Terkini Nasional
Bantah Ketua PA 212, Aria Bima Sebut Konsep Trisila dan Ekasila Bukan dari PDIP: Dibuka Rekamannya
Anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan, Aria Bima memberikan bantahan kepada Ketua Persaudaraan Alumni 212, Slamet Maarif.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan, Aria Bima memberikan bantahan kepada Ketua Persaudaraan Alumni 212, Slamet Maarif.
Dilansir TribunWow.com, Aria Bima membantah bahwa konsep Trisila dan Ekasila yang tercantum di Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) itu usulan dari PDIP.
Hal ini disampaikan Aria Bima saat menjadi narasumber dalam acara Kabar Petang tvOne, Kamis (25/6/2020).

• Ketua PA 212 Minta PDIP Tak Berlebihan soal Pembakaran Bendera Partai: Ada Persoalan Lebih Penting
Bermula ketika Slamet Maarif mengatakan bahwa usulan berubahnya Pancasila menjadi Trisila dan Ekasila dilakukan dari PDIP.
Slamet Maarif mengatakan hal itu diketahui dengan melihat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD ART) PDIP.
Menanggapi hal itu, Aria Bima membenarkan bahwa di dalam AD ART terdapat konsep Trisila dan Ekasila.
Namun hal itu hanya digunakan untuk internal partai dan untuk mensosialisasikan kepada kader-kader partai.
Dikatakannya bahwa tetap tujuannya tetap menjadi manusia yang pancasilais.
Tetapi dirinya menegaskan bahwa yang ada di RUU HIP bukan dari PDIP.
"Itu adalah cara kita menjadi manusia yang berpancasilais sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan, cara kita mensosialisasikan internal kita," ujar Aria Bima.
"Kemudian yang di Rancangan Undang-Undang itu nanti Pak Slamet bisa tidak sadar kalau konsep Trisila Ekasila itu bukan dari PDI," jelasnya.
Bahkan Aria Bima meminta supaya Slamet Maarif bisa datang langsung untuk meluruskan kesalahpahaman tersebut.
Ia mengaku siap untuk membuktikan bahwa bukan dari PDIP, yaitu melalui rekaman yang ada.
• Aria Bima Jelaskan soal RUU HIP kepada Ketua PA 212: Belum Pernah Baca Pidato Bung Karno 1 Juli?
Aria Bima lantas meminta kepada Slamet Maarif untuk meminta maaf kepada PDIP jika tuduhannya itu tidak terbukti.
"Nanti Pak Slamet kita undang rawuh dibuka risalahnya, dibuka rekamannya, betul enggak Trisila Ekasila itu dari PDI?" kata Aria Bima.
"Itu di dalam ADRT kami iya, cara mensosialisasikan supaya orang PDI itu menjadikan pancasilais yang sesuai," sambungnya.
"Kalau yang di dalam draft itu Pak, Trisila Ekasila, nanti Pak Slamet kalau tidak dari PDI, Pak Slamet bisa minta maaf ya sama PDI ya?" tegasnya.
"Pak Slamet kan menuduh dari PDI, itu ada rekamannya pak."
Dirinya kemudian menjelaskan soal konsep Trisila dan Ekasila yang tercantum di AD ART partai.
Menurutnya, hal itu dilakukan hanya untuk mempermudah pemahaman kepada kader-kadernya.
"Saya katakan betul kalau di internal kami untuk menjelaskan kepada kader-kader gotong royong, Trisila, Ekasila itu bahasa internal kami untuk orang itu bisa paham," terangnya.
"Tapi kalau dalam draft itu nyuwun sewu Pak Slamet nanti bisa betul-betul minta maaf ke saya kalau menuduh dari PDI," pungkasnya.
• Bendera PDI Perjuangan Dibakar Massa, Megawati Soekarnoputri Minta Seluruh Kader Rapatkan Barisan
Simak videonya mulai menit ke- 17.45
Aria Bima Jelaskan soal RUU HIP: Belum Pernah Baca Pidato Bung Karno 1 Juli?
Anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan, Aria Bima memberikan tanggapan terkait aksi protes dan tudingan yang disampaikan oleh Ketua Persaudaraan Alumni 212, Slamet Maarif.
Dilansir TribunWow.com, Slamet Maarif sebelumnya membenarkan terkait aksi demo hingga pembakaran bendera Partai PDIP di depan Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (24/6/2020).
Alasannya karena masyarakat jelas menolak Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) yang dinilai telah bertentangan dengan ideologi bangsa yang sebenarnya.
Dikatakan Slamet Maarif, dua hal yang paling disorot adalah perubahan bunyi sila pertama dan penyusutan menjadi Trisila dan Ekasila.
Aria Bima lantas mengaku tidak membenarkan tudingan yang disampaikan oleh Slamet Maarif.
Menurutnya, dalam poin-poin dalam RUU HIP tidak seperti yang dibayangkan oleh Slamet Maarif maupun masyarakat Indonesia.
Dirinya menganggap bahwa Slamet Maarif belum pernah membaca pidato presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno pada 1 Juli, bertepatan dengan hari Kesaktian Pancasila.
Aria Bima lantas membacakan potongan pidato dari Ir. Soekarno.
• Bendera Kebesarannya Dibakar, PDIP akan Tempuh Jalur Hukum: Kami Tengarai Ini Memang Disengaja
"Kalau Pak Slamet ada tuduhan tadi ada unsur-unsur yang itu dianggap tidak sesuai dengan Ketuhanan Yang Maha Esa, karena ada ketuhanan yang berkebudayaan," ujar Aria Bima.
"Tak bacakkan, 'Gek-gek' (jangan-jangan, -red) Pak Slamet belum pernah baca pidato Bung Karno 1 Juli?" ucapnya.
"Saya bacakan, prinsip kelima menyusun Indonesia merdeka dengan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa."
"Prinsip ketuhanan bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan, tuhannya sendiri."
"Hendaknya negara Indonesia negara yang tiap-tiap orangnya menyembah Tuhan, dengan cara yang leluasa, segenap rakyat hendaknya bertuhan secara berkebudayaan yakni dengan tiada egoisme agama dan hendaknya negara Indonesia suatu negara bertuhan marilah kita amalkan jalankan agama baik Islam, baik Kristen dengan cara beradab," kata Aria Bima membacakan pidato dari Ir. Soekarno.
Aria Bima mengakui bahwa dirinya juga paham dengan yang apa dimaksud dengan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sementara itu menurutnya, terkait perubahan Ketuhanan yang Berkebudayaan bukan berarti menghilangkan Tuhan yang satu tadi.
"Jadi begini, kita paham betul yang bener itu ketuhanan yang maha esa," kata Aria Bima.
"Jangan diantitesis itu proses awal, ketuhanan dan kebudayaan itu bukan antitesis bukan menghilangkan Ketuhanan Yang Maha Esa," tegasnya.
"Memang berbudaya, cara mengekspresikan ketuhanan itu," pungkasnya.
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)