Terkini Nasional
Rocky Gerung Kulik Ucapan Jokowi dari Meroket Jadi Lompatan Besar: Saya Menganggap Ada Frustasi
Pengamat Politik Rocky Gerung memberikan pandangannya terkait pernyataan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Pengamat Politik Rocky Gerung memberikan pandangannya terkait pernyataan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dilansir TribunWow.com, Rocky Gerung menyoroti ucapan Jokowi pada pidato pada Sidang Tahunan MPR RI di kompleks Parlemen Gedung DPR/MPR, Jumat (14/8/2020).
Dalam sidang tersebut, Jokowi menyampaikan banyak hal, satu di antaranya adalah penanganan pandemi Virus Corona, termasuk menyikapi dampak krisis ekonomi yang terjadi.

• Sayangkan Kemunculan Buzzer di HUT Kemerdekaan ke-75 Indonesia, Rocky Gerung: Dirgahayulah Buzzer
• Momen Tak Terduga Dalam Upacara Virtual Kemerdekaan RI, Tingkah Aktif Cucu JK Bikin Gagal Fokus
Jokowi kemudian meminta persoalan Covid-19 menjadi sarana untuk melakukan lompatan besar, khususnya dalam bidang ekonomi.
Menanggapi hal itu, Rocky Gerung lantas menyingung soal targetnya beberapa tahun lalu, yang sempat optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meroket.
Namun menurutnya, pandemi Covid-19 sebenarnya tidak bisa dijadikan satu alasan untuk tidak lagi menggaungkan target meroket tersebut dan justru merubahnya hanya dengan istilah lompatan.
"Mengucapkan sesuatu yang udah berkali-kali orang enggak percaya, kan dulu pernah Beliau mengatakan 'Mari kita rebut masa depan dan mengerahkan pertumbuhan ekonomi kita meroket," ujar Rocky Gerung.
"Ketemu roket itu adalah bahasa 3-4 tahun lalu, sekarang mari kita lakukan lompatan besar," ungkapnya.
Rocky Gerung menilai ada kemunduran atas apa yang disampaikan oleh Jokowi.
Dirinya menambahkan bahwa nampaknya sudah terjadi sebuah kefrustasian di dalam kabinet saat ini lantaran tidak bisa mewujudkan harapannya pada 3-4 tahun sebelumnya.
• Reaksi Rocky Gerung saat Hersubeno Bandingkan JK dengan Maruf Amin, Singgung Prabowo Subianto
"Nanti orang asumsikan lagi bahwa Presiden mengutip pemimpin China lompatan besar ke depan, tapi saya enggak anggap itu," kata Rocky gerung.
"Saya lebih menganggap ada frustasi pada kabinet sehingga tidak bisa lagi menghasilkan narasi yang masuk akal," jelasnya.
Rocky Gerung bahkan mengibaratkan lompatan sejauh-jauhnya atau sebesar-besarnya hanya bisa dilakukan oleh seekor katak.
Sedangkan lompatan dari manusia sendiri bisa dikatakan tidak akan bisa sampai jauh.
Namun lepas dari konteks wacana tersebut, Rocky Gerung tetap menilai tidak ada perubahan sikap yang ditunjukkan oleh pemerintah.
Meskipun hanya untuk bisa menjangkau lompatan besar tersebut.
"Lompatan besar itu gimana, dari wacana meroket, sekarang diganti dengan lompatan kodok," ungkapnya.
"Kalau lompatan besar kan cuman kodok yang mampu," imbunya.
"Kira-kira begitu, wacana berubah tetapi mental tetap," tutup Rocky Gerung.
• Makna Baju Adat Timor Tengah Selatan yang Dikenakan Jokowi saat Upacara di Istana, Berasal dari NTT
Simak videonya mulai menit ke- 23.34
Rocky Gerung Bandingkan Jokowi dengan SBY dalam Dunia Internasional
Akademisi Rocky Gerung menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) kurang terlibat dalam dunia internasional.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan kepada Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, diunggah Sabtu (15/8/2020).
Awalnya Hersubeno Arief menyinggung keterlibatan Indonesia dalam sidang Persatuan Bangsa-bangsa (PBB).

• Rocky Gerung Sarankan PKS Tak Ajukan Calon dan Dukung Gibran di Pilkada Solo: Ujian Moral Demokrasi
"Saya ingin menyoroti kecenderungan Presiden Jokowi yang menghindari pertemuan forum internasional," kata Hersubeno Arief.
"Tercatat Jokowi selama lima tahun berturut-turut tidak pernah menghadiri sidang tahunan PBB dan sebagainya," paparnya.
Jurnalis tersebut menyinggung saat ini tidak mungkin Indonesia tidak terlibat dalam politik global.
"Postur kita bahkan di Asia Tenggara bahkan hilang. Dulu kita ditakuti di zaman ASEAN, dianggap secara ekonomi kita menentukan pasar ASEAN," kata Rocky Gerung menanggapi.
Ia menyebutkan dulu Indonesia sangat diperhitungkan di Asia Tenggara dalam hal geopolitik.
Hal itu ditunjukkan dengan Sekretariat Politik ASEAN ditempatkan di Jakarta, sementara Sekreariat Bisnis ditempatkan di Singapura.
Rocky membenarkan ada kemungkinan Jokowi sengaja menghindari terlibat dalam kancah politik internasional.
"Penghindaran itu dibaca oleh Australia sebagai gagal menjadi tokoh," komentar akademisi tersebut.
"Apa problemnya? Mungkin karena kemampuan debatnya kurang, kemampuan untuk membaca kemampuan politiknya kurang," paparnya.
• Media Jepang Soroti Pidato Jokowi di Sidang Tahunan MPR, soal 1.480 Perusahaan Jepang di Indonesia
Ia mengungkit seorang pemimpin negara akan semakin disorot jika terjun dalam politik dunia.
Selain itu, Rocky menyebutkan keterlibatan itu akan membuat seorang tokoh negara harus lebih banyak menjawab pertanyaan terkait sikapnya dalam urusan politik global.
"Mungkin beliau sendiri memilih tidak tampil di forum internasional karena hambatan-hambatan tadi," komentar Rocky.
Ia lalu membandingkan dengan era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Rocky menilai presiden keenam Indonesia itu lebih terlibat aktif di kancah internasional.
"Ketidaktampilannya di forum internasional tadi yang dibaca sebagai gagal atau tidak meneruskan tradisi SBY sebagai tokoh politik internasional," ungkit Rocky.
Menurut Rocky, publik bertanya-tanya tentang sikap Jokowi terhadap masalah di dunia internasional.
"Jawaban kita di dalam negeri, karena kapasitas beliau yang tidak mencukupi. Publik internasional enggak mau lihat kapasitasnya, cuma bilang gagal dalam politik regional," jelas dia.
(TribunWow/Elfan Nugroho/Brigita)