Terkini Internasional
20 Organisasi Islam Dunia Peringatkan Presiden Prancis, Tulis Petisi: Macron Nodai Warganya Sendiri
Sebanyak 20 organisasi Islam di berbagai belahan dunia mengecam pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Sebanyak 20 organisasi Islam di berbagai belahan dunia mengecam pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Macron dianggap telah menohok isu sensitif dalam umat Islam dunia, terutama terkait karikatur Nabi Muhammad.
Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera.com, gerakan protes terhadap Prancis mulai bermunculan di mana-mana, termasuk memboikot produk dari negara tersebut.

Baca juga: Dubes RI Ungkap Situasi di Prancis setelah Kasus Hinaan Presiden Macron: Siaga yang Paling Tinggi
Berbagai organisasi Islam dunia ini, termasuk di Belanda, Finlandia, dan Italia mengajukan petisi terhadap Macron.
Dalam pernyataan di petisi, Macron disebut telah gagal menunjukkan sikap kepemimpinan yang bermoral.
Hal itu terkait insiden pemenggalan seorang guru sejarah dan penyerangan di sebuah gereja di Prancis pada bulan lalu.
"(Macron) telah menodai Islam dan warganya sendiri yang menjadi bagian dari umat Islam, menutup masjid, organisasi hak asasi manusia dan Islam, serta menggunakan insiden ini sebagai kesempatan untuk mengobarkan kebencian lebih jauh, lalu memberikan dorongan lebih jauh untuk mendukung rasisme dan kekerasan ekstrem," demikian petisi tersebut berbunyi.
Mereka turut mendesak Macron agar menimbang ulang pernyataannya yang dinilai telah menyerang umat Muslim, agama Islam, dan Nabi Muhammad.
"Dasar moral yang kami inginkan dari Anda adalah menolak kebencian, marginalisasi, dan ujaran yang menyebabkan perpecahan, serta menggunakan kepemimpinan Anda untuk dapat menyatukan masyarakat."
Baca juga: Presiden Prancis Akui Paham Kemarahan Umat Islam: Saya Akan Tetap Membela Kebebasan Berpendapat
Selain mengecam Macron, petisi yang diajukan organisasi tersebut juga menentang sikap represif di Prancis, termasuk penutupan sejumlah masjid dan sejumlah insiden serangan terhadap kelompok tertentu.
Hal itu dinilai mengundang kebencian di antara masyarakat.
"Sikap oportunis ini mendegradasikan prinsip-prinsip yang diatur hukum dengan menutup asosiasi dengan alasan-alasan politis, serta tanpa prosedur yang legal."
Diketahui sikap Presiden Macron tengah dikecam komunitas umat Islam dunia.
Hal itu muncul setelah insiden pemenggalan Samuel Paty, guru sejarah yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad sebagai bagian dari diskusi materi kebebasan berpendapat.
Menanggapi insiden tersebut, Macron membela tindakan Paty dengan alasan mendukung sikap sekularisme yang dijunjung Prancis.
Macron Akui Paham Kemarahan Umat Islam, Tetap Dukung Kebebasan Berpendapat
Pernyataan Macron lalu menuai sorotan dari berbagai negara mayoritas Islam di dunia, bahkan muncul seruan untuk memboikot produk Prancis.Menanggapi kasus pemenggalan Samuel Paty, Macron menilai negara harus melindungi sikap sekularisme yang dijunjung Prancis, terutama terkait perlindungan kebebasan berpendapat pada masyarakat beragama dan non-beragama.
Menanggapi hal itu, Macron mengaku dirinya memaklumi munculnya kemarahan umat Islam dunia.
"Saya memahami sentimen yang diekspresikan dan saya menghormatinya," kata Emmanuel Macron, dikutip dari Aljazeera.com, Sabtu (31/10/2020).
"Namun harus dipahami peran saya sekarang, yakni untuk memastikan dua hal: menyerukan perdamaian dan melindungi hak-hak ini," lanjutnya.
"Saya akan selalu membela negara saya terkait isu kebebasan berbicara, menulis, berpikir, dan menggambar," tambah presiden 42 tahun ini.
Macron juga menyinggung sikap para pemimpin dunia, terutama dari negara mayoritas Islam.

Baca juga: Asosiasi Dagang Negara-negara Arab Boikot Produk Prancis, Buntut dari Macron yang Dinilai Hina Islam
Ia menilai ada kesalahpahaman, yakni masyarakat cenderung digiring untuk memercayai bahwa karikatur Nabi Muhammad yang menjadi kontroversi itu adalah buatan Prancis.
Diketahui sebelumnya Macron juga sempat memberi pernyataan yang menuai kontroversi dan kegeraman dari masyarakat Islam, yakni keinginan untuk "mereformasi" Islam agar sesuai dengan nilai-nilai republikan di Prancis.
Sementara itu, pernyataan kontroversial Macron yang baru-baru ini muncul adalah untuk menanggapi sejumlah serangan yang mengejutkan masyarakat Prancis.
Seorang pria Tunisia menikam tiga orang yang tengah berada di sebuah gereja di Nice, Prancis.
Pada hari yang sama, seorang pria asal Arab Saudi terluka akibat ditikam petugas keamanan di Konsulat Prancis di Jeddah, Arab Saudi.
Insiden terakhir yang memicu pernyataan Macron adalah seorang pendeta Orthodox-Yunani ditembak di Lyon oleh pria tidak dikenal yang tidak diketahui motifnya. (TribunWow.com/Brigitta)