Breaking News:

Terkini Nasional

Hari Ini Gerhana Matahari, Bahaya Lihat Matahari Secara Langsung, Simak Penjelasannya

Gerhana matahari memang merupakan satu di antara fenomena langit yang menarik untuk diamati.

Editor: Atri Wahyu Mukti
Twitter.com/@infoBMKG
Gerhana matahari cincin - Gerhana matahari memang merupakan satu di antara fenomena langit yang menarik untuk diamati. 

TRIBUNWOW.COM - Gerhana matahari memang merupakan satu di antara fenomena langit yang menarik untuk diamati.

Kendati demikian, kita tak boleh melihat gerhana matahari secara langsung.

Jika mengamati gerhana matahari secara langsung, bisa berbahaya.

Hal ini pernah dijelaskan dalam pemberitaan Kompas.com pada 2016.

Gerhana Matahari Hari Ini 21 Juni, Ini 31 Wilayah Indonesia yang Dapat Melihat, Mulai Aceh 13.16 WIB

Cahaya dari sinar matahari ternyata memiiki intensitas sangat tinggi.

Karena itu, cahaya tersebut bisa merusak retina di belakang bola mata.

Kondisi itu dikenal juga sebagai solar retinopathy.

Jika terjadi, bukan tidak mungkin retina rusak permanen.

Tak sedikit yang ingin mengamati gerhana matahari secara langsung lantaran fenomena langit itu "nyaman" dilihat karena seolah meredup.

Padahal, justru itulah letak bahayanya.

Saat terjadi gerhana matahari, langit sekitar berubah gelap.

Adapun pupil di lensa mata tak bisa bereaksi dengan tepat dalam kondisi level kontras yang tinggi.

Bagian pengatur cahaya yang masuk ke mata dengan cara mengatur lebar bukaan iris itu, bekerja dengan mengukur cahaya keseluruhan di lingkungan sekitar.

Akhirnya, pupil mata justru melebar sehingga jumlah cahaya yang masuk dan terfokus di retina meningkat saat memandang gerhana yang diselimuti langit gelap.

Padahal, intensitas cahaya di bagian matahari yang tidak tertutup bulan sewaktu gerhana (baik saat gerhana sebagian maupun cincin saat gerhana total) sama dengan waktu-waktu biasa.

Cahaya kuat dari matahari pun bebas melenggang masuk ke mata tanpa bisa dicegah, dan mulai merusak retina.

Proses ini berlangsung tanpa rasa sakit sehingga kerap membuat orang tak sadar matanya mulai rusak.

Bacaan Niat, Tata Cara, Naskah Khutbah, Waktu Pelaksanaan Salat Khusuf Gerhana Matahari 21 Juni

Tips Aman Melihat Gerhana Matahari

Gerhana matahari cincin (GMC) bakal terjadi pada 21 Juni 2020.

Adapun gerhana matahari itu dapat diamati di beberapa wilayah Indonesia.

Namun, fenomena GMC itu hanya terlihat sekitar 20 persen saja.

Bagi Anda yang mengamati GMC tersebut, ada beberapa tips yang mesti dilakukan.

Pasalnya, menatap matahari langsung tanpa pelindung dapat membahayakan retina mata dalam waktu sesaat.

Berikut tips aman melihat gerhana matahari cincin, versi Dosen Ilmu Falak pada Jurusan Astronomi Islam Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe, Tgk Ismail SSy MA, dikutip TribunJabar.id dari Serambinews.com:

1. Menggunakan teleskop yang telah dilindungi dengan filter matahari.

Perlu diingat, walau telah dilindungi dengan filter matahari tetap jangan berlama-lama menatap matahari, hindari jangan sampai lebih dari tiga menit.

Usahakan setelah melihat matahari dalam durasi tiga menit untuk melihat medan pandang yang hijau atau ke arah lain agar mata merasa stabil kembali.

2. Menggunakan kacamata matahari. Kacamata ini terbuat khusus untuk mengamati matahari.

Untuk mendapatkan kacamata matahari tentunya sedikit sulit, namun dengan sistem jual beli online tentu kesulitan tersebut bisa teratasi.

3. Menggunakan kaca las nomor 14. Kaca las ini tergolong mudah didapatkan dan pastinya harga juga terjangkau.

Gunakan kaca las tersebut menutupi kedua mata selama pengamatan gerhana, jangan pernah dilepaskan saat masih menatap matahari walau sesaat. 

Kapan Waktu Pelaksanaan Salat Gerhana Matahari? Bisa Dilakukan Berjamaah atau Sendirian

Penjelasan Ahli

Menurut Peneliti dari Pusat Sains Antariksa (Pusainsa) Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) Emmanuel Sungging Mumpungi, GMC tidak akan terlihat secara penuh di Indonesia.

"Kalau melihat peta (terjadinya GMC), wilayah Indonesia hanya sekitar 20 persen parsial," kata Sungging, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (18/6/2020).

Berdasarkan dokumen PDF yang dirilis BMKG, GMC terjadi saat Matahari, Bulan, dan Bumi tepat segaris.

Saat itu terjadi, piringan Bulan yang teramati dari Bumi lebih kecil daripada piringan Matahari.

Akibatnya, saat puncak gerhana, Matahari akan tampak seperti cincin.

Dari Bumi, Matahari akan terlihat gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya.

Dikutip TribunJabar.id dari Kompas.com, waktu dimulainya GMC ini berbeda-beda setiap wilayah.

Paling awal, waktu mulai gerhana ini terjadi di Sabang, Aceh pada pukul 13.16 WIB.

Sementara itu, wilayah yang waktu gerhananya paling akhir adalah di Kepanjen, Jawa Timur, yaitu pada pukul 15.19 WIB.

Foto proses terjadinya gerhana matahari cincin yang diambil dari Alun-alun Cimahi, Kamis (26/12/2019).
Foto proses terjadinya gerhana matahari cincin yang diambil dari Alun-alun Cimahi, Kamis (26/12/2019). (Tribun Jabar/Syarif Pulloh Anwari)

Pun begitu dengan waktu puncak gerhananya, di tiap wilayah akan berbeda.

Di Kota Sabang, Aceh, waktu puncak gerhana terjadi pada pukul 14.34 WIB.

Sedangkan, di Agats, Papua, waktu puncak GMC adalah pukul 17.37 WIT.

Sabang jadi wilayah paling awal di Indonesia melihat puncak GMC.

Lalu, Agats jadi yang paling akhir melihat puncak GMC.

Kontak akhir paling awal akan terjadi di Tais, Bengkulu yang terjadi pukul 15.06 WIB dan waktu kontak akhir paling akhir akan terjadi di Melonguane, Sulawesi Utara, pada pukul 17.31 WITA.

Adapun saat membandingkan selisih waktu antara kontak akhir dan waktu kontak awal di setiap kota, diketahui bahwa durasi gerhana paling sebentar akan terjadi di Kepanjen, Jawa Timur selama 3 menit 17,1 detik.

Durasi gerhana paling lama akan terjadi di Sabang, Aceh selama 2 jam 27 menit 11,1 detik.

Lantas, apakah GMC ini juga dapat teramati di Jawa Barat?

Masih menurut rilis BMKG, GMC 21 Juni 2020 ini akan melewati 432 pusat kota dan kabupaten di 31 provinsi
berupa.

Yang mana, GMC itu teramati sebagai gerhana matahari sebagian, dengan magnitudo terentang antara 0,000 di Kepanjen, Jawa Timur sampai dengan 0,522 di Melonguane, Sulawesi Utara.

Sementara itu, di 83 pusat kota lainnya, yaitu dua kota di Bengkulu, tujuh kota di Lampung, sepuluh kota Jawa Tengah, dan tujuh kota di Jawa Timur, serta semua kota di Jawa Barat (terkecuali Indramayu), Banten, DKI Jakarta,
dan DI Yogyakarta tidak akan dilalui gerhana ini, karena nilai magnitudo gerhananya kurang dari
0.

Hal senada juga sempat diungkapkan oleh Staf Peneliti Bosscha, Yatni saat dikonfirmasi Tribun Jabar melalui sambungan telpon pada Rabu (17/6/2020).

Dia mengatakan,  pengamatan gerhana matahari cincin hanya bisa disaksikan di daerah Aceh, Sumatera, dan Kalimantan, itu juga hanya 13 persen pada saat puncaknya.

Sedangkan di wilayah lain Seperti di Sulawesi, Ambon, dan Maluku, terutama di Maluku Utara, gerhana matahari cincin pada puncaknya 30 persen menutupi matahari.

Yatni menjelaskan fenomena alam gerhana matahari cincin untuk wilayah Bandung dan Jakarta tidak akan bisa diamati.

"Gerhana matahari cincin nanti pada tanggal 21 Juni mendatang, sayangnya tidak bisa diamati di Bandung dan Jakarta."

"Indonesia hanya sebagian dan itu pun sebagian kecil, hanya 13-20 persen itu juga bisa diamati di wilayah Aceh, Sumatera dan Kalimantan, " ujar Yatni.

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Ada Gerhana Matahari Cincin Hari Ini, Ternyata Ini Bahaya Lihat Gerhana Matahari Secara Langsung

Sumber: Tribun Jabar
Tags:
Gerhana MatahariIndonesia
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved