Terkini Nasional
Tampil di ILC, Sujiwo Tejo: Saya Rakyat Gak Percaya, Pak Mahfud Bilang 1 Tambah 1 Sama Dengan 2
Budayawan Sujiwo Tejo secara terang-terangan mengaku tidak suka dengan kata atau penyebutan 'pemerintah'.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Budayawan Sujiwo Tejo secara terang-terangan mengaku tidak suka dengan kata atau penyebutan 'pemerintah'.
Dilansir TribunWow.com, pengakuan dari Sujiwo Tejo itu diungkapkan langsung di depan para menteri dan pejabat pemerintah dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (20/10/2020).
Mulai dari Menko Polhukam Mahfud MD, Menkominfo Johnny G. Plate, hingga Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Moeldoko.

Baca juga: Demokrasi Disebut Tak Beres, Mahfud MD: Kalau Mau Beres, Kembalikan Pemerintah Jadi Otoriter
Baca juga: Mahfud MD: Besok Kalau Pak Gatot Jadi Presiden Pasti Ada yang Mengatakan Enggak Ngerti Pancasila
Dalam kesempatan itu, Sujiwo Tejo awalnya mengaku jujur bahwa dirinya tidak terlalu paham mengenai Omnibus Law UU Cipta Kerja yang saat ini sedang menuai pro dan kontra.
Sehingga ia mengatakan tidak bisa memberikan penilaian apakah UU Cipta Kerja itu baik atau buruk.
Karena menurutnya, setiap statement dari siapapun yang menjelaskan tentang undang-undang dengan nama lain UU 'Sapu Jagat' itu diakui ada benarnya.
Baik itu statament yang sifatnya mendukung UU Cipta Kerja ataupun dari susut pandang yang menolak.
"Saya ini awam, saya denger Jenderal Gatot ngomong, bener, dengan Pak Moeldoko ngomong, bener. Saya dengar Bang Rizal ngomong, benar juga gitu," ujar Sujiwo Tejo.
Oleh karenanya, Sujiwo Tejo hanya meminta kepada pemerintah untuk bagaimana supaya bisa mendapatkan kepercayaan mengenai UU Cipta Kerja tersebut.
"Kayaknya yang diperlukan ke depan itu penguasa itu ngomong aja tapi bikin saya percaya sama penguasa," kata Sujiwo Tejo.
"Saya takutnya sekarang, kalau Pak Mahfud ngomong bahwa satu tambah satu sama dengan dua, rakyat sudah enggak percaya. Itu yang saya takut," imbuhnya.
Baca juga: Mahfud MD Tanggapi Santai soal Rendahnya Tingkat Kepuasan pada Jokowi: Itu Beda dengan kepercayaan
Secara pribadi, ia mengaku pasti akan mendukung jika memang produk hukum yang disahkan pada Senin (5/10/2020) itu benar-benar, dalam artian berpihak kepada rakyat, bukan malah sebaliknya.
Pada momen tersebut, budayawan asal Jember, Jawa Timur itu sempat menyebut kata 'pemerintah'.
Namun ia lantas memberikan koreksi dan mengaku tidak suka dengan pemakaian ataupun penyebutan kata 'pemerintah'.
Menurutnya kata tersebut mengandung arti yang kurang tepat, yakni hanya sebagai tukang perintah saja.
"Boleh pakai undang-undang ini bagus atau apa. Mungkin Omnibus Law ini bagus, tapi mungkin pemerintah, bukan pemerintah. Saya enggak suka kata pemerintah," ungkapnya.
"Govern itu kan mengatur bukan memerintah, pemerintah itu tukang perintah," jelas 'Presiden Jancukers' tersebut.
"Harusnya pamong, bukan pangrih (harus dilayani, dihormati dan disanjung), kalau pangrih tukang perintah, pemerintah," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke- 1.10:
Sujiwo Tejo Andaikan Dirinya Jadi Presiden
Budayawan Sujiwo Tejo menyinggung soal pencalonan sejumlah kerabat Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020.
Sebagaimana diketahui anak Jokowi, Gibran Rakabuming Raka maju dalam Pilkada Solo.
Sedangkan, menantunya yakni Boby Nasution maju di Pilkada Medan.

Baca juga: Mahfud MD: Besok Kalau Pak Gatot Jadi Presiden Pasti Ada yang Mengatakan Enggak Ngerti Pancasila
Hal itu diungkapkan Sujiwo Tejo di acara Indonesia Lawyers Club yang mengangkat tema 'Setahun Jokowi-Ma'ruf' pada Selasa (20/10/2020).
Mulanya, Sujiwo menyinggung cerita dari Jawa tentang Ratu Kalingga memotong tangan anaknya itu tidak benar.
Menurutnya, setiap orang tua tidak akan tega berbuat kejam pada anaknya.
"Cerita bahwa Ratu Kalingga di Jawa itu Ratu Simayang yang patungnya di Jepara memotong tangan anaknya sendiri karena berbuat kriminal kita bilang itu gombal itu bohong."
"Karena kita enggak bisa kalau ke anak sendiri," ugnkap Sujiwo.
Lalu pada Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD yang turut hadir di ILC, Sujiwo bertanya-tanya mengapa para keluarga Jokowi tidak mengundurkan diri dari Pilkada.
Sedangkan banyak tuduhan kepada Jokowi terkait Dinasti Politik akibat pencalonan tersebut.
"Kenapa saya enggak bisa keras Pak Mahfud, sebenarnya waktu saya bilang di Jogja waktu itu pendaftaran kenapa sana enggak mundur, yang Solo sama Medan."
"Dan bukan cuma Pak Jokowi, semua, banyak," ungkapnya.
Sujiwo Tejo yang mengandaikan diri jadi presiden lantas menyebut dirinya pasti akan menolak jika anaknya maju dalam Pilkada.
"Kalau saya jadi Presiden saya juga enggak bakal mau anak saya maju."
"Tapi ini akan mengurangi kepercayaan orang," ungkapnya.
Baca juga: Indonesia Lawyers Club (ILC) Tidak Tayang, Karni Ilyas: Tidak Semua yang Saya Tahu Bisa Saya Katakan
Selain itu, Sujiwo Tejo juga menyinggung soal vaksin Covid-19 yang akan segera diberikan pada rakyat.
Sedangkan banyak rakyat yang belum percaya dengan keampuhan dan keamanan vaksin tersebut.
"Sebentar lagi vaksin masuk dan kalau misalkan cuma 20 juta vaksin akan rebutan vaksin."
"Dan kalau para ahli pandemi vaksin belum terbukti karena belum ikuti uji ketiga orang akan menolak vaksinasi, bagaimana keadaan Pak Doni," lanjutnya.
Menurutnya masalah yang dihadapi pemerintah kepada rakyatnya kini soal kepercayaan.
Seharusnya pemerintah bisa meyakinkan dan memberikan bukti kepada masyarakat atas kebijakan yang dibuat.
"Kalau pemerintah ngomong aman enggak dipercaya? Sebentar lagi pak."
"Kalau saya pribadi 'Pak udahlah enggak usah nurutin WHO, WHO belum setuju enggak ada apa-apa, enggak vaksin."
"'Heh arek-arek rakyat ojo macem-macem ayo vaksin', nurut, karena percaya," sambung Sujiwo Tejo. (TribunWow/Elfan/Mariah Gipty)