Virus Corona
Ridwan Kamil Sebut Golongan Denial Covid Sedikit tapi Bising, Najwa Shihab Setuju: Mikrofonnya Besar
Ridwan Kamil dan Najwa Shihab memiliki pandangan yang sama terkait golongan masyarakat yang tak percaya Covid-19.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sepaham dengan presenter acara Mata Najwa, Najwa Shihab ketika membahas golongan masyarakat yang denial atau tidak percaya Covid-19.
Kedua tokoh itu meyakini bahwa golongan denial Covid sesungguhnya sedikit namun selalu bersuara seakan-akan merepresentasikan masyarakat banyak padahal tidak.
Ridwan Kamil menyayangkan masyarakat golongan denial masih ribut memperdebatkan Covid atau tidak dibanding mengambil langkah konkrit untuk menangani masalah ini.

Baca juga: Rusak Ambulans yang Bawa Pasien, Sopir Truk di Bantul Menyesal Percaya Hoaks: Termakan Isu Sosmed
Baca juga: Dokter Lois Janji Tak Akan Sebar Hoaks Covid Lagi, Ini Sikap dr. Tirta: Kapok yah
Pembahasan golongan masyarakat denial itu dilakukan oleh Ridwan Kamil dalam acara Mata Najwa, Kamis (15/7/2021).
"Sekarang jujur nih kang, sekarang lebih banyak yang denial atau golongan dua (menerima Covid)?" tanya Najwa.
"Lebih banyak golongan dua menurut saya, golongan dua itu nerima Covid tapi enggak denial, tapi belum taat," jawab Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil menjelaskan, golongan masyarakat denial sesungguhnya sedikit namun termasuk noisy minority (minoritas yang berisik).
"Jadi jumlahnya enggak banyak tapi bising," kata dia.
Mendengar jawaban Ridwan Kamil, Najwa pun mengiyakan.
"Bising sekali ya rasanya sampai seolah-olah semuanya kita masuk golongan denial, padahal kalau dilihat-lihat jumlahnya sangat minim cuma mikrofonnya betul-betul besar," kata Najwa.
Ridwan Kamil lalu memberikan contoh ibaratnya sedang membangun jembatan yang putus, masyarakat golongan denial masih berdebat apakah jembatan yang putus disebabkan alien, negara asing, dan teori-teori liar
"Jadi enggak produktif," kata dia.
Percaya Konspirasi hingga Teori RI Dikuasai China
Pada segmen sebelumnya, Ridwan Kamil menyebutkan, ada beberapa paham keyakinan yang dianut oleh golongan masyarakat denial Covid.
Ridwan Kamil menjelaskan saat ini masyarakat terbagi dua, ada yang orientasi kesehatan dan ekonomi.
Kemudian masyarakat kini memperoleh asupan informasi dari empat sumber yakni pemerintah, expert atau ahli, influencer (tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh digital/selebgram), hingga provokator.
Baca juga: Bongkar Hoaks Covid Dokter Lois, dr Tirta Bantah Pasien Meninggal gara-gara Obat: 90 Persen Sembuh
Ridwan Kamil mengatakan informasi yang dihasilkan pun menjadi beragam, mulai dari kredibel dan ilmiah, hingga hoaks.
Akibatnya masyarakat kini terbagi menjadi tiga kelompok.
Golongan pertama adalah mereka yang tidak percaya Covid atau denial.
"Ada yang masih di kelompok golongan denial, yang tidak menerima, tidak percaya Covid," kata Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil memaparkan, golongan ini memercayai informasi yang tidak ilmiah dan tidak kredibel seperti teori konspirasi.
"Maka konsumsi informasinya, konspirasi, Covid bisnis, China kuasai RI, globalist (agenda elit), dicovidkan, haram, settingan pemerintah, endorsement Covid, dan lain-lain," ujar pria yang kerap disapa Emil itu.
Selanjutnya ada golongan menerima dan golongan adaptasi.
"Mayoritas sebenarnya sudah di golongan menerima, dan golongan yang beradpatasi," kata Ridwan Kamil.
Terkait golongan menerima, Ridwan Kamil menjelaskan golongan ini percaya Covid namun belum taat sepenuhnya menjalankan protokol kesehatan.
Sedangkan golongan adaptasi mulai bisa patuh dan hidup normal di tengah pandemi seperti di Jepang dan Eropa.
Ridwan Kamil menyampaikan, saat ini kondisi masyarakat tengah lelah, capek dan marah karena kondisi Covid-19.
"Pesan saya dari semua ini dahulukan pesan dari pemerintah dan dahulukan pesan dari expert, serahkan pada ahlinya," kata dia.
"Jangan ahli musik ngomongin kesehatan, kan enggak nyambung."
"Kalau kita ngomong musik nanyanya ya ke pemusik bukan ke dokter."
"Kalau ngomongin Covid nanyanya ke dokter," lanjutnya.
Pria yang akrab disapa Kang Emil itu juga meminta agar para influencer melakukan cek ulang jika ingin membagikan informasi seputar Covid-19.
Simak videonya mulai menit ke-4.29:
Ridwan Kamil Beri Tips Hadapi Covidiots
Sebelumnya diberitakan, sebutan Covidiots banyak digunakan di berbagai negara di dunia.
Julukan tersebut kerap disematkan kepada orang-orang yang tidak percaya akan keberadaan dan bahaya dari pandemi Covid-19.
Sementara itu, lewat akun media sosial pribadinya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberikan tips untuk menghadapi para Covidiots.

Tips tersebut diunggah oleh Ridwan Kamil di akun Instagram miliknya @Ridwan Kamilkamil, Rabu (23/6/2021).
Ridwan Kamil mengutip sebuah nasihat dari tokoh Islam yakni Imam Syafi'i.
Kesimpulan dari ssi pesan tersebut agar tidak meladeni orang-orang bodoh berdebat.
Berikut wejangan lengkap dari Imam Syafi'i yang dikutip oleh Ridwan Kamil.
"Apabila orang bodoh mengajak berdebat denganmu, sikap terbaik adalah diam.
Apabila kamu melayaninya kamu akan susah sendiri.
Apabila kamu berteman dengannya, maka ia akan selalu menyakiti hatimu."
Dalam kolom caption unggahannya, Ridwan Kamil berpesan kepada publik agar fokus kerja dan berikhtiar.
"Tips menghadapi Covidiots Warriors.
Mari fokus bekerja dan berikhtiar menyelesaikan pandemi yang ada di sekitar kita.
Bangun semangat menggebu di hari Rabu."
Unggahan tersebut kemudian ramai dikomentari oleh warganet yang turut merasa resah dengan keberadaan Covidiots.
"Setuju pak @Ridwan Kamilkamil aku sendiri kesalll. Dulu pas banyak covid banyak org teriakk kapan ini di vaksin. Saat jadwal vaksin sudah ada, muncul alasan lagi aduhh takut ahh, takut ga aman, takut ini itu, ngerii banyak yg meninggal. Ribet banget emank. Tp pengen covid berkurang," tulis @canro.simarmata.
"Betul sekali pak,, saya skr lagi terjangkit covid, dan komen di salah satu akun bahwa covid itu ada dan rasanya memang bener2 ga enak,, eehh tapi gejala covid ini ga seberapa sakitnya dibanding baca balasan balasan komennya, dibilang lebay lah, dibilang bohong lah, dibilang cebongers lah,, mereka tuh bukannya bersyukur aja gitu ya, allah udah lindungi dari wabah ini, tapi malah juliiddd mulu," ujar @happybells_.
"Jangan biarkan semangat memudar karena omongan yg tidak bermutu," kata @dhu_yuand.
"Kyaknya sdh lelah y kang ngadepin org2 kyak gitu..semangat y..jgn pernah menyerah..semangat," tulis @sariratnawatijs.
Dikutip dari Kompas.com, sebutan Covidiots pernah digunakan oleh Politikus dari Partai Sosial Demokrat Jerman (SPD) Saskia Esken.
“Mereka tidak hanya membahayakan kesehatan kita, mereka juga membahayakan kesuksesan penanganan pandemi virus corona,” tulis Esken di akun Twitternya.
Sebutan tersebut kala itu ia tujukan kepada masyarakat yang unjuk rasa di Berlin, Jerman, pada Sabtu (1/8/2020).
Unjuk rasa itu dilakukan oleh orang-orang yang tidak percaya Covid-19 dan aktivis anti-vaksin.
Banyak dari mereka membawa spanduk yang menolak untuk menggunakan masker.
Di bagian negara lain, tepatnya di Jepang, sebutan Covidiots juga pernah digunakan.
Kala itu tagar twitter Covidiot ramai digunakan karena banyak warga yang membandel ketika diminta untuk diam di rumah.
"Orang Jepang kalau sudah bandel begitu harus disindir bukan dikeraskan. Makanya lari ke tagar Covidiot dan pasti malu maka akan menghentikan tingkah lakunya yang aneh-aneh dan bandel," kata sumber Tribunnews.com seorang pejabat pemerintah Jepang, Jumat (27/3/2020).
(TribunWow.com/Anung)