Breaking News:

Virus Corona

Cerita 3 Polwan Pengurus Jenazah Covid-19, Pernah Mau Pingsan saat Angkut Jasad dari Lantai 2

3 Polwan tim pemulasaran jenazah pasien Covid-19 berbagi pengalaman mereka selama mengurus jenazah pasien Covid-19 secara sukarela.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Lailatun Niqmah
YouTube Kompastv
Tiga polwan yakni Bripka Rinna Arman, Bripda Khalda, dan Bripda Debi Tarigan secara sukarela mengajukan diri untuk menjadi tim pemulasaran jenazah pasien Covid-19. 

TRIBUNWOW.COM - Di samping tenaga medis, tim pemulasaran jenazah Covid-19 juga berisiko tinggi terpapar Covid-19.

Berbeda dengan tim pemulasaran jenazah pada umumnya, Direktorat Samapta Polda Metro Jaya memiliki tim khusus pemulasaran jenazah yang terdiri dari tiga orang Polisi Wanita (Polwan).

Ketiga polwan itu secara sukarela menawarkan dirinya untuk menjadi tim pemulasaran jenazah untuk area Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang (Jadetabek).

Petugas pengantar jenazah Covid 19 memastikan pemakaman berlangsung sesuai dengan agama masing-masing. Terbaru, ilustrasi pemakaman jenazah pasien Covid-19.
Petugas pengantar jenazah Covid 19 memastikan pemakaman berlangsung sesuai dengan agama masing-masing. Terbaru, ilustrasi pemakaman jenazah pasien Covid-19. (Bagus Supriadi/Kompas.com)

Keluarga Tolak Pemakaman Jenazah dengan Protap Corona, Petugas Medis Dianiaya: Hazmat Saya Dirobek

Kepala WHO soal Virus Corona: Orang Tetap Rentan, Covid-19 Masih Memiliki Banyak Ruang Gerak

Dikutip dari YouTube Kompastv, Senin (29/6/2020), ketiga polwan itu adalah Bripka Rinna Arman, Bripda Khalda, dan Bripda Debi Tarigan.

Paling senior di tim beranggotakan tiga orang itu adalah Bripka Rinna Arman.

Rinna bercerita dirinya masuk ke tim pemulasaran jenazah murni karena keinginan dan keberanian.

"Kita memberanikan diri, saya pribadi memberanikan diri untuk unjuk tangan kalau saya bersedia (mengurus jenazah pasien Covid-19)," papar Rinna.

Rinna mengatakan saat dirinya mengajukan diri, dua juniornya yakni Bripda Khalda dan Debi Tarigan juga ikut mengajukan diri.

"Terus tidak lama kemudian, dua rekan saya, dua junior saya ikut angkat tangan juga," kata Rinna.

"Dan akhirnya pada saat pembentukan tim pemulasaran jenazah Covid khusus wanita, itu hanya kami bertiga."

Rinna bercerita langkah dirinya ikut dalam tim pemulasaran jenazah mendapat pertentangan dari keluarganya.

Ia bercerita sang ibu meminta dirinya keluar dari tim pemulasaran jenazah karena khawatir akan bahaya Covid-19.

"Tiba-tiba menginfomasikan ke orangtua kalau 'Saya ini ikut tim pemulasaran Mah'," ucap Rinna.

"Orangtua syok, kaget sampai nangis."

"Tapi saya terus memberikan pengertian ke orangtua kalau ini seandainya kita mengikuti protokol mah enggak (bahaya)," sambung Rinna.

Selama menjadi tim pemulasaran jenazah, Rinna berbagi pengalamannya di mana ia pernah merasa ingin pingsan.

Kejadian itu terjadi saat dirinya harus mengangkat jenazah seorang wanita yang kelebihan berat badan dari lantai dua ke bawah.

"Kami mengangkat dari lantai 2 ke bawah itu sangat luar biasa, tidak ada pertolongan lagi," ujar Rinna.

"Mau enggak mau harus kita turunin."

"Sampai ke bawah, masukkin dalam peti benar-benar yang laki-lakinya saja sudah enggak sanggup mungkin karena kecepan juga, posisi puasa,"

"Di situ kayak mau pingsan rasanya," lanjut Rinna.

Kasihan Lihat Jenazah Covid-19

Anggota yang lain, yakni Bripda Khalda mengaku dirinya memutuskan ikut tim pemulasaran jenazah lantaran kasihan.

Khalda merasa kasihan melihat jenazah pasien Covid-19 tidak bisa dimakamkan secara umumnya.

Kemudian keluarga yang seharusnya datang mengenang momen terakhir juga tidak diperkenankan melihat karena bahaya Covid-19.

"Ini kok menyedihkan menurut saya, seharusnya keluarganya ikut hadir dalam ini semua, tapi ini enggak ada keluarganya enggak bisa lihat, enggak bisa menyaksikan untuk yang terakhir kalinya," kata Khalda.

Sedangkan Bripda Debi Tarigan juga memiliki cerita serupa dengan seniornya Rinna.

Ia mendapat pertentangan dari keluarganya sendiri karena ikut tim pemulasaran jenazah.

Setelah meyakinkan keluarganya, Debi mengatakan dirinya selalu dipesankan oleh ibunya agar bisa menjaga kesehatan secara baik.

"Ini tugas, aku juga pengen tahu bagaimana sih pemulasaran itu," kata Debi.

Debi tak memungkiri dirinya juga merasa takut mengurus jenazah Covid-19, namun ia percaya akan aman apabila terus mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah.

"Kalau kita berhadapan langsung dengan Covid ini pasti kita ada rasa takutnya," ucap Debi.

"Yakinin diri saja hidup bersih, ikuti semua anjuran pemerintah," tambah Debi.

Viral Petugas Media Dianiaya Keluarga Pasien Corona, Berawal dari Adu Mulut saat Antarkan Jenazah

Sudah Dilatih Bertahap

Dir Samapta Polda Metro Jaya Kombes Mokhamad Ngajib mengatakan ketiga polwan tersebut telah melewati pelatihan yang cukup sebelum mereka diterjunkan langsung ke lapangan.

"Itu semuanya kita lakukan pelatihan secara bertahap yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan," kata dia.

"Dan setelah itu mereka langsung turun ke lapangan untuk melakukan pemulasaran jenazah dan ini pun prosesnya bahwa tim itu ada di posko,"tambahnya.

Ngaji mengatakan ketiganya akan bertugas setelah mendapat kabar dari puskesmas di area Jadetabek terkait permintaan bantuan untuk pemulasaran jenazah pasien Covid-19.

Simak video selengkapnya mulai menit awal:

(TribunWow.com/Anung)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Virus CoronaPolisi Wanita (Polwan)Covid-19Positif Virus Corona di Indonesia
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved