Isu Kudeta Partai Demokrat
Ingatkan Moeldoko Dapat Jabatan karena Jasa SBY, Eks KSP: Kalau Suka, Bisa Ditawarin ke Demokrat
Mantan staf KSP Bambang Beathor Suryadi menganalisis pernyataan Kepala KSP Moeldoko yang terseret dalam isu kudeta Partai Demokrat.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Mantan staf Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Bambang Beathor Suryadi, menganalisis pernyataan Kepala KSP Moeldoko yang terseret dalam isu kudeta Partai Demokrat.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Sapa Indonesia Malam di Kompas TV, Minggu (7/2/2021).
Diketahui, pihak Demokrat mengungkapkan dugaan isu penggulingan para petingginya yang direncanakan 5 tokoh, termasuk Moeldoko.

Baca juga: Herzaky Klaim Ada Aliran Uang di Pertemuan Kader Demokrat dengan Moeldoko, Segini Besarannya
Moeldoko juga diisukan tengah membidik pemilihan presiden (pilpres) 2024.
Menanggapi hal itu, Bambang menilai Moeldoko bisa saja dikorbankan oleh orang lain demi menggoyang Demokrat.
"Saya melihatnya begini. Bisa saja Moeldoko juga adalah korban dari permainan politik dari orang-orang yang ingin mengganggu Demokrat," komentar Bambang Beathor Suryadi.
Ia menyinggung video pernyataan Moeldoko yang menyebutkan dirinya tidak berambisi menjadi calon presiden di 2024.
"Kalau saya baca berulang-ulang dari video (klarifikasi) Pak Moeldoko, dia sebenarnya tidak pernah bicara 2024," lanjut Bambang.
Meskipun begitu, Bambang mengingatkan dinamika politik sangat cair sehingga bisa saja seseorang ditempatkan dalam posisi tertentu tanpa diduga.
Ia memberi contoh kedekatan Moeldoko dengan pendiri sekaligus mantan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Tapi namanya politik, kadang-kadang rezeki itu datang," singgung Bambang.
"Kita bisa lihat. Moeldoko jadi panglima TNI itu karena SBY. Moeldoko jadi Kepala KSP juga karena tawaran SBY," lanjut dia.
Baca juga: Beredar Isu Moeldoko Minta Jabatan ke SBY Jadi Ketum Demokrat, Marzuki Alie Ngaku Namanya Terseret
Berdasarkan fakta tersebut, tidak menutup kemungkinan SBY menarik Moeldoko ke partainya.
"Kemungkinan kalau SBY memang suka sama Moeldoko, dia tawarin saja ke Demokrat 'kan bisa saja. Orang mereka berkawan, itu urusan mereka," terang Bambang.
Meskipun begitu, Bambang meyakini Moeldoko tidak memiliki niat mengajukan diri dalam kontestasi politik 2024.
"Dia berulang-ulang di videonya, saya lihat dia tidak (berniat maju di 2024)," kata Bambang.
Walaupun demikian, Bambang menyebut banyak orang yang menganggap Moeldoko berpotensi diajukan dalam pilpres mendatang.
"Tapi 'kan ada orang yang melihat bahwa Moeldoko ini punya potensi," ungkapnya.
"Setelah dilihat dia punya potensi jadi presiden, dia lihat dari partai mana yang sangat dekat dengan Moeldoko," lanjut Bambang.
"Sekarang kelihatannya kedekatan dia dengan SBY inilah yang dimanfaatkan oleh kawan-kawan untuk mencoba benar enggak Moeldoko ini bisa ditawarkan," tambah dia.
Lihat videonya mulai menit ke-4.00:
Herzaky Klaim Ada Aliran Uang di Pertemuan Kader Demokrat dengan Moeldoko
Kepala Badan Komunikasi dan Strategi (Bakomstra) DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra mengonfirmasi isu adanya aliran dana dalam upaya penggulingan partainya.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan kepada Dosen Sosiologi Politi Universitas Indonesia (UI) Arief Munandar dalam kanal YouTube Bang Arief, Jumat (5/2/2021).
Diketahui pihak Demokrat menuding Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menemui sejumlah kadernya untuk membicarakan upaya perbuatan makar.
Baca juga: Tak Terima Moeldoko Disasar Demokrat karena Orang Dekat Jokowi, Ruhut Sitompul: Lihat Gaya Mereka
Moeldoko sendiri mengakui adanya pertemuan tersebut, tetapi ia membantah adanya pembicaraan kudeta.
Selain itu, beredar isu ada sejumlah uang yang dijanjikan jika para kader Demokrat mendukung makar.
"Yang ingin saya klarifikasi juga, ini disebut melibatkan sejumlah uang tertentu," singgung Arief Munandar, atau yang akrab disapa Bang Arief.

Ia menyebut ada dugaan dana tersebut sudah diserahkan sebagian melalui down payment (DP).
Rencananya jika mereka menerima uang tersebut maka harus mendukung penunjukan Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat melalui Kongres Luar Biasa (KLB).
Untuk diketahui, KLB hanya dapat dilakukan jika disetujui anggota partai.
Sementara itu Moeldoko tidak tercatat sebagai kader Demokrat.
"Ada tawaran-tawaran uang kalau bersedia mendukung, bahkan ada DP-nya. Saat tanda tangan mendukung (kudeta), nanti akan dikasih selebihnya ketika Pak Moeldoko sudah terpilih jadi ketua umum lewat KLB," kata Arief.
"Apakah ini benar? Ada dasar yang kuat untuk dugaan ini?" tanya dia.
Baca juga: Beredar Isu Moeldoko Minta Jabatan ke SBY Jadi Ketum Demokrat, Marzuki Alie Ngaku Namanya Terseret
Herzaky menyebut isu itu sudah dikonfirmasi.
Ia mengaku pihaknya mendapat informasi dari pengakuan kader Demokrat sendiri.
"Iya, benar. Itu disampaikan kepada mereka ada penuturan dan ada barang buktinya juga, bahwa sudah ada DP juga yang sudah diserahkan," ungkap Herzaky Mahendra.
Ia menyebut besaran dana yang ditawarkan paling kecil Rp100 juta untuk Ketua DPC Demokrat di berbagai daerah.
Namun untuk Ketua DPD Demokrat jumlahnya lebih besar lagi.
"Sempat disebutkan jumlahnya adalah untuk yang Ketua DPC adalah Rp100 juta, yang di-DP adalah Rp30 juta," kata Herzaky.
"Ketua DPD beda lagi karena levelnya provinsi, lebih tinggi," lanjut dia.
Selain itu ada pula biaya akomodasi menuju tempat pertemuan.
"Ini di luar uang lain-lain. Maksudnya di luar tiket, pesawat, di luar penginapan, makan, dan macam-macam," terangnya.
"Kami dapat informasi," tambah Herzaky. (TribunWow.com/Brigitta)