Ledakan di Beirut
Asal Usul Amonium Nitrat yang Diduga Sebabkan Ledakan di Beirut Lebanon, Sempat Berusaha Dibuang
Sebuah ledakan besar yang diduga dipicu oleh bahan kimia terjadi di Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020).
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Sebuah ledakan besar yang diduga dipicu oleh bahan kimia terjadi di Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020).
Ledakan tersebut bermula dari wilayah pelabuhan yang diduga berasal dari sebuah gudang penyimpanan amonium nitrat.
Menurut catatan, bahan-bahan kimia mudah terbakar itu merupakan barang sitaan dari sebuah kapal yang memuat secara ilegal.

• Disebut Jadi Penyebab Ledakan di Beirut Lebanon, Ternyata Amonium Nitrat Punya Manfaat bagi Manusia
• UPDATE Ledakan di Beirut Lebanon, Ibukota Dikendalikan Militer, Korban Jiwa dan Tunawisama Bertambah
Dilansir Al Jazeera, Kamis (6/8/2020), amonium nitrat tersebut awalnya secara kebetulan dilaporkan telah diangkut oleh sebuah kapal yang mengalami masalah teknis pada bulan September 2013.
Muatan ilegal yang disebut telah melanggar hukum yang berlaku di Lebanon tersebut kemudian disita oleh otoritas pelabuhan.
Pada 2014, kargo tersebut telah dibongkar dan disimpan di Hangar 12 di pelabuhan Beirut yang sekarang menjadi lubang dalam yang dipenuhi air laut berwarna biru kehijauan pesca-ledakan.
Dokumen publik yang diverifikasi oleh Al Jazeera menunjukkan bahwa Bea Cukai Lebanon mengirim enam surat kepada Hakim Masalah Mendesak Beirut antara tahun 2014 dan 2017.
Dalam surat tersebut, pihak Bea Cukai mendesak hakim untuk menyingkirkan materi "berbahaya" dengan mengekspor, menjualnya kembali, atau menyerahkannya ke tentara.
Badri Daher, direktur jenderal Bea Cukai Lebanon, mengatakan pada hari Rabu (5/8/2020) bahwa pengadilan tidak melakukan tindakan lebih lanjut.
Ia menyatakan bahwa pengadilan justru menyalahkan lembaga dan otoritas pelabuhan karena gagal menyingkirkan barang-barang tersebut.
Menteri Pekerjaan Umum, Michel Najjar, mengatakan bahwa pengadilan, otoritas pelabuhan, dan mungkin aparat keamanan yang harus disalahkan.
“Tidak ada kelalaian dari Kementerian Pekerjaan Umum,” ujar Najjar.
"Saya terkejut bahwa mereka (pengadilan, otoritas pelabuhan, dan pasukan keamanan) tidak menemukan cara untuk menangani ini selama hampir tujuh tahun. Itu adalah kecelakaan yang menunggu untuk terjadi," katanya.
Najjar menuturkan bahwa dirinya baru mengetahui keberadaan bahan peledak yang disimpan di pelabuhan Beirut 11 hari sebelum ledakan, melalui laporan yang diberikan kepadanya oleh Dewan Pertahanan Tinggi negara.
"Tidak ada menteri yang tahu apa yang ada di hanggar atau kontainer, dan bukan tugas saya untuk tahu," kata Najjar.
Najjar mengatakan dia mengetahui pada hari Rabu (5/8/2020) bahwa kementeriannya telah mengirim setidaknya 18 surat kepada hakim masalah mendesak Beirut sejak 2014, meminta barang tersebut untuk dibuang.
Namun ia menolak untuk menunjukkan dokumen tersebut dengan alasan masih digunakan dalam penyelidikan berkelanjutan atas penyebab ledakan.
• Kesaksian Sejumlah Korban Ledakan di Beirut Lebanon, Tiba-tiba Bersimbah Darah saat Sedang Memancing
• Cerita Dokter Rawat Korban Ledakan di Beirut Lebanon: Setiap Kami Melakukan Operasi, Semua Bekerja
Dugaan Terkait Penyebab Ledakan
Sebuah ledakan besar telah mengguncang ibukota Lebanon, Beirut, menyebabkan banyak korban, merusak gedung-gedung fasilitas publik, Selasa (4/8/2020).
Ledakan yang meratakan sebagian besar pelabuhan ibukota itu, terasa di seluruh kota saat awan jamur raksasa naik di atasnya.
Meski dugaan sementara penyebab ledakan tersebut lantaran dipicu amonium nitrat di sebuah gudang, namun isu terkait penyebab ledakan mulai berkembang di tengah masyarakat.
Hal itu ditambah dengan cetusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang menyebutkan bahwa ledakan tersebut diperkirakan berasal dari serangan militer.
Dilansir aljazeera.com, Rabu (5/8/2020), saksi mata mengatakan banyak yang terluka karena kaca dan puing-puing yang beterbangan akibat peristiwa ledakan tersebut.
Gelombang ledakan tersebut terasa hingga berkilo-kilo meter dan memecahkan kaca bangunan serta meruntuhkan balkon dan langit-langit.
Penyebab ledakan hingga saat ini masih dalam penyelidikan oleh pihak pemerintahan.
Namun diduga berkaitan dengan 2.700 ton amonium nitrat yang disita yang disimpan di gudang di pelabuhan selama enam tahun.
Ledakan ini terjadi pada saat Lebanon melewati krisis ekonomi dan keuangan terburuk dalam beberapa dekade sehingga dikhawatirkan akan memperparah kondisi negara.
Oleh sebab itu, Presiden Lebanon Michel Aoun segera turun tangan dan menyerukan pertemuan kabinet darurat pada hari Rabu.
Ia mengatakan keadaan darurat dua minggu harus diumumkan menyusul ledakan besar di Beirut yang menewaskan sedikitnya 78 orang dan melukai 4.000 lainnya.
Seperti yang dikutip TribunWow.com dari Time, Rabu (5/8/2020), ledakan itu terjadi di tengah ketegangan yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militer Hizbullah di perbatasan selatan Lebanon.
Banyak warga melaporkan mendengar pesawat di atas kepala tepat sebelum ledakan, memicu desas-desus tentang serangan oleh militer Israel.
Ledakan itu mengejutkan bahkan untuk sebuah kota yang telah menyaksikan perang saudara 15 tahun, pemboman bunuh diri, pemboman oleh Israel dan pembunuhan politik.
“Itu adalah pertunjukan horor yang nyata. Saya belum pernah melihat yang seperti itu sejak zaman perang (sipil), ”kata Marwan Ramadan, saksi mata yang saat itu hanya berjarak sekitar 500 meter dari pelabuhan.
Seorang pejabat pemerintah Israel mengatakan Israel tidak ada hubungannya dengan ledakan itu.
Pejabat tersebut enggan disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk membahas masalah ini dengan media berita.
Sementara itu, pemerintah Israel bahkan dikabarkan telah menawarkan bantuan darurat melalui perantara internasional.
Pada awal konferensi pers Gedung Putih tentang Virus Corona, Trump mengatakan ledakan itu tampak seperti serangan yang mengerikan.
Ketika ditanya oleh seorang reporter apakah dia yakin itu adalah serangan.
"Saya bertemu dengan beberapa jenderal besar kita dan mereka sepertinya merasa itu adalah serangan," ujar Trump.
Namun, seorang pakar bom asal Israel, Boaz Hayoun, mengatakan kembang api bisa menjadi faktor pemicu ledakan besar.
"Sebelum ledakan besar, di tengah-tengah api, anda dapat melihat percikan, anda dapat mendengar suara seperti popcorn dan anda dapat mendengar suara siulan," kata Hayoun, pemilik Tamar Group, yang bekerja sama erat dengan pemerintah Israel dalam hal keselamatan dan masalah sertifikasi yang melibatkan bahan peledak.
"Ini adalah perilaku percikan api yang sangat spesifik."
Di sisi lain, Menteri Dalam Negeri Mohammed Fahmi mengatakan kepada sebuah stasiun TV lokal bahwa ledakan itu mungkin disebabkan oleh lebih dari 2.700 ton amonium nitrat yang telah disimpan di sebuah gudang di dermaga sejak disita dari sebuah kapal kargo pada tahun 2014.
Ia melaporkan melihat awan oranye saat ledakan yang muncul ketika gas nitrogen dioksida beracun dilepaskan oleh ledakan yang melibatkan nitrat. (TribunWow.com)