Terkini Nasional
Soal Reshuffle Jokowi, Mardani Ali Sera: Ketika Barcelona Bermasalah yang Diganti Bukan Cuma Pemain
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKS, Mardani Ali Sera memberikan tanggapan terkait kemungkinan adanya reshuffle atau pergantian kabinet.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKS, Mardani Ali Sera memberikan tanggapan terkait kemungkinan adanya reshuffle atau pergantian kabinet.
Dilansir TribunWow.com, Mardani menilai wajar apa yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara pada Kamis (18/6/2020) lalu.
Saat itu, Jokowi menunjukkan sikap marah terhadap para menteri lantaran merasa kecewa dengan kinerja dari pembantunya tersebut.

• Pakar Komunikasi Effendi Gazali Tebak-tebakan Menteri yang akan Direshuffle Jokowi, Singgung Menkes
Tak hanya merasa kecewa, Jokowi juga memperingatkan kepada para menterinya perihal akan adanya reshuffle dan tidak menutup kemungkinan juga akan membubarkan lembaga.
Dikutip dari acara Kompas Petang, Senin (29/6/2020), Mardani mengakui bahwa memang semua pejabat negara sudah bekerja keras dalam menangani krisis dan pendemi Virus Corona saat ini.
Namun menurutnya, kerja keras saja tidak cukup tanpa adanya sistematika, pengawasan dan juga indikator yang jelas.
"Jadi yang dikerjakan sekarang boleh jadi kerja keras, tetapi kerja keras tanpa sistematika yang jelas, tanpa pengawasan yang jelas, tanpa KPI (Key Performance Indicator) yang jelas, wajar Pak Jokowi marah-marah," ujar Mardani.
Sementara itu terkait rencana reshuffle, Mardani mengaku lebih setuju untuk mempertahankan kabinet yang ada.
Namun dengan catatan harus dilakukan adanya perubahan kinerja yang luar biasa dan pola pikir yang lebih baik dalam menyikapi masa krisis.
Mardani menambahkan, semua menteri dan pejabat negara lain harus dalam komando yang satu yakni di bawah kendali Presiden.
"Iya harus, justru saat sekarang ini satu komando satu tujuan dan satu sikap diperlukan," kata Mardani.
"Ketika sedikit saja penyimpangan efeknya luar biasa," sambungnya.
• Bahas Reshuffle Jokowi, Effendi Gazali Pertanyakan Peran Ali Ngabalin: Lebih Banyak Jadi Juru Bicara
Selain itu, dirinya meminta para menteri untuk memberikan dukungan kepada Jokowi dan jangan membiarkan seorang Presiden bekerja keras sendirian.
Mardani lantas menyinggung soal sebuah klub sepak bola.
Dikatakannya bahwa pada setiap klub, ketika terjadi masalah terkait penampilan maka yang bertanggung jawab tidak hanya pemain, melainkan juga pelatih.
Maka dari itu, Mardani mengaku berharap besar kepada Jokowi bisa menjadi pelatih yang terbaik dalam menangani pemainnya, yakni para menteri.
"Karena itu dukung Pak Jokowi bersikap tegas, tetapi nyuwun sewu ketika Barcelona punya masalah, biasanya yang diganti itu bukan cuman pemain, tetapi pelatih," ungkap Mardani.
"Ayo Pak Jokowi buktikan adalah pelatihnya nomor satu Indonesia," harapnya menutup.
Simak videonya mulai menit ke- 6.47
Effendi Gazali Ibaratkan Jokowi seperti Liverpool
Pakar Komunikasi Politik, Effendi Gazali memberikan tanggapan terkait sikap marah yang ditunjukkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Sidang Kabinet Paripurna pada Kamis (18/6/2020) lalu.
Dilansir TribunWow.com, Effendi Gazali mengibaratkan bahwa Jokowi sama halnya dengan klub asal Inggris, yakni Liverpool, lebih tepatnya yaitu dengan slogannya, yakni You Will Never Walk Alone.
Effendi Gazali beranggapan bahwa Jokowi seperti tidak memiliki partner kerja yang memiliki visi yang sama, khususnya terkait dengan penanganan pandemi Virus Corona dan juga krisis yang ditimbulkannya.
• Jokowi Kembali Tegur Menkes Terawan, Soroti Insentif untuk Tenaga Medis: Terlalu Berbelit-belit
Hal itu lantaran para menterinya justru dinilai bersantai dalam menghadapi kasus Covid-19, termasuk juga menyikapi krisis yang ditimbulkannya.
Maka dari itu, Effendi menduga bahwa Jokowi sedang kesepian dalam menjalankan tugasnya.
Faktor itulah yang membuat Jokowi merasa geram dengan kinerja para menteri yang dianggap masih bisa bersantai dalam menghadapi krisis.
"Barangkali ketika kesepian, sedang hening di malam hari, Bapak Presiden berpikir, 'Bagaimana kok data yang disampaikan kepada bapak Presiden atau suasana pertemuan biasa-biasa saja?'," ujar Effendi.
"Tidak memperlihatkan ada krisis, sementara di luar sana, mengutip dari berbagai data, nanti ujungnya Covid-19 ini nanti ternyata panjang di Indonesia," jelasnya.
Effendi kemudian membandingkan semangat dari Jokowi yang masih tetap sama dalam menangani penyebaran Virus Corona, sejak pertama masuk hingga saat ini.
Hal itu dibuktikan dengan pernyataan yang disampaikan oleh Jokowi dengan mengatakan akan melakukan cara apapun untuk bisa menurunkan kurva kasus Corona di Tanah Air yang sempat disampaikan pada bulan Mei 2020 lalu.
Dan menurut Jokowi hal itu tidak mendapatkan respon dari bawahannya.
Oleh karenanya, kemudian hal itu kembali ditegaskan oleh Jokowi dan diluapkan kepada jajaran menterinya.
• Jokowi Ancam Reshuffle, Pengamat Politik Prediksi Menteri Ekonomi Diganti: Kalau Menkes dari Dulu
"Saya ingin mengatakan Bapak Presiden kita pada saat dia mengatakan, 'Apapun caranya Covid-19 harus turun'," kata Effendi mengungkit pernyataan Jokowi.
"Kemudian pada saat ini apapun caranya akan dia lakukan untuk mempercepat suasana yang dianggap biasa-biasa saja," sambungnya.
"Padahal dia ingin ini menjadi suasana yang disikapi berdasarkan krisis," papar Effendi.
Maka dari itu, Effendi menyimpulkan bahwa Jokowi merasa kesepian karena seperti berkerja sendirian dalam menangani krisis ini.
Dirinya lantas mengkaitkan dengan slogan milik Liverpool, yakni yang menyatakan kamu tidak akan pernah berjuang sendiri.
Dan menurutnya, slogan itu yang harusnya ditanamkan oleh para menteri ataupun para pejabat negara lain supaya Jokowi tidak merasa walk alone atau bekerja sedirian.
"Saya rasa hampir sama, presiden kita sedang kesepian. Agak saya kaitkan dengan Liverpool, You will never walk alone," kata Effendi.
"Justru ini dibutuhkan semacam sparing partner yang memberikan data, memberikan komunikasi kepada Bapak Presiden di dalam lingkungan istana yang bisa membuat presiden tidak merasa walk alone, tidak merasa berjalan seorang diri" ungkap Effendi.
"Itu yang menjadi bahan pertimbangan bahwa video 18 Juni itu baru ditayangkan kemudian pada 28 Juni," tutupanya.
Simak videonya mulai menit ke- 2.37
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)