Virus Corona
Kasus Positif Covid-19 Tembus 5 Ribu, Libur Akhir Tahun Berkemungkinan Ditiadakan
Satgas bakal merekomendasikan kepada pemerintah agar memperpendek atau meniadakan libur akhir tahun, jika angka positif terus meroket.
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia diprediksi bakal melonjak tinggi seiring longgarnya penerapan protokol kesehatan serta lemahnya pengawasan terhadap lokasi-lokasi tertentu yang menimbulkan kerumunan, kata pakar epidemologi.
Data Satgas Penanganan Covid-19 menunjukkan, terjadi kenaikan kasus positif hingga di atas 5.000 pada akhir pekan lalu.
Tingginya angka itu, kata Satgas, dampak dari libur panjang akhir Oktober.
Satgas pun bakal merekomendasikan kepada pemerintah agar memperpendek atau meniadakan libur akhir tahun, jika angka positif terus meroket.
Baca juga: Deretan Pelanggaran Rizieq Shihab terkait Protokol Kesehatan Covid-19, Pemerintah Dinilai Lemah
Baca juga: Anies Baswedan Beri Denda Tertinggi Acara Rizieq Shihab di Petamburan, Satgas Covid-19 Apresiasi

Adapun Pemprov DKI Jakarta mengklaim 'tidak tebang pilih' dalam menegakkan protokol kesehatan termasuk kepada pimpinan Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab.
Hal itu ditunjukkan dengan mendenda Rizieq sebesar Rp50 juta karena menggelar acara Maulid Nabi pada Sabtu (14/11).
Perilaku masyarakat yang tak lagi patuh menjalankan protokol kesehatan di tempat-tempat umum, disebut Pakar Epidemiologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, mulai terjadi sejak informasi tentang vaksin Covid-19 kencang disuarakan pemerintah.
Dalam pengamatannya, penjelasan terkait vaksin Covid-19 itu justru membuat komunikasi pemerintah ke masyarakat terpecah sehingga tak lagi fokus menyerukan pentingnya protokol kesehatan seperti dahulu.
Di sisi lain, kabar mengenai vaksin Covid-19 disalahartikan masyarakat sebagai 'senjata pamungkas' yang akhirnya berdampak pada ketidakpedulian memakai masker, menjaga jarak, dan menjauhi kerumunan.
"Jadi ada pemahaman yang salah di masyarakat karena tidak dikerasin lagi. Tidak diimbau terus menerus, tidak diedukasi. Padahal (informasi protokol kesehatan) penting dan tidak boleh bosan," ujar Pakar Epidemologi, Pandu Riono, kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Minggu (15/11).
"Komunikasi publik supaya tetap 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker) dilakukan, harus lebih besar daripada vaksin. Vaksin itu bagian kecil. Jangan mimpi pandemi hilang karena vaksin," sambungnya.
Baca juga: Minggu Ini Ada 27 Kabupaten/Kota yang Masuk Zona Merah Covid-19, Prof Wiku Singgung Pemda
Kasus Positif Diperkirakan Terus Meninggi
Dalam dua hari terakhir yakni pada Jumat (13/11) dan Sabtu (14/11), jumlah kasus positif Covid-19 menembus angka di atas 5.000.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, penambahan kasus positif tertinggi ditemukan di DKI Jakarta dengan 1.255 dan Jawa Tengah sebanyak 1.222 kasus baru.
Pandu Riono menyebut, lonjakan itu disumbang oleh cuti bersama yang bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad yakni pada 28 Oktober-1 November 2020.
Kendati sudah bisa diprediksi akan terjadi peningkatan tapi pemerintah dianggap tidak belajar pada pengalaman sebelumnya.
"Jadi pemerintah ini tidak konsisten. Kalau cuti bersama meningkatkan penularan. Memulihkan ekonomi tapi jangan terlalu digas," tukas Pandu.
Jika protokol kesehatan tidak ditegakkan, sambungnya, maka jumlah kasus positif diperkirakan terus meninggi dan imbasnya, puncak Covid-19 di Indonesia semakin sulit diprediksi.
"Ini (kasus positif) masih akan naik. Puncak belum ketahuan. Desember belum kelihatan (puncaknya), mungkin tahun depan."

'Libur Akhir Tahun Kemungkinan Diperpendek atau Ditiadakan'
Data Satgas Penanganan Covid-19 menunjukkan terjadi kenaikan jumlah pasien yang dirawat di RS Darurat Wisma Atlet Jakarta.
Koordinator RS Darurat Wisma Atlet, Ratmono, mengatakan angkanya naik 21%.
"Jumlah pasien di tower 6 dan 7, huniannya saat ini 53,8% dan dibandingkan sebelumnya huniannya hanya 32%. Mudah-mudahan pertambahan ini tidak setajam September lalu yang sampai 90%," ujar Ratmono dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Minggu (15/11).
Sementara itu, tingkat keterisian pasien Covid-19 di ruang ICU seluruh rumah sakit DKI Jakarta juga meningkat hingga 68%.
Angka itu, menurut Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Doni Monardo, masih terkendali kendati kemungkinan masih akan bertambah sebagai imbas dari libur panjang akhir Oktober lalu.
"Kami tentu berharap ruang-ruang ICU dan isolasi tidak boleh penuh," ujar Doni Monardo.
Doni mengatakan, jika dalam satu pekan ke depan masih terjadi kenaikan kasus positif hingga 90%, maka Satgas akan mengusulkan kepada pemerintah agar memperpendek atau meniadakan libur akhir tahun.
"Tapi apabila kasusnya meningkat pada periode September lalu, maka kami rekomendasikan libur panjang diperpendek atau ditiadakan sama sekali."
Karena itulah, Satgas Penanganan Covid-19 dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) kembali menyerukan kepada masyarakat agar tetap mematuhi protokol kesehatan dan yang utama, menghindari kerumunan yang "sudah pasti menimbulkan penularan".
"Sekali lagi pemerintah mengajak semua pihak jangan lakukan acara-acara yang bisa menimbulkan kerumunan karena pasti dampaknya akan terjadi penularan. Wabah Covid sangat berisiko."
Adapun mengenai bantuan Satgas berupa 20.000 masker ke acara Maulid Nabi Muhammad yang digelar Rizieq Shihab pada Sabtu (14/11), kata Doni, "bukan untuk memfasilitasi kegiatan tapi mengajak masyarakat untuk menggunakan masker".
Pasalnya laporan Satpol PP DKI Jakarta, setidaknya ada 7.000 orang berkumpul dan tidak memakai masker.
"Kalau tidak ada bantuan dan terpapar, dampaknya penularan akan makin banyak," ujar Doni.
Ia juga menegaskan Pemprov DKI Jakarta tidak pernah mengizinkan acara tersebut berlangsung.
Wagub DKI Jakarta: 'Pak Anies Tidak Tebang Pilih'

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, mengklaim pihaknya tidak pernah longgar menerapkan dan mengawasi protokol kesehatan Covid-19. Pun, klaimnya, "tidak tebang pilih".
Penegakan aturan protokol kesehatan oleh Pemprov DKI Jakarta sebelumnya dikritik sejumlah kalangan lantaran dianggap melakukan pembiaran atas kerumunan di acara Maulid Nabi yang digelar Rizieq Shihab di Petamburan, Jakarta Pusat pada Sabtu (14/11).
Di sana, massa yang hadir tak menghiraukan aturan jaga jarak sesuai protokol kesehatan dan tidak mengenakan masker.
Ahmad Riza Patria mengatakan kerumunan di acara Rizieq Shihab tak bisa dihindari karena orang-orang yang datang bukan hanya dari Jakarta tapi juga daerah lain.
Hal lain, hajatan tersebut berlangsung di lapangan bukan masjid. Sehingga ketentuan pembatasan 50% dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 51 Tahun 2020 tentang PSBB Transisi sulit dilakukan.
"Yang kami batasi bukan jumlah orang tapi presentasi tempat, kalau di masjid misalnya tidak boleh 50%. Kemarin itu kejadiannya tidak di masjid, tapi di lapangan. Susah mengukurnya 50% bagaimana. Ini yang ke depan akan kita evaluasi dan perbaiki," ujar Ahmad Riza Patria kepada BBC Indonesia.
Namun demikian, Pemprov DKI Jakarta katanya telah melayangkan surat teguran dan menjatuhkan sanksi denda administratif sebesar Rp50 juta kepada pimpinan FPI, Rizieq Shihab.
Denda itu, klaimnya, telah dibayar pada Minggu (15/11).
"Jadi pak gubernur tegas, tidak pilih-pilih. Bahwa gubernur tidak tebang pilih, siapapun yang melanggar diberi sanksi. Kami berterima kasih kepada keluarga besar Rizieq Shihab dan FPI menerima surat teguran dan membayar denda," ujarnya.
Selain denda, Pemprov juga menghukum 36 jemaah yang hadir dengan sanksi sosial karena tidak memakai masker.
Ia berharap, kejadian di Petamburan menjadi yang terakhir.
"Ke depan kami minta tidak ada lagi kegiatan-kegiatan yang menghadirkan jemaah yang banyak." (*)
Artikel ini telah tayang di BBC Indonesia dengan judul Covid-19: Kasus positif harian tembus 5.000, Satgas pertimbangkan usul 'tiadakan libur akhir tahun'