Misteri Kematian Yodi Prabowo
Soal Dugaan Bunuh Diri Yodi Prabowo, Pakar Psikologi Forensik: Kondisi Comorbid Depresi
Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel angkat bicara soal dugaan bunuh diri pada kasus kematian editor Metro TV Yodi Prabowo.
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel angkat bicara soal dugaan bunuh diri pada kasus kematian editor Metro TV Yodi Prabowo.
Diketahui, Polda Metro Jaya telah menyimpulkan kematian Editor Metro TV Yodi Prabowo karena bunuh diri.
Yodi diyakini mengalami depresi berat hingga nekat mengakhiri hidupnya dengan pisau dapur di pinggir Tol JORRW2 Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan pada tanggal 8 Juli 2020 dini hari.
• Kata Suicidiolog soal 4 Luka Tusuk di Tubuh Editor Metro TV Yodi Prabowo: Jarang Sekali Ditemukan
Berselang dua hari, tepatnya 10 Juli 2020, jeazah Yodi Prabowo baru ditemukan warga.
Dari hasil autopsi diketahui ada lima tusukan pisau dapur di tubuh Yodi.
Empat tusukan ke dada, dan satu tusukan ke leher.
Sementara tidak ada luka kekerasan benda tumpul di tubuh korban.
Selain depresi, polisi juga menemukan bahwa Yodi mengonsumsi narkoba jenis ampetamin dari tes urinenya.
Kemungkinan bunuh diri pada kasus kematian Yodi Prabowo diungkapkan Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel sudah disampaikannya.
Hal itu berdasarkan sejumlah fakta, terutama berdasarkan kesaksian kekasih Yodi, yakni berulang kali menanyakan dengan pertanyaan serupa.
• Kecewa Editor Metro TV Yodi Prabowo Disebut Bunuh Diri, Orangtua Sodorkan Kata-kata Dukun ke Polisi
Pertanyaannya adalah 'Kalau nanti aku enggak ada, kamu sedih enggak?'.
Pertanyaan itu dinilai Reza adalah pertanda suicidal ideation atau pemikiran tentang bunuh diri.
Kemudian, Polda Metro Jaya dalam konferensi pers pada Sabtu (25/7/2020), berkesimpulan bahwa Yodi diduga kuat bunuh diri.
Hal tersebut berdasarkan sejumlah analisa dari olah TKP, keterangan saksi dan ahli serta semua temuan petunjuk dan barang bukti.
Atas hal ini, Reza Indragiri Amriel menyatakan depresi memang dipandang sebagai gerbang ideal menuju bunuh diri.
"Begitu pula, penyalahgunaan obat-obatan disebut sebagai salah satu penyebab utama yang mengarah pada bunuh diri," ungkap Reza kepada Warta Kota, Senin (27/7/2020).
"Jadi, secara mandiri, baik depresi maupun penyalahgunaan obat-obatan merupakan faktor-faktor bunuh diri," jelasnya.
• Yodi Prabowo Bolak-balik di Lorong Etalase Pisau, AKBP Jean Calvijn Runut Penyidikan Editor Metro TV
Bisa dibayangkan, kata Reza, dimana seorang individu membutuhkan penanganan lebih serius lagi ketika ia mengalami depresi.
Selain itu disertai dengan penyalahgunaan obat-obatan secara bersamaan atau comorbid.
"Kondisi comorbid depresi dan penyalahgunaan obat-obatan tersebut memunculkan risiko lebih tinggi lagi bagi pengidap nya, untuk kemudian melakukan tindakan mengakhiri hidupnya sendiri," ujar Reza.
Sampai di situ, kata Reza, setiap peristiwa bunuh diri sejatinya menjadi momentum bagi terbangunnya keinsafan khalayak luas.
"Keinsafan tentang pentingnya kesehatan jiwa dan kepedulian satu sama lain. Dua hal ini bahkan kian dibutuhkan pada masa pageblug seperti saat ini," jelas Reza.
Perubahan akibat wabah covid-19 yang berimbas secara masif terhadap stabilitas kehidupan masyarakat dunia.
Dirinya khawatir terjadi gangguan kesehatan mental.
Menurut Reza, seberapa jauh 'new habit' juga mencakup tumbuhnya pola hidup baru yang lebih multidimensional.
"Yakni mencakup resiliensi mental dan sosial, adalah pertanyaan yang harus ditemukan jawabannya," kata Reza.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Nekat Akhiri Hidup, Pakar Psikologi Forensik Menilai Yodi Prabowo Alami Comorbid Depresi