Breaking News:

Terkini Daerah

Kisah Kampung di Ponorogo yang Tidak Berpenghuni, Ini Alasan di Balik Pindahnya Warga

Ada cerita di balik satu kampung di Kabupaten Ponorogo yang tidak berpenghuni.

TRIBUNMADURA.COM/SOFYAN CANDRA ARIF SAKTI
Rumah di Kampung Sumbulan, Desa Plalangan, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, Rabu (3/3/2021). 

TRIBUNWOW.COM - Ada cerita di balik satu kampung di Kabupaten Ponorogo yang tidak berpenghuni.

Kampung yang ditinggal warganya itu bernama Kampung Sumbulan, Desa Plalangan, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Saat TribunJatim.com, mengunjungi kampung, hanya ada empat rumah yang masih berdiri di Kampung Sumbulan.

Baca juga: Sempat Menolak, Rizal Ramli Klaim Dulu Mau Jadi Menteri karena Jokowi Meminta Tolong dengan Sangat

Tampak pintu-pintu rumah warga Kampung Sumbulan tertutup dan tidak ada aktivitas sama sekali.

Sebagian rumah warga Kampung Sumbulan juga tampak reot dan struktur bangunannya sudah rusak.

Satu-satunya bangunan yang masih digunakan aktivitas kampung yang berjarak 10 Km dari pusat kota Ponorogo tersebut adalah masjid.

Kepala Desa Plalangan, Ipin Herdianto menceritakan dulunya kampung tersebut ramai seperti kampung lainnya

"Dulu ada 15an KK (kepala keluarga) hampir jadi satu RT," kata Ipin, Rabu (3/3/2021).

"Tapi berangsur-angsur warga pergi hingga kampung tersebut benar-benar tak berpenghuni 5 tahun yang lalu," sambung dia.

Ipin mengaku tidak mengetahui secara pasti alasan warga di Kampung Sumbulan meninggalkan kampung halamannya.

"Kalau dibilang mistis, hampir semua tempat sama saja, semua tempat ada cerita itu. Jadi saya rasa bukan alasan itu," ucap Ipin.

Baca juga: Herzaky Minta KLB Bodong Tak Diselenggarakan: Sudah Mantan Kader, Masih Mau Ikutan Urus Demokrat

Keluarga terakhir yang bertempat tinggal di Kampung Sumbulan pergi dari kampung tersebut karena ikut anaknya.

"Keluarga lainnya ada yang dibelikan perumahan di tempat lain, jadi tidak ada alasannya itu apa," jelas Ipin.

Tohari, eks warga Kampung Sumbulan mengaku, sehari-hari menyempatkan diri untuk menengok kampung halamannya tersebut.

Ia selalu mampir ke kampung halamannya tersebut sepulang dari sawahnya.

Tohari tidak ingin masjid di kampung tersebut mangkrak tak digunakan sama sekali.

"Sepulang dari sawah saya ke sini. Untuk Salat Dhuhur dan Salat Ashar," jelas Tohari, Rabu (3/3/2021).

"Kalau waktunya salat Subuh, Maghrib, Isya ya kosong," lanjutnya.

Tohari menceritakan, dulunya kampung tersebut ramai layaknya kampung yang lain.

Bahkan sempat ada pesantren yang mempunyai cukup banyak santri.

Namun mulai tahun 1960 an, warga kampung Sumbulan mulai meninggalkan kampung halamannya.

"Misalnya menikah, warga sini selalu pindah ikut pasangannya. Lalu ada juga yang kerja dan pindah rumah," terang Tohari.

Baca juga: Sebut SBY Benteng Terakhir Amankan AHY, Pengamat: Pikirkan Cara Lain untuk Goyang Kubu Cikeas

Begitupun Tohari yang memutuskan untuk pindah ke Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Babadan pada tahun 1982.

Mayoritas, penyebab warga Kampung Sumbulan pindah adalah akses jalan yang sulit.

Walaupun tidak terlalu jauh dari pusat kota, Kampung Sumbulan memang terbilang terpencil.

Warga harus melewati jalan setapak lebih dari 3 Km di tengah hamparan sawah yang jauh dari kampung lainnya.

"Sebenarnya ya enak saja tinggal di sini. Listrik juga sudah ada. Tapi tidak ada tetangganya," jelas Tohari.

Ia menambahkan, masih mempunyai rumah di kampung tersebut yang tiap hari ia bersihkan.

"Masjidnya masih di pake, masih bersih. Dhuhur juga masih dipakai, kadang orang ke sawah juga mampir kesitu untuk ibadah," terang Ipin.

Masjid tersebut, lanjut Ipin merupakan peninggalan pesantren yang dulu didirikan oleh pendiri kampung tersebut.

"Jadi dulu ada pondok kawak untuk kegiatan mengaji jaman dulu, untuk penyebaran Islam," imbuhnya.

Masjid tersebut lebih ramai saat Bulan Ramadhan tiba.

Beberapa warga dari kampung sekitar akan mengisi masjid tersebut untuk salat tarawih walaupun harus jalan kaki melewati jembatan bambu.

"Sebenarnya tempatnya nyaman. Kalau orang dulu menganggapnya tempatnya 'sidem', masih banyak pohon, dirasakan beda adem. Jadi warga dari kampung-kampung lainnya juga biasa ke situ," pungkasnya.

Baca juga: Viral Video Wanita Pamerkan Pelat Mobil Dinas TNI Palsu, Unggah Permintaan Maaf: Sangat Menyesal

Jika akses jalan diperbaiki, tidak menutup kemungkinan banyak warga yang akan kembali tinggal di kampung tersebut.

Suasana Kampung Sumbulan juga sangat asri.

Sebab, kampung tersebut terletak di tengah hamparan sawah dan jauh dari kampung lainnya.

Selain itu, pohon-pohon rindang juga tumbuh subur di kampung yang berjarak 10 Km dari pusat Kabupaten Ponorogo tersebut.

Salah satu tanaman yang menjadi ciri khas kampung tersebut adalah pohon sawo kecik yang banyak tumbuh di sejumlah sudut kampung. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunmadura.com dengan judul Kampung di Ponorogo ini Ditinggal Pergi Warganya, Ada Cerita di Balik Penyebab Penghuninya Pindah

Tags:
PonorogoJawa TimurKampung SumbulanKepala Desa
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved