Virus Corona
Pemudik yang Balik ke Jakarta Jadi Ancaman, Pakar Covid-19: Bawa Penyakit Bisa-bisa Second Wave
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Covid-19, Wiku Adisasmito balk-blakan mengatakan bahwa pemudik yang kembali ke Jakarta di tengah pandemuk Virus Corona
Penulis: Khistian Tauqid Ramadhaniswara
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRBUNWOW.COM - Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Covid-19, Wiku Adisasmito balk-blakan mengatakan bahwa pemudik yang kembali ke Jakarta di tengah pandemuk Virus Corona (Covid-19) bisa menjadi ancaman.
Hal tersebut diungkapkan Wiku Adisasmito melalui kanal YouTube KOMPASTV pada Selasa (26/5/2020).
Mulanya pembawa acara Lula Kamal melontarkan sejumlah pertanyaan pada Wiku Adisasmito.

• UPDATE Virus Corona di Indonesia Selasa 26 Mei 2020: 23.165 Kasus Positif, 5.877 Sembuh
Awalnya, Lula Kamal mengungkapkan keingin tahuannya soal bagaimana cara pemerintah daerah memutuskan untuk memperlonggar atau memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menggunakan peta penyebaran Virus Corona.
"Ini kan sudah tahu, ini akan menjadi acuan kita barangkali 'PSBB diperpanjang atau PSBB dilonggarkan' atau bagaimana sih prof?," tanya Lula Kamal.
Wiku Adisasmito pun menjelaskan bahwa dari peta tersebut memang menjadi pertimbangan pemerintah dalam mengambil keputusan PSBB.
Pemerintah nantinya terlebih dahulu melihat seberapa besar penurunan angka penyebaran Virus Corona.
Contohnya, Jakarta yang mengalami penurunan kasus Virus Corona.
• Viral Foto Praja IPDN Gelar Halalbihalal di Tengah Pandemi Virus Corona, Begini Faktanya
Kendati demikian, Jakarta mempunyai ancaman terbesar, yakni para pemudik yang kembali ke Ibu Kota.
"Ya bisa saja daerah yang belum PSBB jadi PSBB, karena mencapai target karena kasusnya rendah, atau PSBB yang sudah lama yang kinerjanya bagus bisa dicabut," ujar Wiku Adisasmito.
"Jakarta misalnya yang warna biru, itu sudah kelihatan mulai turun," imbuhnya.
"Nah kalau para pemudik yang ngotot mudik terus kembali lagi ke Jakarta dan membawa penyakit itu bisa-bisa menjadi second wave," tandasnya.
Sedangkan dilihat dari peta yang lain, penyebaran Virus Corona di Jawa Timur malah terus naik.
Oleh karena itu, pemerintah daerah bisa mengambil keputusan mengenai kebijakan yang akan diberlakukan.
Tak hanya pemerintah saja, para warga Jawa Timur juga harus berperan untuk menekan angka penyebaran Virus Corona.
"Sedangkan untuk Jawa Timur ini sedang naik-naiknya ini," ujar Wiku Adisasmito.
"Masih naik ke puncak," imbuh Lula Kamal.
"Iya itu yang harus ditekan oleh pimpinan daerah dan seluruh masyarakatnya," tandas Wiku Adisasmito.
Lihat videonya dari menit ke 04:10:
• Ucapan Syukur Mahfud MD Bisa Tetap Berlebaran di Tengah Pandemi Virus Corona
Achmad Yurianto Jelaskan Maksud Herd Immunity
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, menjelaskan herd immunity yang tengah ramai dibicarakan.
Herd immunity atau kekebalan kelompok diisukan menjadi cara masyarakat menangani pandemi Virus Corona di masa depan.
Dilansir TribunWow.com, Achmad Yurianto membantah tegas wacana tersebut.
Menurut dia, metode tersebut tidak tepat untuk kasus pandemi Virus Corona.
"Kita tidak pernah menggunakan definisi herd immunity untuk Covid," tegas Achmad Yurianto, dalam acara Fakta di TvOne, Senin (25/5/2020).
Ia menyebutkan istilah herd immunity umum digunakan dalam imunisasi, seperti yang dilakukan dalam pencegahan penyakit TBC.
"Memang kita memiliki terminologi herd immunity untuk sebuah imunisasi, artinya kita akan menjadikan orang itu kebal secara buatan karena ada vaksin," papar Yurianto.
"Itu herd immunity yang kita kejar, tetapi itu adalah herd immunity yang diciptakan," lanjutnya.
Ia menyebutkan cara tersebut tidak akan digunakan pada pandemi Virus Corona.
Yurianto menilai risikonya terlalu besar.
Dalam penerapan herd immunity, sebagian masyarakat akan dibiarkan terpapar agar secara alami dapat memiliki kekebalan tubuh terhadap virus tersebut.
"Kalau ini enggak, risikonya terlalu besar. Fatalitasnya tinggi," jelas Yurianto.

• Pasar Ramai Lagi, Achmad Yurianto Bantah Ada Relaksasi PSBB: Kami Sedang Buat Skenario-skenario
Dibandingkan herd immunity, Yurianto lebih menyarankan agar masyarakat berusaha menghindari Virus Corona.
"Oleh karena itu sebaiknya tidak tertular, karena ini sesuatu yang bisa dihindari," kata Yurianto.
"Covid bisa dihindari, Covid bukan takdir, Covid bukan pembagian," tegasnya.
"Bukan jatah-jatahan. Ini perilaku yang tidak sehat," tambah Yurianto.
Menurut dia, satu cara yang dapat dilakukan adalah selalu mengenakan masker.
"Oleh karena itu, di antaranya kalau mau sehat gunakan masker," kata Yurianto.
Ia menambahkan dengan menyinggung istilah new normal yang disebut sebagai cara hidup baru setelah pandemi.
Menurut dia, perilaku new normal sebenarnya sudah mulai diterapkan masyarakat dengan mengikuti protokol kesehatan.
"New normal itu terminologi yang baru muncul dari apa yang kita lakukan jauh sebelumnya, yaitu cuci tangan," papar Yurianto.
"Dulu kita enggak pernah cuci tangan, sekarang cuci tangan. Dulu enggak pakai masker, sekarang pakai masker," jelasnya. (TribunWow.com/Khistian TR/Brigitta)