Breaking News:

Terkini Daerah

Dijuluki Profesor Perakit Senjata dan Bom, Ini Keseharian Teroris Upik Lawanga di Mata Warga

Warga setempat mengaku pernah melihat wajah Upik dalam daftar DPO buron kasus terorisme namun tidak melaporkan karena tak curiga.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Mohamad Yoenus
KOMPAS.com/TRI PURNA JAYA
Kabid Humas Polda Lampung, Zahwani Pandra Arsyad dan Kabag Penum Divisi Humas Mabes Polri saat meninjau rumah tersangka Upik Lawanga di Lampung Tengah, Sabtu (19/12/2020). 

TRIBUNWOW.COM - Pada 23 November 2020 lalu, Tim Densus 88 telah berhasil menangkap terduga teroris Taufik Bulaga alias Upik Lawanga.

Upik diketahui merupakan tokoh penting dari kelompok Jamaah Islamiyah yang memiliki julukan 'profesor' atas kelihaiannya dalam membuat bom dan senjata api rakitan.

Dikenal sebagai buron aksi teror Bom Bali, dan teror lainnya pada tahun 2004 hingga 2006 silam, Upik memiliki kepribadian lain saat bersembunyi dari kejaran pihak kepolisian.

Tersangka teroris dari kelompok Jamaah Islamiyah (JI), Taufik Baulaga alias Upik Lawanga menjelaskan tentang perakitan senjata di bunker miliknya, ditayangkan Sabtu (19/12/2020).
Tersangka teroris dari kelompok Jamaah Islamiyah (JI), Taufik Baulaga alias Upik Lawanga menjelaskan tentang perakitan senjata di bunker miliknya, ditayangkan Sabtu (19/12/2020). (Capture YouTube Kompas TV)

Baca juga: Pengakuan Teroris Upik Lawanga, Disuruh Sosok Ini untuk Asah Ilmu Buat Bom: Nanti Disuplai Alat

Baca juga: Soal Tudingan 37 Oknum FPI Terlibat Terorisme, Kuasa Hukum: Kalaupun Benar, Tidak Bisa Disangkutkan

Dikutip dari Kompas.com, Minggu (20/12/2020), selama bersembunyi dari polisi, Upik dikenal sebagai Udin Bebek, seorang pedagang dan peternak bebek potong.

Selama 14 tahun bersembunyi, tak ada orang yang menyangka bahwa Upik adalah orang yang diduga ikut merakit bom pada kasus bom di Hotel JW Mariott dan Ritz-Carlton.

Bahkan seorang warga yang sempat melihat poster daftar pencarian orang (DPO), tidak percaya jika Udin Bebek adalah Upik.

Warga mengira Upik dan Udin Bebek kebetulan memiliki wajah yang mirip.

Hal itu diungkapkan oleh Kabag Penum Divisi Humas Mabes Polri Kombes Ahmad Ramadhan.

"Jadi disangka hanya mirip wajah saja," kata Ahmad di rumah tersangka, Kampung Sri Bawono, Kecamatan Way Seputih, Lampung Tengah, Sabtu (19/12/2020).

Saat menyamar di Kampung Sri Bawono, Upik menggunakan nama Safrudin.

"Julukannya Udin Bebek, karena dia memelihara bebek dan menjual bebek potong," kata Ahmad.

Warga di sekitar Upik juga tidak ada yang mencurigai yang bersangkutan adalah buron kasus terorisme.

"Warga tidak ada yang curiga, karena memang hanya dikenal sebagai penjual bebek potong," kata Kepala Kampung Sri Bawono, Eko Widodo.

Eko menuturkan, Upik sudah tinggal di sana sejak tahun 2013.

Selain menyamar sebagai pengusaha bebek potong, Upik juga menggunakan KTP palsu bernama Safrudin.

Warga di sekitar Upik juga tidak ada yang pernah melihat kapan Upik membuat bunker yang digunakan sebagai tempat merakit senjata.

Dugaan sementara, bungker di rumah Upik dibangun sendiri oleh yang bersangkutan.

"Saya enggak pernah melihat dia (tersangka) membuat bunker itu, atau ada tukang yang buat. Orangnya memang kurang bergaul. Paling hanya menegur kalau saya lewat," kata warga setempat bernama Lin.

Sengaja Pelihara Bebek agar Berisik

Pada saat bersembunyi, bebek-bebek tersebut dipelihara oleh Upik di kediamannya.

Hal itu diungkapkan oleh Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Zahwani Pandra Arsyad (Pandra).

Pandra menuturkan, Udin juga sudah dikenal akrab oleh masyarakat sekitar dengan julukan Udin Bebek.

"Tersangka di sini mengaku bernama Safrudin, berjualan bebek potong, dikenal dengan nama Udin Bebek," kata Pandra di lokasi rumah tersangka, di Seputih Banyak, Lampung Tengah, Sabtu (19/12/2020).

Baca juga: Kenal 15 Tahun, Pemilik Konter HP di Palembang Ternyata Terduga Teroris, Ketua RT: Kurang Bergaul

Namun terselip tujuan tersembunyi dari penyamaran Udin sebagai peternak Bebek.

Berdasarkan penjelasan Pandra, Udin sengaja memelihara bebek agar bisa leluasa ketika merakit dan menguji senjata.

"Jadi, tersangka memelihara bebek ini agar suara saat merakit senjata tidak terdengar oleh warga sekitar. Memang betul-betul dipikirkan oleh tersangka," kata Pandra.

Rumah Udin diketahui berada di lokasi yang jauh dari keramaian.

Tetangga paling dekat dari rumah Udin berjarak sekitar 100 meter.

Selain memelihara bebek, pada rumah tempat persembunyian Upik juga ditemukan bungker.

Bungker itu sebelumnya telah ditemukan oleh Tim Densus 88 di dapur kediaman Upik.

"Bungker-nya di belakang rumah, disembunyikan dengan terpal hitam. Pintu masuk bungker hanya berukuran kecil," kata Pandra.

Memiliki kedalaman tiga meter, bungker itu memiliki luas enam meter persegi.

Diketahui, bungker itu sengaja digenangi air setinggi lutut orang dewasa.

"Genangan air ini untuk meredam suara saat tersangka menguji bahan peledak dan senjata api yang ditaksirnya," kata Pandra.

Bungker itu diduga digunakan oleh Upik untuk merakit senjata dan bom berdaya ledak tinggi. 

Haram Menyerah ke Polisi

Seusai diamankan oleh pihak kepolisian, Upik menceritakan doktrin dari kelompok Jamaah Islamiyah (JI).

Upik yang memiliki julukan profesor bom, telah masuk ke dalam daftar pencarian orang (DPO) polisi sejak tahun 2006.

Ia bercerita, di dalam kelompok JI, haram hukumnya menyerahkan diri ke polisi.

"Lari 14 tahun itu kalau menurut akidah Jamaah Islamiah, kita itu kalau menyerahkan diri itu haram," jelas Upik.

"Jadi kalau kita bisa dibunuh di situ Alhamdulillah bisa syahid. Tapi apabila kita ditangkap sudah qadarullah (ketentuan Allah)."

Upik menuturkan, kegiatannya menjadi perakit senjata bagi kelompok JI akan mendapat ganjaran berupa pahala yang berlimpah.

"Jadi kita kalau membuat suatu senjata yang akan digunakan untuk mendirikan daulah islamiah, itu berpahala yang banyak, seperti itu doktrinnya," ujar Upik.

Ia mengakui, pada awalnya senjata-senjata rakitan itu digunakan untuk membela kaum muslim di konflik Poso yang terjadi pada tahun 1998 hingga 2001 silam.

"Kita itu awalnya disuruh untuk berjuang membela kaum muslim di Poso untuk membalas darah kami yang tertumpah, lama kelamaan kami diarahkan ke daulah, mendirikan daulah islamiah," kata dia.

"Jadi akidah ku yang tertanam di sini, akidah ku yang tertanam di sini doktrin maksudnya, bukan doktrin ya, sumpah itu harus taat sama Amir, taat sama orang yang bawa, taat sama pemimpin," sambung Upik. (TribunWow.com/Anung)

Artikel ini diolah dari Kompas.com dengan judul "Bungker Tokoh Jamaah Islamiyah Digenangi Air, Diduga Jadi Tempat Merakit Senjata", "Warga Lampung Tengah Pernah Liat Terduga Teroris di Poster DPO, tapi Tak Melapor", dan "Tersangka Kasus Terorisme Diduga Gunakan Bebek untuk Samarkan Suara Rakit Senjata" dan Tribunnews.com dengan judul 14 Tahun Buron Upik Lawanga dan Keluarga Hidup dari Dana Jaringan Jamaah Islamiyah Rp 500 Ribu/Bulan

Sumber: TribunWow.com
Tags:
ProfesorUpik LawangaTerorisLampung TengahBom JW Mariott
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved