Breaking News:

Virus Corona

Diklaim Lebih Nyaman, Beredar Isu Tes Swab Diganti dengan Saliva, Dokter: Akurat dengan Syarat Ini

Pemerintah mencanangkan metode tes Covid-19 baru, yakni berbasis saliva atau air liur.

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Tiffany Marantika Dewi
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Petugas kesehatan mengambil sampel swab lendir tenggorokan dan hidung di halaman RS Pertamina Jaya, Jakarta Timur, Selasa (5/5/2020). Terbaru, pemerintah mencanangkan metode tes Covid-19 baru, yakni berbasis saliva atau air liur. 

TRIBUNWOW.COM - Pemerintah mencanangkan metode tes Covid-19 baru, yakni berbasis saliva atau air liur.

Dilansir TribunWow.com, sebelumnya pemerintah menggunakan tes swab PCR dengan cara mengambil cairan di nasofaring, yakni bagian atas tenggorokan (faring) yang ada di belakang hidung.

Metode tes dengan menggunakan saliva diklaim akan membantu pendeteksian Virus Corona menjadi lebih cepat.

Petugas medis Dinas Kesehatan Kota Bogor melakukan swab test Covid-19 di Pasar Bogor, Selasa (12/5/2020).
Petugas medis Dinas Kesehatan Kota Bogor melakukan swab test Covid-19 di Pasar Bogor, Selasa (12/5/2020). (KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Baca juga: Termasuk Penderita ISPA, Berikut Kelompok Masyarakat yang Tak Bisa Divaksin Covid-19 Sinovac

Hal itu disampaikan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro.

"Dalam rangka mempercepat tes PCR kami sedang lakukan penelitian untuk ganti swab dengan saliva," kata Bambang Brojonegoro, dikutip dari Kompas.tv, Sabtu (30/1/2021).

Tes spesimen dengan metode saliva akan berdurasi lebih singkat.

Pasalnya tidak perlu dilakukan ekstrasi atau pemurnian RNA virus seperti pada tes swab PCR.

Dikutip dari Kompas.com, metode tes menggunakan saliva juga akan lebih nyaman dilakukan.

"Air liur tentunya jauh lebih nyaman dan juga bisa lebih cepat," kata Bambang.

Ia menyebut metode saliva sudah lazim digunakan di beberapa negara.

Bambang berharap Indonesia akan bisa segera menerapkan tes saliva untuk menguji Covid-19.

Selain pertimbangan keamanan dan efektivitas, metode tes saliva juga diklaim lebih murah daripada swab PCR.

Baca juga: Kemenkes Bantah RS Pasang Tarif untuk Pasien Covid-19, Semua Ditanggung BPJS kecuali Kondisi Ini

"Mudah-mudahan Indonesia bisa segera mengaplikasikan tes saliva untuk PCR agar tingkat testing-nya bisa meningkat dengan biaya yang lebih murah dan nyaman," jelas Bambang.

Dikutip dari healthline.com, ahli kesehatan juga mendukung tes menggunakan metode saliva.

Ia menyebut metode ini dapat digunakan secara mandiri di rumah untuk mengurangi potensi penyebaran virus di laboratorium.

"Tes ini paling baik digunakan untuk gejala ringan atau orang yang diketahui sebelumnya kontak dengan orang yang positif Covid-19," jelas dr Seema Kumar.

"Tes menggunakan saliva sangat sensitif. Metode ini dapat mendeteksi virus dengan satu per mikroliter air liur yang digunakan.

Meskipun begitu, hasil tes saliva yang menunjukkan negatif tidak dapat disebut akurat tanpa ada pemeriksaan lebih lanjut.

"Hasil negatif harus disertai pemeriksaan klinis, rekam medis pasien, dan data epidemiologis," terangnya.

Selain itu, disarankan metode tes ini dilakukan beberapa kali agar dapat memastikan hasilnya.

"Tes (metode saliva) yang dapat dilakukan secara mandiri di rumah menawarkan kenyamanan, tetapi sebaiknya pastikan hasil tes bersama dengan petugas kesehatan," tegas dr Kumar.

RS Dilarang Tarik Biaya dari Pasien Covid-19

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengklarifikasi beredarnya kabar layanan kesehatan menarik biaya dari pasien Covid-19.

Dilansir TribunWow.com, hal itu disampaikan Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes Prof Kadir, seperti yang tertera pada situs resmi kemkes.go.id, Rabu (27/1/2021).

Menurut Kadir, pemerintah bertanggung jawab membiayai perawatan masyarakat yang terpapar Covid-19.

Baca juga: Ini Kriteria Masyarakat yang Bisa Disuntik Vaksin Sinovac Covid-19, Tak Bisa untuk Sembarang Orang

Hal ini tertuang pada Undang-undang Wabah Penyakit Menular.

''Tidak dibenarkan pada masyarakat membayar atau juga tidak dibenarkan ada rumah sakit yang menarik uang dari pasien Covid-19,'' tegas Kadir.

Meskipun begitu, ada kondisi khusus yang membuat pasien atau keluarganya dapat mengeluarkan biaya.

Sejumlah petugas medis saat bersiap untuk merawat pasien Covid-19 di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (11/9/2020).
Sejumlah petugas medis saat bersiap untuk merawat pasien Covid-19 di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (11/9/2020). (Tribunnews/Jeprima)

Misalnya pasien ingin mendapatkan pelayanan yang lebih dengan naik kelas layanan, yang tidak ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS).

Selisih biaya tersebut akan ditanggung pihak pasien.

''Cuma kadang-kadang dalam pelaksanaannya bagi pasien yang kritis memang diberikan obat-obat yang sangat mahal, tetapi ini dimintakan persetujuan pasien dan keluarga pasien,'' jelas Kadir.

Ia mengimbau pihak rumah sakit dapat menaati aturan tersebut sesuai tata laksana klinik.

Baca juga: Di Mata Najwa, Penyintas Covid Cerita Terlantar hingga Tidur di Teras Puskesmas: Di Dalam Kosong

''Kita sesuai dengan aturan bahwa seorang pasien Covid-19 itu menjadi tanggung jawab pemerintah karena ini yang mengatur adalah perintah dari undang-undang wabah yang memang kita pegang sampai sekarang,'' terang Kadir.

Ia menambahkan, sebetulnya BPJS bukan pihak penanggung biaya pengobatan pasien Covid-19.

BPJS hanya membantu memverifikasi klaim yang dilakukan Kemenkes.

Direktur Utama RS BUMN Pertamedika Fathema Djan Rachmat menambahkan, terdapat obat-obatan untuk pasien Covid-19 yang harganya melampaui batas klaim biaya.

Contohnya monoklonal antibody yang setara dengan biaya 3 hari perawatan.

Ia berharap obat-obatan semacam ini dapat juga ditanggung Kemenkes agar meringankan pasien dan keluarga.

''Jadi kami memang meminta kepada Kementerian Kesehatan sebenarnya kalau obat-obat seperti ini kita bisa ditambahkan dan dibayar oleh Kementerian Kesehatan mungkin akan sangat baik sekali," kata Fathema.

"Jadi kita tidak perlu meminta persetujuan dari keluarga pasien ketika pasien meminta diberikan obat-obatan,'' tutupnya. (TribunWow.com/Brigitta)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
SalivaVaksinVirus CoronaCovid-19Dokter
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved