Kabar Tokoh
Sosok Ahmad Yani, Petinggi KAMI yang Rumahnya sempat Dilempari Bom Palsu
Ahmad Yani menuturkan, benda mencurigakan itu ditemukan pertama kali oleh asisten rumah tangganya yang hendak membuang sampah.
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Ketua Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Ahmad Yani tengah menjadi sorotan publik.
Hal tersebut disebabkan lantaran kediaman Ahmad Yani diduga dilempari bom oleh orang tidak dikenal.
Peristiwa itu terjadi pada Jumat (26/3/2021) sekira pukul 06.30 WIB di Cipinang Indah, Cipinang, Jakarta Timur.
Ahmad Yani menuturkan, benda mencurigakan itu ditemukan pertama kali oleh asisten rumah tangganya yang hendak membuang sampah.
Baca juga: Rumahnya Diteror Bom Palsu, Petinggi KAMI Tak Merasa Punya Musuh: Security Ngomong Ada 2 Orang
Baca juga: Sosok Assanur Rijal Torres, Striker Persiraja Banda Aceh yang Cetak Hattrick di Piala Menpora 2021
Benda tersebut terbungkus dalam tas yang berisi tabung dan jam menyerupai bom.
Petugas keamanan di lingkungannya juga sempat melihat dua orang yang berada di dekat lokasi.

Setelah tim gegana diterjunkan, benda mencurigakan tersebut akhirnya berhasil dievakuasi.
Sebelumnya, Ahmad Yani juga sempat mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari orang tak dikenal.
Pada 19 Agustus 2020 lalu, Ahmad Yani dan beberapa deklarator KAMI mengaku akun pribadi mereka diretas.
Bahkan, peretasan itu sudah dilakukan sebelum KAMI mendeklarasikan diri di Tugu Proklamasi pada 18 Agustus 2020 lalu.
Kemudian, awal Desember 2020, Ahmad Yani juga sempat terseret dalam kasus ujaran kebencian yang melibatkan salah satu deklarator KAMI, Anton Permana.
Baca juga: Sosok Model Lawas Sari Nila Berhasil Pukau Penonton Ikatan Cinta dengan Peran Tegas Mama Rosa
Lantas, siapakah sosok Ahmad Yani dan bagaimana sepak terjangnya selama ini?
Berikut Tribunnews.com rangkum dari berbagai sumber:
Profil Ahmad Yani dan Sepak Terjangnya
Sepak terjang Ahmad Yani di dunia politik mulai dikenal ketika menjadi anggota DPR RI Periode 2009-2014.
Kala itu, Yani menjadi anggota Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) DPR RI.
Sebelum terjun ke dunia politik, Yani aktif di bidang hukum dan tercatat sempat menjadi pengacara di beberapa LBH (Lembaga Bantuan Hukum).
Yani juga aktif sebagai dosen di Fakultas Hukum Universitas Nasional dan Universitas Islam Atthariyah.
Oleh karena itu, Yani menduduki anggota Komisi III DPR RI yang membidangi hukum dan perundang-undangan, hak asasi manusia, dan keamanan.
Selama aktif sebagai anggota DPR RI, Yani dikenal sebagai salah satu anggota yang vokal dengan pendapatnya.
Hingga akhirnya, nama Yani kian melambung pada 2013, ketika dipercaya menjadi salah satu anggota Tim Pengawas Century.
Adapun, Timwas Century dibentuk sebagai salah satu rekomendasi Panitia Khusus Skandal Century untuk mengawasi kinerja KPK dalam memproses skandal pengucuran dana talangan sebesar Rp 6,7 triliun.
Baca juga: Asisten Ingin Bongkar Sosok Mantan Raffi Ahmad yang Diberi Mobil, Suami Nagita Beri Uang Tutup Mulut
Calonkan Diri sebagai Ketum PPP
Ahmad Yani sempat mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PPP dalam Muktamar VII PPP yang dilaksanakan 3-7 Juli 2011 di Bandung, Jawa Barat.
Bahkan, Yani yang saat itu masih menduduki jabatan di Komisi III DPR RI mengaku siap meninggalkan Senayan jika terpilih.
Namun, keinginan Yani untuk menjadi orang nomor satu di PPP gagal dan nama Suryadharma Ali kembali memimpin PPP dalam periode 2011-2015.
Saat PPP dilanda perpecahan, Yani kembali mencalonkan diri sebagai ketua umum dalam Muktamar PPP VIII kubu Suryadharma Ali di Jakarta pada November 2014.
Sementara itu, penyelenggaraan serupa digelar oleh kubu M Romahurmuziy di Surabaya.
Namun, nama Ahmad Yani kembali gagal menjadi Ketua Umum PPP pada 2014.

Suryadharma Ali sempat mengatakan, ada dua calon ketua umum yang kuat, yakni Djan Faridz dan Ahmad Yani.
Namun, dalam pengesahannya, nama Ahmad Yani tidak ada dalam bursa calon ketua umum PPP.
Alhasil, dalam muktamar tersebut, Djan Faridz terpilih sebagai ketua umum secara aklamasi.
Yani pun menilai muktamar tersebut lebih buruk daripada muktamar yang digelar di Surabaya.
"Skenario tersebut sebenarnya tidak menjadi masalah, saya hanya menawarkan pemilihan dipilih secara demokratis."
"(Saya nilai) Ini lebih buruk daripada muktamar di Surabaya," ujarnya saat meninggalkan arena Muktamar di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Minggu (2/11/2014) silam.
Gagal Menuju Senayan Kedua Kali
Kemudian, pada Pemilu 2014, Ahmad Yani gagal mempertahankan kursinya di DPR RI.
Dari hasil rekapitulasi suara di daerah pemilihannya, Sumatera Selatan 1, PPP belum memperoleh satu pun kursi di Senayan.
Ia pun sempat mengklaim kehilangan puluhan ribu suara hingga akibat 'permainan' oleh pihak penyelenggara pemilu, khususnya KPU Kabupaten Musi Rawas.
Bahkan, semua saksi parpol keberatan sehingga menolak hasil rekapitulasi KPU Kabupaten Musi Rawas.
"KPU sangat memprihatinkan. Jauh-jauh hari sudah melakukan transaksi suara. Dan itu saya alami sendiri."
"Di samping penggelembungan, ada pengurangan suara sistematis," ujar Yani dengan semangat di tengah rapat pleno terbuka, dikutip Tribunnews.com, Kamis (1/5/2014) lalu.
Kemudian, pada 2018, Yani berpindah poros dari PPP menuju Partai Bulan Bintang (PBB).

Alasannya, ia menilai PPP tak lagi merepresentasikan kepentingan umat Islam sehingga Yani dan sejumlah rekannya pindah ke PBB.
Pada Pemilu 2019, Ahmad Yani pun kembali mendaftar sebagai calon legislatif dapil DKI Jakarta I.
Namun, Yani kembali gagal melangkah ke Senayan.
Setelah gagal menjadi Caleg, Yani sudah tidak lagi menjadi bagian dari pengurus atau anggota PBB.
Namanya pun kembali muncul setelah ia bergabung dengan sejumlah tokoh yang menjadi deklarator di Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).
KAMI diketahui memiliki tujuan untuk mengoreksi kebijakan negara yang dinilai masih banyak permasalahan.
Mereka menilai, KAMI hadir sebagai bentuk keresahan atas kondisi negara Indonesia saat ini yang dinilai telah melenceng.
Yani pun berdiri atas nama pribadi dalam acara deklarasi KAMI di Tugu Proklamasi pada Selasa (18/8/2021) lalu.
Baca juga: Sosok Arbi Sanit, Pengamat Politik yang Pernah Sarankan Jokowi Tiru Soeharto hingga Kritik DPR
Pendidikan
- SD Muhamadiyah Palembang Tahun 1975
- SMP Muhamadiyah Palembang Tahun 1979
- SMAN 3 Palembang Tahun 1982
- Sarjana Muda Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Jakarta Tahun 1986
- Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Jakarta Tahun 1988
- Magister Hukum Universitas Indonesia Program Hukum Ekonomi Tahun 2003
Karir
- Yaskabakum sebagai Pembela Umum/Pengacara Tahun 1988 s/d 1992
- Law Office Husni & Partner sebagai Partner Tahun 1990-1994
- Law Firm H.D.Y sebagai Senior Patner Tahun 1994 s/d 1996
- Law Firm DYT & Partner sebagai Managing Director Tahun 2003
- Dosen FH Univ. Nasional Jabatan Lektor Kepala Tahun 2003 s/d sekarang
- Dosen FH Univ. Islam Atthariyah Jabatan Lektor Kepala Tahun 2003 s/d 2009
- Law Office Ahmad Yani & Associates sebagai Founder Tahun 2003 s/d 2009
- Anggota Komisi III DPR RI 2009-2014
(Tribunnews.com/Maliana)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul PROFIL Ahmad Yani, Petinggi KAMI yang Rumahnya Dilempari Bom, Dua Kali Gagal jadi Ketum PPP