Virus Corona
Ramai Isu 'Herd Immunity', Achmad Yurianto Jelaskan Maksudnya: Covid Bukan Takdir, Bukan Pembagian
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, menjelaskan herd immunity yang tengah ramai dibicarakan.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, menjelaskan herd immunity yang tengah ramai dibicarakan.
Herd immunity atau kekebalan kelompok diisukan menjadi cara masyarakat menangani pandemi Virus Corona di masa depan.
Dilansir TribunWow.com, Achmad Yurianto membantah tegas wacana tersebut.

• Sibuk Jadi Jubir Covid-19, Achmad Yurianto Ngaku Kini Tak Ada Waktu untuk Mancing: Kangen Banget
Menurut dia, metode tersebut tidak tepat untuk kasus pandemi Virus Corona.
"Kita tidak pernah menggunakan definisi herd immunity untuk Covid," tegas Achmad Yurianto, dalam acara Fakta di TvOne, Senin (25/5/2020).
Ia menyebutkan istilah herd immunity umum digunakan dalam imunisasi, seperti yang dilakukan dalam pencegahan penyakit TBC.
"Memang kita memiliki terminologi herd immunity untuk sebuah imunisasi, artinya kita akan menjadikan orang itu kebal secara buatan karena ada vaksin," papar Yurianto.
"Itu herd immunity yang kita kejar, tetapi itu adalah herd immunity yang diciptakan," lanjutnya.
Ia menyebutkan cara tersebut tidak akan digunakan pada pandemi Virus Corona.
Yurianto menilai risikonya terlalu besar.
Dalam penerapan herd immunity, sebagian masyarakat akan dibiarkan terpapar agar secara alami dapat memiliki kekebalan tubuh terhadap virus tersebut.
"Kalau ini enggak, risikonya terlalu besar. Fatalitasnya tinggi," jelas Yurianto.
• Pasar Ramai Lagi, Achmad Yurianto Bantah Ada Relaksasi PSBB: Kami Sedang Buat Skenario-skenario
Dibandingkan herd immunity, Yurianto lebih menyarankan agar masyarakat berusaha menghindari Virus Corona.
"Oleh karena itu sebaiknya tidak tertular, karena ini sesuatu yang bisa dihindari," kata Yurianto.
"Covid bisa dihindari, Covid bukan takdir, Covid bukan pembagian," tegasnya.
"Bukan jatah-jatahan. Ini perilaku yang tidak sehat," tambah Yurianto.
Menurut dia, satu cara yang dapat dilakukan adalah selalu mengenakan masker.
"Oleh karena itu, di antaranya kalau mau sehat gunakan masker," kata Yurianto.
Ia menambahkan dengan menyinggung istilah new normal yang disebut sebagai cara hidup baru setelah pandemi.
Menurut dia, perilaku new normal sebenarnya sudah mulai diterapkan masyarakat dengan mengikuti protokol kesehatan.
"New normal itu terminologi yang baru muncul dari apa yang kita lakukan jauh sebelumnya, yaitu cuci tangan," papar Yurianto.
"Dulu kita enggak pernah cuci tangan, sekarang cuci tangan. Dulu enggak pakai masker, sekarang pakai masker," jelasnya.
• Dokter Tirta Sebut Ungkapan Jokowi soal Damai dengan Corona Salah Kaprah: Bukan Gitu Pak
Lihat videonya mulai menit 1:00
Bantah Pelonggaran PSBB
Penambahan kasus baru Virus Corona di Indonesia terus mengalami kenaikan pada beberapa hari terakhir.
Sempat terjadi rekor penambahan kasus baru terbanyak yakni tembus 689 pada Minggu (13/5/2020).
Kini rekor tersebut kembali terpecahkan setelah pada update terbaru Rabu (20/5/2020), terdapat 693 penambahan kasus baru.
Dilansir TribunWow.com dari laman resmi Covid-19, total kasus Corona di Tanah Air mencapai 19.189 kasus.
• Tegaskan Tak akan Longgarkan PSBB, Anies Baswedan Imbau Pemerintah Introspeksi Diri: Harus Konsisten
Dengan rincian 4.575 orang sudah dipastikan sembuh dan 1.242 pasien dinyatakan meninggal.
Menanggapi kondisi tersebut, Juru Bicara Pemerintah penanganan Covid-19, Achmad Yurianto dengan tegas menampik adanya pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Menurutnya, sejauh ini pemerintah belum ada memutuskan untuk memberikan pelonggaran atau relaksasi.
Artinya, pemerintah masih dalam tujuan awal yakni melakukan penanganan Virus Corona secara maksimal.
Hal ini disampaikan Yurianto di Gedung BNBP yang tayang di kanal Youtube metrotvnews, Rabu (20/5/2020).
"Pemerintah sampai dengan saat ini belum melakukan relaksasi PSBB, pemerintah sampai saat ini masih tetap berpegang teguh pada protokol kesehatan dan pelaksanaan PSBB," tegasnya.
"Karena harus fokus melaksanakan ini dan terus menerus, ditunjang dengan melakukan masif pemeriksaan yang masal yang masif," imbuh dia.

• Viral Video Adu Mulut Petugas dan Pedagang di Bogor yang Tak Terima Ditertibkan: Diam Kamu!
Selain itu, Yurianto juga memastikan bahwa pemerintah terus aktif melakukan pengetesan dan kontak tracking untuk mendapati persebaran Virus Corona.
Menurutnya, penambahan banyaknya kasus Covid-19 menandakan pemerintah banyak melakukan pengetesan.
"Kemudian kontak tracking yang lebih agresif lagi, kalau kita temukan kasusnya kita isolasi dengan sebaik-baiknya, kalau ada yang sakit kita obati sebaik-baiknya," ungkap Yurianto.
"Komitmen pemerintah tetap melakukan ini, indikator keberhasilan kita adalah seberapa banyak kita dapat mengendalikan pertambahan kasus baru yang nantinya juga mampu mengendalikan kasus kematian," sambungnya.
Lebih lanjut, Yurianto mengatakan bahwa pemerintah masih terus melakukan berbagai kajian, berbagai skenario yang dirasa tepat untuk mengatasi atau setidaknya dapat menekan penyebaran Virus Corona.
"Memang benar kami, pemerintah saat ini sedang melakukan berbagai macam kajian, berbagai macam skenario yang kemudian akan kita kembangkan."
"Dan pasti nantinya akan dilaksanakan apabila kondisi pengendalian penyakitnya sudah memungkinkan untuk dilakukan relaksasi, dilakukan upaya untuk mengendorkan pembatasan-pembatasan PSBB."
Sedangkan wacana untuk melonggarkan aturan PSBB hanya akan dilakukan setelah kondisinya memang sudah memungkinkan.
"Mohon untuk tidak dimaknai bahwa sekarang sudah diberlakukan, karena kalau kemudian relaksasi ini tidak terukur, maka yang terjadi adalah penularan-penularan baru," pungkasnya. (TribunWow.com/Brigitta Winasis/Elfan)