut kasus varian Delta Plus yang ditemukan di Indonesia baru terdeteksi satu kasus di Mamuju, Sulawesi Barat.

Hal ini juga mengkoreksi pengumuman sebelumnya yang menyatakan varian delta plus telah ditemukan sebanyak tiga kasus, yaitu satu di Mamuju dan dua kasus di Jambi.

"Pada hari ini ada perubahan berdasarkan kajian molekuler lebih dalam, ternyata Delta Plus itu baru satu, yaitu yang di Mamuju," ujar Amin, dikutip dari Tribunnews.com, Senin (2/8/2021).

"Ternyata yang di Jambi itu harus dikoreksi bukan varian Delta Plus tapi ke kelompoknya varian lokal Indonesia yang B1466.2," tambahnya. (TribunWow.com/Afzal Nur Iman)

Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya

Sebagian artikel ini diolah dari Tribunnews.com yang berjudul Lembaga Eijkman Koreksi Dua Kasus di Jambi, Bukan Varian Delta Plus

Tags:
Covid-19Virus CoronaIndiaIndonesiaVarian Delta PlusChinaDelta
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved