Pilkada Serentak 2020
Rocky Gerung Sarankan PKS Tak Ajukan Calon dan Dukung Gibran di Pilkada Solo: Ujian Moral Demokrasi
Pengamat politik Rocky memberikan saran kepada Partai Keadilan Sosial (PKS) dalam menyikapi Pilkada Solo 2020.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Pengamat politik Rocky memberikan saran kepada Partai Keadilan Sosial (PKS) dalam menyikapi Pilkada Solo 2020.
Dilansir TribunWow.com, Rocky Gerung mengusulkan kepada PKS supaya tidak mengajukan calon sebagai penantang Gibran Rakabuming Raka yang berpasangan dengan Teguh Prakosa.
Dirinya lantas meminta supaya PKS bisa memberikan dukungan kepada Gibran dan Teguh yang diusung oleh PDI Perjuangan (PDIP).

• Pasangan Bagyo Wahyono dan FX Suparjo Muncul sebagai Calon Penantang Gibran: Kita Itu Wong Cilik
Menurutnya, dengan bergabungnya PKS untuk mendukung Gibran tentu akan menjadi ujian moral bagi proses demokrasi di Indonesia.
Hal ini disampaikan dalam tayangan Youtube Rocky Gerung Official, Rabu (22/7/2020).
"Saya mau usulkan supaya PKS enggak usah mengajukan calon, PKS sebaiknya ikut mendukung Gibran," ujar Rocky Gerung.
"Itu lebih berguna dalam demokrasi, karena kita akan uji," jelasnya.
Dikatakannya bahwa ujian di Pilkada Solo 2020 nantinya adalah dalam hal moral politik.
Karena dengan begitu, maka Pilkada Solo hanya akan ada pasangan tunggal yang maju dan hanya melawan kotak kosong.
Ditambah semua partai juga ikut mendukung pasangan tunggal tersebut.
"Bagaimana moral politik dipertontonkan bila seluruh partai bersatu mendukung satu calon," terangnya.
"Maka secara teroritis yang terjadi adalah sang calon versus kotak kosong," kata Rocky Gerung.
• Gambarkan Gibran sebagai Anak Panah Jokowi di Pilkada Solo, Rocky Gerung: Contoh Buruk Nepotisme
Jika benar nantinya yang terjadi seperti itu, Rocky Gerung mengaku justru mendukung kotak kosong yang menang.
Dirinya pun menyakini banyak pihak yang juga menginginkan hal tersebut terjadi.
"Tapi saya enggak takut kalau kotak kosongnya menang, yang saya takut kalau otak kosong yang menang," terangnya.
"Jadi publik ingin melihat itu, ujiannya di situ."
Lebih lanjut, Rocky Gerung menyebut kondisi politik yang terjadi di Pilkada Solo 2020 menggambarkan bahwa proses demokrasi sedang tidak sehat.
Bahkan dirinya menyebut bukan lagi disebut sebagai oligarki, namun jika ada gambaran yang lebih tepat lagi adalah bapakkrasi.
Rocky Gerung mengartikannya sebagai kekuasaan dari seorang bapak.
"Sangat mungkin bahwa kita akan menemukan cara lain untuk menerangkan keadaan demokrasi kita hari ini," papar Rocky Gerung.
"Mungkin namanya bukan lagi oligarki, pasti bukan demokrasi, mungkin kita sebut sebagai bapakkrasi, kekuasaan bapak yang bisa mengatur, bahkan transaksi, tukar tambah," pungkasnya.
• Pilkada Solo Potensi Calon Tunggal, Refly Harun Singgung Makassar: Kalau Gibran Rasanya Tak Mungkin
Simak videonya mulai menit ke- 33.19
Rocky Gerung: Contoh Buruk Nepotisme
Pengamat Politik Rocky Gerung ikut memberikan komentar terkait ramainya Pilkada Solo 2020.
Alasan ramainya Pilkada Solo 2020 tidak lain karena majunya putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka yang diusung oleh PDI Perjuangan (PDIP).
Dilansir TribunWow.com, Rocky Gerung menggambarkan kondisi tersebut bagaikan anak dan busur panah.
Jokowi disebutnya sebagai busur panah, sedangkan Gibran sendiri sebagai anak panahnya.
Hal ini disampaikan dalam tayangan Youtube Rocky Gerung Official, Selasa (21/7/2020).
Namun menurut Rocky Gerung, anak panah yang dimaksudkan bisa menjadi anak panah kehidupan, tetapi juga bisa menjadi anak panah kekuasaan.
Dikatakannya hal itu tergantung bagaimana busur panah memfungsikannya.
"Saya enggak tahu Gibran yang hari ini dipercakapkan orang, apakah ayahnya juga memaksudkan dia sebagai anak panah kehidupan atau anak panah kekuasaan," ujar Rocky Gerung.
• Gerindra Dukung Gibran di Pilkada Solo, Refly Harun: Makin Mesra Rupanya Prabowo dengan Jokowi
Jika melihat kondisi yang terjadi dengan merujuk majunya Gibran di Pilkada Solo 2020, maka Rocky Gerung menilai Jokowi menggunakan anak panahnya untuk itu menjadi anak panah kekuasaan.
Dengan begitu tidak lain adalah sebagai bentuk nepotisme.
"Kalau dia anak panah kehidupan, maka ada wisdom, yaitu sang ayah pasti mengarahkan anak panahnya kedati bukan berasal, bukan keinginan dia tapi dia menjadi busur supaya anak panahnya menjadi contoh di masa depan, menjadi contoh dari berhentinya nepotisme," jelas Rocky Gerung.
"Tetapi justru sang ayah menjadikan anak panahnya itu contoh buruk dari nepotisme," sambungnya.
Bahkan Rocky Gerung menyebutnya sebagai contoh nepotisme yang paling buruk atau bisa dikatakan lebih dari sekadar nepotisme.
Karena seperti yang diketahui, nepotisme adalah masih dalam batas keponakan.
Sedangkan Gibran sendiri sudah merupakan anak kandung dari Jokowi.
"Karena kalau kita sebut nepotisme itu dari kata nepos artinya ponakan, ini bukan lagi ponakannya, ini anaknya," terangnya.
"Jadi bukan nepos lagi, ini sudah sonsisme, putraisme, dan itu bagian paling buruk dari demokrasi."
• Refly Harun Nilai Faktor Jokowi Lebih Besar dari Faktor PDIP untuk Kemenangan Gibran di Pilkada Solo
Lebih lanjut, Rocky Gerung membenarkan bahwa majunya Gibran ke Pilkada Solo 2020 merupakan hak otonom setiap individu.
Namun menurutnya, hak tersebut berlaku jika seseorang benar-benar tidak memiliki hubungan atau pengaruh dengan pihak lain di perpolitikan, terlebih orang nomor satu di Indonesia.
"Tentu orang bisa bilang ya itu otonom untuk mencalonkan atau tidak mencalonkan," kata Rocky Gerung.
"Dia menjadi otonom kalau tidak di dalam spire of influence dari ayahnya yang adalah presiden," jelasnya.
"Kan problem kita spire of influence presiden akan bekerja mendahului netralitas Pilkada," tutupnya.
Simak videonya mulai menit ke- 2.05:
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)