Breaking News:

Terkini Internasional

Bantah Dukung Karikatur Nabi, Presiden Prancis Sebut Ucapannya Diputarbalikkan: Ini Kebohongan

Presiden Prancis Emmanuel Macron menanggapi kecaman tokoh umat Islam dunia dan para petinggi negara dengan mayoritas agama Islam.

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Ananda Putri Octaviani
AFP
Presiden Prancis Emmanuel Macron. 

TRIBUNWOW.COM - Presiden Prancis Emmanuel Macron menanggapi kecaman tokoh umat Islam dunia dan para petinggi negara dengan mayoritas agama Islam.

Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera.com, sebelumnya Macron menyampaikan pidato yang dianggap tidak menghormati masyarakat Islam, yakni terkait karikatur Nabi Muhammad.

Diketahui kasus berawal saat seorang guru sejarah SMA di Prancis, Samuel Paty, menunjukkan karikatur Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam diskusi dengan materi kebebasan berpendapat.

Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Presiden Prancis Emmanuel Macron. (AFP)

Baca juga: Presiden Prancis Akui Paham Kemarahan Umat Islam: Saya Akan Tetap Membela Kebebasan Berpendapat

Pada 16 Oktober 2020 lalu, Paty dipenggal oleh seorang remaja Abdoullakh Abouyedovich Anzorov, akibat kontroversi karikatur nabi tersebut.

Menanggapi kasus itu, Macron menyebut pembunuhan Paty serangan teroris dan mengaitkannya dengan agama Islam.

Selain itu ia menegaskan negara harus melindungi sikap sekularisme yang dijunjung Prancis, terutama terkait perlindungan kebebasan berpendapat pada masyarakat beragama dan non-beragama.

Setelah muncul reaksi keras dari umat Islam di seluruh dunia, Macron menilai ucapannya telah diputarbalikkan (distorsi).

"Saya pikir reaksi yang muncul adalah akibat kebohongan dan distorsi dari ucapan saya, karena orang-orang berpikir saya mendukung kartun ini," ungkap Emmanuel Macron, Sabtu (31/10/2020).

"Karikatur tersebut bukan buatan pemerintah, tetapi muncul dari surat kabar yang bebas dan independen, serta tidak terafiliasi dengan pemerintah," tegasnya.

Diketahui sebelumnya pernyataan kontroversial Macron muncul akibat serangkaian kejadian teror yang menimbulkan korban jiwa di Nice dan Paris, Prancis.

Baca juga: Kronologi Teror Penusukan di Gereja Prancis, 3 Orang Dibunuh secara Brutal sebelum Misa Pagi

Seorang pria Tunisia menikam tiga orang yang tengah berada di sebuah gereja di Nice, Prancis.

Pada hari yang sama, seorang pria asal Arab Saudi terluka akibat ditikam petugas keamanan di Konsulat Prancis di Jeddah, Arab Saudi.

Insiden terakhir yang memicu pernyataan Macron adalah seorang pendeta Orthodox-Yunani ditembak di Lyon oleh pria tidak dikenal yang tidak diketahui motifnya.

Setelah sebelumnya Prancis menuai keprihatinan atas insiden-insiden yang terjadi, pernyataan Macron justru memicu kontroversi.

Dikutip dari Kompas.com, terjadi penolakan di sejumlah negara seperti Bangladesh, Pakistan, Afghanistan, Turki, dan India.

Sejumlah pejabat tinggi negara-negara tersebut mengecam pidato Macron dengan menyebutnya sebagai penghinaan.

Seperti di Bangladesh, pemimpin senior Islami Andolan, Gazi Ataur Rahman, mengkritik keras ucapan Macron.

"Perancis menghina dua miliar umat Islam di dunia. Presiden Macron harus meminta maaf atas kejahatannya," tegas Gazi Ataur Rahman.

Tidak hanya itu, massa berkumpul untuk menyerukan boikot terhadap produk-produk Prancis sejak Jumat (30/10/2020) lalu.

Mahfud MD Kecam Presiden Prancis Macron terkait Kartun Nabi Muhammad

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD angkat bicara soal viral pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron.

Macron dianggap telah menghina dan menyudutkan umat Islam terkait kematian Guru Sejarah, Samuel Paty.

Macron menyebut apa yang dilakukan Samuel Paty menunjukkan kartun Nabi Muhammad SAW sebagai bagian dari kebebasan berekspresi.

Baca juga: Viral Seruan untuk Boikot Produk Prancis karena Presidennya Dianggap Hina Islam terkait Kartun Nabi

Komentar Mahfud MD itu diungkapkannya melalui akun Twitternya @mohmahfudmd pada Rabu (28/10/2020) malam.

Mahfud tak segan menyebut Macron mengalami krisis gagal paham.

Ia menegaskan, presiden di negara Eropa itu seharusnya tahu bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian.

Namun, siapapun orangnya jika agamanya diusik tentu akan membuat para pengikutnya tersinggung.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD angkat bicara soal viral pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron.  Komentar Mahfud MD itu diungkapkannya melalui akun Twitternya @mohmahfudmd pada Rabu (28/10/2020) malam.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD angkat bicara soal viral pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron. Komentar Mahfud MD itu diungkapkannya melalui akun Twitternya @mohmahfudmd pada Rabu (28/10/2020) malam. (TWITTER.COM/@mohmahfudmd)

"Macron harus tahu bahwa agama Islam adalah agama rahmah, tapi pemeluk agama apa pun akan marah kalau agamanya dihina," jelas Mahfud.

Sehingga, Mahfud menilai Macron tidak paham dengan perasaan para pemeluk agama.

"Kalau tak paham itu berarti dia mengalami krisis gagal paham," lanjutnya.

Diketahui, pernyataan Macron itu diberikan atas kematian Guru Sejarah dan Geografi Samuel Paty.

Kepala Samuel Paty dipenggal oleh muridnya karena Abdoullah Anzorov saat sedang berjalan pulang ke rumah.

Sedangkan, Abdoullah Anzorov yang merupakan remaja Chenchen berusia 18 tahun langsung ditembak mati oleh polisi atas kejadian tersebut.

Samuel Paty dibunuh karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad sebagai materi kebebasan berekspresi.

Sementara itu, dikutip dari laman Kompas TV, diketahui Pemerintah Indonesia turut mengecam pernyataan Macron melalui Kementerian Luar Negeri.

Kemarahan itu ditunjukkan dengan pemerintah memanggil Dubes Perancis untuk Indonesia, Olivier Chambard pada Selasa (27/10/2020).

Juru Bicara Kemenlu, Teuku Faizasyah menyebut pihaknya sudah mengecam tindakan Macron.

Meski demikian, ia tak memberikan penjelasan soal tanggapan pihak Dubes Prancis terkait kecaman tersebut. (TribunWow.com/Brigitta/Gipty)

Tags:
PresidenPrancisEmmanuel MacronIslamNabi Muhammad SAW
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved