Terkini Nasional
Ungkap 130 Anak di Jawa Timur Positif Covid-19, Gugus Tugas: Satu Meninggal, Umur 1,6 Tahun
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur mengungkapkan anak-anak yang positif terjangkit Covid-19 di wilayahnya mencapai jumlah 130 anak.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur mengungkapkan anak-anak yang positif terjangkit Virus Corona di wilayahnya mencapai jumlah hingga 130 orang.
Jumlah tersebut berdasarkan dari perhitungan kelompok anak yang berusia mulai dari 0 hingga 9 tahun.
Sementara itu, jumlah anak dibawah lima tahun yang juga teridentifikasi positif berjumlah sebanyak 50 orang.

• Kasus Positif di Jawa Timur Capai 4.112, Ketua Tracing Covid: Mau Tak Mau akan Memasuki New Normal
Diketahui, Jawa Timur saat ini tengah menjadi satu diantara episentrum baru penularan virus di Indonesia.
Lonjakan kasus harian di wilayah tersebut hingga kini masih terus bertambah.
Namun, lonjakan kasus ini bukan berarti penularan di Jawa Timur masif terjadi.
Pasalnya, peningkatan kasus tersebut merupakan hasil upaya dari pemerintah provinsi yang terus menggelar uji tes secara massal.
Sehingga, makin banyak kasus yang terungkap secara faktual mendekati jumlah asli penderita yang terjangkit di lapangan.
Dilansir KompasTV, Selasa (2/6/2020), Ketua Tim Kuratif Gugus Tugas Covid-19 Jatim, dr Joni Wahyuhadi memaparkan rincian jumlah anak yang positif terinfeksi.
Hal ini disampaikannnya dalam sebuah konferensi pers di Gedung Grahadi, Surabaya, Jawa Timur.
Dalam kesempatan tersebut, Joni mengungkapkan bahwa total keseluruhan anak dengan kasus positif di Jatim berjumlah 130 orang.
Besaran ini merupakan total dari kasus positif yang diderita anak dengan rentang usia dari 0 hingga 9 tahun di seluruh wilayah Jawa Timur.
Namun Joni mengungkapkan bahwa jumlah terbesar dari total kasus tersebut berada di wilayah Kota Surabaya.
"0 sampai 9 tahun itu jumlah yang sakit 130, itu terdiri dari laki-laki 71, perempuan 59," ungkap Joni.
Ia kemudian menyebutkan rincian banyaknya balita yang terjangkit virus dari total jumlah anak tersebut.
"Kemudian kalau kita kelompokkan pada umur balita maka yang sakit sebanyak laki-laki 22 yang perempuan 28," terangnya.
Joni mengatakan bahwa dari jumlah tersebut, terdapat seorang anak berumur 1,6 tahun yang meninggal dunia.
Diketahui, balita tersebut ternyata memiliki penyakit comorbid atau penyakit perantara saat terjangkit Covid-19.
"Diantaranya itu ada satu yang meninggal, umur 1,6 tahun, tapi itu kebetulan juga ada demam berdarahnya," tutur Joni.
Melalui analisis dari pihak gugus tugas, Joni menyebutkan adanya dua sumber penularan yang membuat anak-anak tersebut terinfeksi.
Sumber penularan terbanyak menurut catatan, berasal dari orangtua sang anak yang terlebih dahulu terjangkit.
Sedangkan sumber penularan lainnya adalah dari lingkungan sekitar seperti misalnya pengasuh sang anak.
"Ketularannya memang paling banyak dari orangtuanya. Tapi ada juga orangtuanya ternyata negatif. Artinya dari pengasuhnya," kata Joni.
Lihat tayangan selengkapnya dari menit pertama: 02:00:
Penyebab Peningkatan Kasus di Jawa Timur
Epidemiolog dari FKM UI, Pandu Riono, membeberkan analisis penyebab kasus harian Covid-19 di Jawa Timur terus melonjak.
Pandu menyinggung adaya dua kemungkinan yang dapat menyebabkan peningkatan tersebut.
Kemungkinan tersebut antara lain akibat adanya pergerakan arus mudik yang dilakukan penduduk dari wilayah berzona merah ke daerah-daerah di Jawa Timur.
Selain itu bisa juga dikarenakan tes untuk mengidentifikasi Virus Corona yang digalakkan sehingga ditemukan banyak warga yang ternyata sudah terjangkit.
Dilansir Kompas.com, Senin (1/6/2020), melihat adanya peningkatan kasus positif Covid-19 di Jawa Timur, Pandu menyoroti adanya dua kemungkinan.
Penyebab pertama adalah karena adanya arus mudik ke Jawa Timur dari daerah-daerah berzona merah seperti Jabodetabek.
Kedatangan para warga yang menjalankan tradisi mudik menjelang hari Idul Fitri tersebut meningkatkan potensi penularan pada keluarga yang didatangi.
Pasalnya, pasien yang tidak menyadari dirinya telah terjangkit, bisa dengan leluasa bertemu sanak keluarga dan menyebarkan virus tersebut secara luas.
• Soroti Perilaku Warga yang Tak Taat Aturan, Gugus Tugas Jawa Timur: Surabaya Bisa Jadi Wuhan
Sementara itu, kemungkinan lain yang menyebabkan adanya peningkatan kasus tersebut adalah karena tes deteksi Covid-19 yang dilaksanakan secara masif.
Dengan dilakukannya tes tersebut, maka akan muncul jumlah orang yang terjangkit Virus Corona secara faktual.
"Dua faktor yang berpengaruh karena banyak orang yang mudik atau mudik balik, dan peningkatan kapasitas tes pada penduduk yang berisiko," terang Pandu saat dihubungi Kompas.com, Minggu (31/5/2020).
Apabila peningkatan kasus tersebut sejalan dengan peningkatan kapasitas tes Covid-19, Pandu mengatakan bahwa hal itu merupakan tanda yang baik.
Dengan banyaknya warga yang diketahui terjangkit Virus Corona, maka penanganan lebih lanjut akan dapat dilakukan dan bisa menekan penularan lebih lanjut.
Oleh karenanya, Pandu mewanti-wanti agar daerah dengan kasus yang minim tetap waspada karena itu belum berarti daerahnya bebas Covid-19.
"Sehingga kalau ada kabupaten atau kota yang nol kasus atau sedikit, mungkin disebabkan tes yang sedikit juga. Jangan senang dulu," ujar Pandu.
Pandu kemudian menyoroti status pembatasan sosial bersakala besar (PSBB) yang menurutnya masih harus ditetapkan di Jawa Timur.
Pasalnya, dengan peningkatan kasus positif Covid-19 harian tersebut, Jawa Timur dinilai belum bisa mengendalikan pandemi di wilayahnya.
"Jatim belum memenuhi syarat utama dari epidemiologi (untuk melakukan pelonggaran batasan), bahwa penularan belum terkendali," tandas Pandu. (TribunWow.com)