Breaking News:

Terkini Daerah

Nasib Kasus Gadis Diperkosa 3 Preman di Semarang, Ibu Korban: Tidak Ada Keadilan bagi Anak Saya

Seorang ibu berinisial SW, warga Kota Semarang menceritakan kisah trauma yang dialami anak gadisnya seusai menjadi korban pemerkosaan tiga preman.

Editor: Mohamad Yoenus
UPI.com
Ilustrasi korban pemerkosaan - Seorang ibu berinisial SW, warga Kota Semarang menceritakan kisah trauma yang dialami anak gadisnya seusai menjadi korban pemerkosaan tiga preman. 

TRIBUNWOW.COM - Seorang ibu berinisial SW, warga Kota Semarang menceritakan kisah trauma yang dialami anak gadisnya seusai menjadi korban pemerkosaan tiga preman.

Hal itu disampaikan SW terkait serangkaian kekerasan terhadap perempuan di Jawa Tengah yang dicatat oleh Legal Resources Center untuk Keadilan Jender dan Hak Asasi Manusia (LRC-KJHAM), Rabu (25/11/2020).

SW menceritakan kisah anaknya yang menjadi korban pemerkosaan pada lima tahun lalu.

Baca juga: Tanggapan Susi soal Beda Kebijakan dan Penangkapan Menteri KKP Edhy Prabowo terkait Ekspor Lobster

Baca juga: Suami Bunuh Selingkuhan Istri di Karaoke Prabumulih, Saksi: Hendak Menusuk Wanita Bukan Laki-laki

Dia ingat betul kejadian itu terjadi saat tahun baru.

Korban keluar rumah sendirian.

Ketika di jalan dia bertemu dengan seorang temannya yang mengajak ke suatu tempat berada di Meteseh, Kota Semarang.

Sesampai di tempat tersebut mereka dihampiri tiga orang pemuda.

Gerombolan pemuda tersebut menyuruh temannya untuk membeli minuman seorang diri dan meninggalkan korban.

Namun teman korban menolak yang berujung penganiyaan terhadapnya.

Bahkan tiga pemuda tersebut memukuli teman korban menggunakan genting.

Mendapat penganiyaan tersebut, teman korban lari ketakutan.

Setelah itu korban diseret oleh ketiga pemuda tersebut ke semak-samak dan terjadilah aksi pemerkosaan tersebut.

"Betapa terpukulnya saya atas kejadian biadab itu, apalagi saat itu suami saya juga kabur dibawa seorang pelakor," katanya dalam forum kesaksian korban yang diselenggarakan LRC-KJHAM.

Baca juga: Sosok Suharjito Pengusaha Kaya Raya Penyuap Menteri Edhy Prabowo, Simak Fakta Sumber Penghasilannya

SW lantas berupaya menempuh jalur hukum untuk menyeret para pelaku pemerkosa anaknya ke penjara.

Dia pun melaporkan kejadian itu ke Polrestabes Semarang.

Hampir bersamaan, setelah kejadian pemerkosaan itu ketiga pelaku di penjara namun berbeda dengan kasus tersebut.

Mereka bertiga dikenal sebagai preman kampung dan merupakan residivis berbagai kasus seperti penganiyaan dan kepemilikan senjata tajam.

"Alasan Kepolisan tidak menuntaskan kasus ini lantaran para pelaku residivis, kami harus menunggu mereka keluar dari penjara. Namun hingga kini tidak ada kelanjutan," bebernya.

Menurutnya, dirinya sudah berusaha maksimal namun tidak ada kejelasan dari Kepolisian.

Dia pun tidak dapat berbuat banyak dan memilih pasrah terhadap kasus tersebut.

Dia hanya berharap para pelaku pelecehan seksual kedepannya mendapat hukuman setimpal, kalau perlu hukuman mati.

"Tidak ada keadilan bagi anak saya, akan tetapi jangan bagi korban lain," paparnya.

Sementara korban pemerkosaan Nur (bukan nama sebenarnya) mengatakan, tepatnya pada 2018 saat dirinya berusia 16 tahun mendapat perlakuan kekerasan seksual hingga hamil.

Mendapat perlakuan tersebut, dia kehilangan semuanya mulai dari teman dan pendidikan.

Pasalnya saat itu dia dikeluarkan dari sekolah.

Baca juga: Pengakuan Istri Sewa Pembunuh Bayaran untuk Habisi Suami, Dendam 10 Tahun Dikasari hingga Dicambuk

"Sekolah takut namanya tercemar sehingga saya dikeluarkan padahal saya ingin tetap melanjutkan sekolah saya yang saat itu masih kelas 2 SMA," ungkap warga Solo ini.

Nur juga harus memperjuangkan keadilan dengan membawa kasus kekerasan seksualnya yang dialaminya ke ranah hukum.

Dia harus bolak-balik ke kantor Polisi dan Pengadilan sembari mengurus anaknya yang masih bayi.

Setelah berbulan-bulan akhirnya pelaku dijebloskan ke penjara dengan hukuman selama tujuh tahun.

"Tuntutan hukuman selama 15 tahun namun vonis hanya 7 tahun. Jujur saya tidak puas dengan vonis tersebut.

Saya telah kehilangan semuanya dari pendidikan, teman dan lainnya.

Hukuman itu saya rasa tidak setimpal," ungkapnya.

Pendamping Korban dari LRC-KJHAM, Lenny Ristiyani mengaku, korban kekerasan seksual di Jawa Tengah dan para pendamping seringkali kesulitan dalam mengakses keadilan secara hukum.

Selain itu, dari lingkungan para korban juga kurang memahami kekerasan seksual yang dialami oleh korban sehingga memilih menyelesaikan persoalan tersebut dengan cara kekeluargaan seperti menikahkan korban dengan pelaku.

"Begitupun dengan masyarakat yang seringkali melontarkan stigma atau label negatif kepada korban seperti dicap sebagai perempuan nakal," ujarnya.

(Tribun Jateng/Iwan Arifianto)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Kisah Pilu SW, Anak Perempuan Dirudapaksa 3 Preman Semarang, Suami Kabur Bareng Pelakor

Sumber: Tribun Jateng
Tags:
PremanPemerkosaanSemarangJawa Tengah
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved