Virus Corona
Kasus Positif di Jawa Timur Capai 4.112, Ketua Tracing Covid: Mau Tak Mau akan Memasuki 'New Normal'
Ketua Rumpun Tracing Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr Kohar Hari Santoso menyinggung mengenai tatanan normal baru di Jawa Timur.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Ketua Rumpun Tracing Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr Kohar Hari Santoso menyinggung mengenai tatanan normal baru di Jawa Timur.
Kohar menyebutkan bahwa pada waktunya nanti, Jawa Timur akan memasuki masa new normal, yakni masa dimana terdapat perubahan budaya untuk menyesuaikan dengan keberadaan Virus Corona.
Oleh karenanya, ia mengimbau agar masyarakat mau menerapkan protokol kesehatan secara seksama baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

• Ungkap Alasan Jawa Timur Memiliki Banyak Kasus Baru, Doni Monardo: Potensi Klaster Sangat Tinggi
Seperti yang diwartakan Kabar Siang tvOne, Kamis (28/5/2020), Jawa Timur telah menjadi satu diantara beberapa provinsi yang banyak menyumbang kasus positif Covid-19.
Pada Kamis siang, tercatat jumlah kasus di Jawa Timur mencapai 4.112 kasus positif.
Menurut data yang didapat, Kohar mengatakan bahwa sebagian besar kasus di Jawa Timur berada di Kota Surabaya.
"Data yang ada pada kami sekarang ini jumlah kasus yang confirmed itu 4.112, kemudian sekitar 53 persennya ada di Surabaya," kata Kohar.
Namun ia menjelaskan bahwa tidak seluruh dari jumlah tersebut merupakan pasien yang perlu perawatan.
Beberapa diantaranya adalah pasien tanpa gejala yang tidak memerlukan perawatan di rumah sakit, namun harus diisolasi.
"Ini sebanyak 4.112 ini bukan orang yang sakit semata, tapi adalah 44 persen dari PDP ini pasien dalam pengawasan, 43 persen itu OTG, orang tanpa gejala, kemudian yang sisanya itu dari ODP, jadi tidak semuanya dalam kondisi sakit, tapi confirmed ada virusnya," terang Kohar.
Menurut perhitungan kasar, di Surabaya sendiri ada sekitar 1000 pasien positif yang memerlukan perawatan.
"Yang kita perlu berhitung lebih detail itu di daerah Surabaya, karena kalau kita perhitungkan tadi sekitar 53 persennya, jadi kalau 44 persen itu OTG, berarti ada seribuan lebih kasus yang memang perlu dirawat inap," lanjutnya.
Oleh karenanya, untuk menampung jumlah pasien yang membludak, pihaknya telah menyiapkan sejumlah rumah sakit darurat.
"Kalau dari perhitungan kita memang ini angka yang cukup mengkhawatirkan oleh karena ini kemudian Jawa Timur mengembangkan rumah sakit darurat," kata Kohar.
"Kalau rumah sakit ini sudah running, insya allah nanti bisa mencapai 500 tempat tidur, insya allah masalah telah terkendali dengan seksama," imbuhnya.
Kemudian Kohar menyoroti mengenai wacana tatanan normal baru atau new normal yang mau tak mau harus dijalani masyarakat pada waktunya nanti.
"Mau tidak mau nanti kita akan memasuki masa new normal, dimana ada perubahan budaya dengan menyesuaikan di semua sektor menyesuaikan dengan keberadaan Covid ini sendiri," singgung Kohar.
"Kalau nanti Covid-nya sudah ada vaksinnya kita bisa berantas dengan vaksinasi, tapi selama belum nemu vaksinnya kan berati virusnya masih bisa di mana-mana," tambahnya.
Oleh karenanya, ia mengimbau masyarakat untuk bersiap dan senantiasa memperhatikan tatanan new normal tersebut melalui sejumlah aspek.
"Masyarakat hendaknya perlu memperhatikan baik new normal ini secara individual, sosial, maupun spesial," ujarnya.
• Jokowi Instruksikan Penanggulangan Covid-19 Difokuskan ke Jawa Timur: Betul-betul Saya Minta
Ia lalu menjelaskan terkait pengertian dari tiap aspek tersebut yang masing-masingnya harus diterapkan secara sungguh-sungguh.
Hal ini bertujuan untuk menekan penyebaran Virus Corona serta mengurangi risiko gejala virus tersebut.
"Individual itu individu memperhatikan untuk memakai masker, cuci tangan, jaga jarak kemudian menjaga imunitas," jelas Kohar.
"Di aspek sosial maka social distancing, kemudian protokol kesehatan serta solidaritas dan semua kegiatan yang sifatnya pakai online akan berkembang."
Sedangkan untuk aspek khusus atau aspek spesial, berkaitan dengan beberapa orang yang rentan terhadap Covid-19.
Golongan orang ini adalah mereka yang memiliki penyakit penyerta dan orang-orang berusia lanjut yang bila terjangkit virus tersebut bisa berakibat fatal.
"Yang spesial ini karena orang-orang tertentu, prone, bisa terjadi mortalitas yaitu orang-orang yang punya comorbid, hendaknya ini kita bisa lakukan pencegahan, pengendalian, dan proteksi," kata Kohar.
"Artinya mereka yang ada comorbid ini kita perlu perhatikan masalah penyekat, pengendalian dan proteksi pada mereka supaya jangan sampai meninggal," pungkasnya.
Lihat tayangan selengkapnya dari menit ke-03:00:
(TribunWow.com/Via)