Vaksin Covid
Benarkah Vaksin Covid-19 Sebabkan Kemandulan? Simak Penjelasan Ahli
Ada sejumlah informasi salah terkait vaksin Covid-19, satu di antaranya adalah vaksin dapat menyebabkan kemandulan. Ini penjelasan ahli.
Editor: Rekarinta Vintoko
Lantas, dari mana asal munculnya klaim atas kemandulan karena vaksin Covid-19?
Asal Rumor Vaksin Covid-19 Sebabkan Kemandulan
Ahli menjelaskan bahwa kekhawatiran akan vaksin Covid-19 yang disebut dapat menyebabkan kemandulan muncul melalui serangkaian informasi di media sosial.
Banyak informasi tanpa penjelasan yang tepat yang menunjukkan bahwa vaksin Pfizer berkaitan dengan protein yang ditemukan di dalam plasenta yang disebut syncytin-1.
Dalam suatu postingan menyebut bahwa vaksin corona yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech mengandung syncytin-1 atau protein spike yang merupakan bagian dari vaksin mirip dengan syncytin-1.
Baca juga: Daftar 10 Pertanyaan soal Vaksin Covid-19 hingga Penyakit yang Dimiliki, Simak Jawaban IDI
Oleh sebab itu, informasi yang salah ini menyebabkan kekhawatiran bahwa vaksin Pfizer tersebut akan melatih sistem kekebalan tubuh menyerang plasenta orang tersebut.
Syncytin-1 bukanlah salah satu bahan vaksin.
Dalam hal kesamaan dengan protein spike, ini tidak cukup untuk menyebabkan masalah respon auto-imun.
Semua protein terbuat dari untaian panjang asam amino yang dilipat menjadi bentuk 3D yang rumit.
Profesor Catherine Thornton dari Swansea University, Wales, Inggris menjelaskan agar antibodi salah mengenali syncytin-1 sebagai SARS-CoV-2, harus ada kemiripan asam amino yang cukup dalam string ini (yang tidak ada).
"Asam amino kritis akan perlu dikelompokkan bersama dalam molekul 3D dengan cara yang cukup mirip dan dapat diakses, padahal sebenarnya tidak," kata Profesor Thornton.
Berbagai studi telah menunjukkan bahwa antibodi terhadap protein spike SARS-CoV-2 tidak menyerang plasenta, karena telah ditemukan antibodi SARS-CoV-2 pada bayi yang baru lahir.
Antibodi ini telah melewati plasenta dari ibunya ketika mereka terinfeksi selama masa kehamilan.
Lalu, apakah teknologi vaksin RNA generasi mendatang akan memperhatikan kesuburan?
Alih-alih menggunakan protein spike itu sendiri untuk membuat respons imun, vaksin generasi berikutnya ini justru menggunakan sepotong kode genetik, RNA.