Terkini Daerah
Hati-hati Tanya Komentar PDIP soal Kekecewaan Purnomo, Effendi Gazali: Kalau Tidak Keberatan Jawab
Pakar komunikasi politik Effendi Gazali menanyakan tanggapan Ketua DPP PDIP Nusyirwan Soejono terkait Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Solo 2020.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Pakar komunikasi politik Effendi Gazali menanyakan tanggapan Ketua DPP PDIP Nusyirwan Soejono terkait Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Solo 2020.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Apa Kabar Indonesia Malam di TvOne, Senin (20/7/2020).
Sebelumnya PDIP mengusung Gibran Rakabuming Raka berpasangan dengan Teguh Prakosa untuk maju dalam Pilkada Solo.

• Gibran Berpotensi Calon Tunggal di Solo, Refly Harun: Siapapun yang Lawan Klan Jokowi akan Kalah
Sikap tersebut berubah setelah sebelumnya DPC PDIP Kota Solo merekomendasikan Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo yang masih menjabat saat ini.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai ayah Gibran sekaligus kader PDIP kemudian mengundang Purnomo untuk membicarakan sikap partai.
Nusyirwan menjelaskan alasan Jokowi sendiri yang membicarakan masalah tersebut dengan Purnomo.
Awalnya hal itu ditanyakan Effendi Gazali.
"Kalau yang ke Istana, kenapa harus Bapak Presiden yang menyampaikan?" tanya Effendi Gazali.
"Pasti posisinya bukan sebagai presiden. Sebagai kader PDIP menyampaikan kepada sesama kader PDIP bahwa yang memenangkan tiket untuk maju ke Pilkada Solo Desember 2020 adalah Mas Gibran," tambahnya.
Nusyirwan menjelaskan justru Jokowi sendiri yang berinisiatif menjelaskan ke Achmad Purnomo.
Menurut dia, sikap tersebut sangat dihargai partai.
"Kami sangat menghargai komunikasi yang lebih dini itu akan baik, apalagi untuk sama-sama yang berasal dari kota yang sama dan sama-sama kenal lama," papar Nusyirwan.
Selain itu, baik Jokowi maupun Purnomo sudah saling mengenal sebagai kader PDIP.
Nusyirwan menilai hubungan keduanya sudah dapat dianggap sebagai teman.
"Jadi tentunya kalau diberitahu sesama teman 'kan tentunya lebih baik," jelas dia.
• Gibran Berpotensi Lawan Kotak Kosong di Pilkada Solo, Refly Harun: Jangan-jangan Menang 90 Persen
"Jadi sebetulnya itu adalah komunikasi dari kader yang berasal dari partai yang sama dan kenal juga sebelumnya (sudah lama)," tambah Nusyirwan.
Effendi kemudian melanjutkan pertanyaan.
Namun ia tampak sungkan dan menangkupkan tangan.
Pakar komunikasi tersebut menanyakan reaksi Purnomo yang tampak kecewa setelah menemui Jokowi.
"Kenapa begitu keluar dari Istana, sesama teman lama, itu agak kecewa. Kalau boleh, kalau tidak keberatan dijawab," kata Effendi.
Nusyirwan menilai reaksi Purnomo sebagai hal yang wajar.
Seperti diketahui, sebelumnya Purnomo digadang-gadang akan menjadi calon dari PDIP.
"Tentu kalau sesuatu hasil wajar saja. Kalau hasilnya memang sesuai dengan harapan, yang muncul adalah kegembiraan," komentar Nusyirwan.
"Tapi yang tidak sesuai dengan harapan maka akan kecewa, saya melihat itu adalah alternatif yang wajar saja," tandasnya.
• Purnomo Cukur Habis Jenggot dan Kumisnya setelah Tak Direkomendasikan PDIP: Ini Syukuran, Sudah Los
Lihat videonya mulai menit 5:00
Achmad Purnomo Ngaku Dihubungi Partai Lain
Achmad Purnomo gagal mendapatkan rekomendasi dari Partai PDIP Perjuangan (PDIP) untuk bisa mencalonkan diri sebagai calon wali kota di Pilkada Solo 2020.
Kepastian tersebut didapat setelah PDIP secara resmi memberikan rekomendasi kepada bakal calon lainnya, yakni Gibran Rakabuming Raka berpasangan.
Dilansir TribunWow.com, putra sulung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) tersebut akan berpasangan dengan Teguh Prakosa di Pilkada Solo yang rencananya akan digelar pada 9 Desember 2020 mendatang.
Jalan Purnomo untuk tetap maju sebagai calon wali kota Solo di Pilkada 2020 sejatinya masih terbuka.
Dengan catatan, ada partai atau koalisi partai yang kemudian mengusungnya sebagai calon.
Dalam acara Apa Kabar Indonsia Malam 'tvOne', Sabtu (18/7/2020), Purnomo juga mengakui sendiri sudah ada banyak partai atau pihak yang mengubungi dirinya.
Meski begitu, dirinya tidak menyebut secara gamblang, partai yang menghubunginya.
Namun menurut Purnomo, belum ada permintaan atau penawaran secara resmi yang diberikan kepadanya.
Dirinya berpandangan karena belum ada partai yang bisa memenuhi sembilan kursi sebagai syarat mengusung calon di Pilkada 2020.
Oleh karenanya mau tidak mau harus berkoalisi terlebih dahulu.
Seperti yang diketahui 30 dari total 45 kursi DPRD Kota Solo diduduki dari kader PDIP.
Sisanya ditempati oleh PKS (5 kursi), PAN (3 kursi), Gerindra (3 kursi), Golkar (3 kursi) dan PSI (1 kursi).
• Purnomo Klarifikasi soal Tawaran Jabatan dari Presiden: Bukan Pak Jokowi yang Mengatakan Begitu
"Kalau kontak ada-ada saja, tapi sampai sekarang belum secara resmi," kata Purnomo.
"Karena mereka kesulitan siapa yang diajak koalisi karena tidak jelas siapa yang bisa koordinasinya untuk bisa minimal sembilan kursi untuk mengusung seorang calon," lanjutnya.
Terlebih kabarnya, PAN akan bersikap realistis dengan memberikan dukungan kepada pasangan Gibran dan Teguh di Pilkada Solo 2020.
Maka kemungkinan peluangnya adalah dari PKS yang kabarnya juga masih ngotot mencarikan lawan untuk pasangan calon yang diusung dari PDIP tersebut.
Meski begitu, Purnomo menegaskan sejauh ini tidak ada pikiran maju ke Pilkada Solo 2020 dari partai lain.
Dirinya mengaku masih setia dengan partai yang membesarkan namanya itu.
Selain itu, di satu sisi, ia menyadari sudah cukup lama berkecimpung di dunia politik Kota Solo dan juga bekerja di pemerintahannya.
Dirinya mengatakan lebih menginginkan untuk melanjutkan sisa hidupnya dengan kembali menekuni bisnis swastanya.
"Sampai saat ini tidak ada perahu yang berbeda yang saya pilih, tidak ada, tetap saya adalah calon dari PDIP Perjuangan yang tidak mendapatkan rekomendasi, hanya begitu," kata Purnomo.
"Kayaknya tidaknya, mengingat saya sudah lama sekali bergerak di politik Kota Surakarta, di pemerintahan Kota Surakarta," tambahnya. (TribunWow.com/Brigitta Winasis/Elfan)