Terkini Nasional
Ungkap Pengalaman Labrak Aparat Menyeleweng, Syamsu Djalal: Terus Terang Polisi Banyak Langgar HAM
Mantan Danpuspom TNI Mayjen (Purn) Syamsu Djalal mengungkapkan deretan pelanggaran HAM oleh aparat yang pernah ia temui.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Mantan Danpuspom TNI Mayjen (Purn) Syamsu Djalal mengungkapkan deretan pelanggaran HAM oleh aparat yang pernah ia temui.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) di TvOne, Selasa (1/9/2020).
Syamsu Djalal tidak menampik kerap menemui pelanggaran prosedur saat bertugas di Polisi Militer (POM).

• Bukan Kesejahteraan, Pakar Militer Ungkap Dasar Kecemburuan TNI vs Polri: Dari 98 Tidak Selesai
Ia mengungkapkan banyak pelanggaran yang dilakukan oleh polisi.
"Saya sebagai Danpuspom ABRI dulu, Polri saya banyak periksa dulu," ungkit Syamsu Djalal.
"Yang banyak melakukan pelanggaran darat, laut, dan udara itu adalah polisi. Polri yang banyak melakukan," tegasnya.
Tidak hanya itu, ia mengungkapkan kesalahan perwira tersebut sering dilindungi atasannya.
"Kalau kita periksa, itu cepat dipindahkan atau dimutasikan. Yang melindungi anak buah kebanyakan itu polisi," papar Syamsu.
Ia memberi contoh peristiwa penembakan mahasiswa Trisakti saat demo tahun 1998.
Syamsu mengungkapkan pihaknya sudah berinisatif menyelidiki pelakunya dengan menelusuri senjata api yang digunakan polisi saat itu.
"Saya pernah kasus Trisakti itu. Saya minta yang melakukan penembakan di flyover itu, saya minta senjata polisi di sana diperiksa," jelasnya.
"Saya beritahu Pak Wiranto, 'Itu senjatanya serahkan kita sama POM'," lanjut dia.
Atasan perwira polisi yang bertugas saat itu sempat meminta jaminan anak buahnya tidak dihakimi.
Kasus lain yang pernah Syamsu alami adalah saat menegur polisi yang ketahuan meminta sogokan dari pengendara yang melintas.
• Singgung ABRI saat Ulas Insiden Polsek Ciracas, Syamsu Djalal: TNI Banyak Tantangan, Polri Tentengan
Syamsu terang-terangan mengaku berani melabrak aparat yang terbukti menyalahgunakan kekuasaannya tersebut.
"Saya juga dulu berani dengan polisi. Ada yang salah di jalan, saya lihat ada apa rame-rame? Saya lihat di mobilnya sudah penuh duit," terang dia.
"Saya bilang, 'Kamu ada apa? Kamu memalukan ABRI'. Saya tonjok, masyarakat tepuk tangan," ungkit mantan Jaksa Agung Muda Intelijen ini.
Kini setelah pensiun, Syamsu mengaku tidak lagi memiliki keberanian yang sama.
"Tapi ya sudah, mau apa lagi? Sekarang saya enggak berani sama polisi, apalagi yang bawa senjata panjang," tutur bakal calon Gubernur Sumatera Barat ini.
Dari pengalamannya bertugas di POM, Syamsu terang-terangan menyebutkan pelanggaran paling banyak ditemukan terhadap polisi.
"Terus terang saja, polisi yang banyak melakukan pelanggaran HAM," tandasnya.
Lihat videonya mulai menit 3:30
Pakar Militer Ungkap Penyebab Kecemburuan TNI vs Polri
Dalam acara yang sama, pakar militer Connie Rakahundini Bakrie mengungkapkan penyebab konflik antara TNI dengan polisi terus berulang.
Diketahui baru-baru ini terjadi penyerangan massa terhadap Mapolsek Ciracas, Jakarta Timur.
• Singgung ABRI saat Ulas Insiden Polsek Ciracas, Syamsu Djalal: TNI Banyak Tantangan, Polri Tentengan
Puluhan oknum prajurit TNI menjadi tersangka perusakan fasilitas umum dan pertokoan warga dalam peristiwa itu.
Connie membenarkan ada kesenjangan yang membuat hubungan TNI dengan Polri tidak harmonis.
Meskipun begitu, ia menilai bukan faktor kesejahteraan yang paling berperan utama.
"Kalau soal kecemburuan, saya enggak terlalu (membahas) ke kesejahteraan, lah," komentar Connie Rakahundini.
Ia menilai justru tugas polisi terkesan tumpang-tindih dan tidak dipilah-pilah.

Menurut Connie, perlu diperhatikan apakah tugas utama polisi terkait menjaga keamanan atau menegakkan hukum.
"Saya lebih melihat begini. Ini polisi sebenarnya tugasnya apa, ya? Keamanan yang besarkah? Law enforcement-kah?" tanya Connie.
"Banyak orang jadi bingung," lanjut pakar militer ini.
Selain itu, hal lain yang mendasari pertentangan TNI dengan Polri adalah posisinya sebagai institusi negara.
Connie mengaku heran dengan Polri yang dapat berdiri sendiri sebagai institusi mandiri.
• Makna Jenderal Andika Jenguk Korban Penyerangan Polsek Ciracas, Purnawirawan TNI: Mengakui Kesalahan
Sementara itu, TNI bernaung di bawah Kementerian Pertahanan.
Ia mengaku akan mempertanyakan hal yang membingungkan itu jika memiliki jabatan di TNI.
"Kalau memang jadi polisi, kenapa dia enggak di bawah kementerian? Saya sampai hari ini masih enggak ngerti," ungkap Connie.
"Dari situ saja, kalau saya panglima TNI atau paling bawah bintara, saya pasti bingung. Kenapa saya di bawah menteri, sementara panglimanya yang lain tidak di bawah menteri?" tanya dia.
Menurut Connie, hal ini menjadi awal mula konflik yang perlu diselesaikan sejak TNI dan Polri dipisahkan dari kesatuan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Ia menilai posisi TNI dan Polri perlu diperjelas agar tidak memicu konflik lainnya.
"Itu 'kan bertahun-tahun dari tahun '98 kita tidak bisa selesaikan," paparnya.
"Apa yang salah sama pemerintah ini, hal sesederhana itu enggak bisa diselesaikan? Jadi itu pasti akan memicu," tambah Connie. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)