Virus Corona
Tanggapi Pernyataan Jokowi soal New Normal di Tengah Corona, IDI: Kita Terlalu Cepat Mengatakan
Wakil Ketum IDI, Dr. M Abid Khumaidi memberikan tanggapan terkait pernyataan dari Presiden Joko Widodo soal rencana kehidupan baru di tengah Corona.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr. M Abid Khumaidi memberikan tanggapan terkait pernyataan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal rencana kehidupan baru di tengah Virus Corona.
Dilansir TribunWow.com, Abid Khumaidi menyebut pemerintah terlalu cepat dalam menyampaikan kemungkinan tersebut.
Menurutnya, pandemi Virus Corona memang tidak mungkin berakhir dalam waktu dekat.
Tidak hanya secara nasional, melainkan juga secara dunia.
• New Normal sebagai Cara Hidup Baru Pasca-pandemi Virus Corona, Jokowi: Berkompromi dengan Covid
Dirinya juga tidak menampik soal akan menghadapi new normal dengan cara hidup berdampingan di tengah Corona.
"Jadi memang kita akan dihadapkan nanti pada sebuah kondisi yang seperti itu," ujar Abid Khumaidi.
"Artinya bahkan tidak mungkin satu tahun ke depan, kita akan berhadapan atau di dalam sebuah kehidupan yang seperti itu," jelasnya.
Meski begitu, kemungkinan tersebut seharusnya belum dikatakan pada saat sekarang.
Karena saat ini semuanya sedang berjuang untuk melawan Virus Corona.
"Tetapi kalau sekarang, kita terlalu cepat kalau mengatakan bahwa kita harus masuk ke new normal," kata Abid Khumaidi.
Lebih lanjut, dirinya merasa khawatir jika pemerintah menggunakan prinsip new normal untuk memunculkan herd immunity.
Kondisi seperti justru dirasa berbahaya karena sengaja masyarakat untuk terinfeksi guna memberikan sebuah kekebalan.
• Ungkap 3 Strategi Penanganan Corona di Jawa Barat, Ridwan Kamil: Kita Hanya Punya Modal Sosial
"Karena ini yang sangat berbahaya, kemudian kalau ada teori herd immunity yang kemudian dikembangkan di dalam new normal ini," tegasnya.
Maka dari itu, tugas pemerintah yang harusnya dilakukan pada saat ini adalah memikirkan bagaiman langkah bijak yang harus dilakukan.
Memastikan setiap langkah yang dilakukan mampu memberikan dampak efektif untuk mencegah penularangan Virus Corona.
"Oleh karena itulah, maka yang pertama tentunya adalah tetap kita harus buat indikator dan kriteria yang berbasis pada data penanganan Covid secara medis dan epidemologis untuk bisa mengatakan bahwa interfensi yang kita lakukan berhasil atau tidak," terangnya.
"Strategi yang kita lakukan sudah tepat atau tidak," pungkasnya.
• Viral Indonesia Teserah, Dokter Ungkap Pengorbanan Selamatkan Korban Corona: Rasanya Sakit Hati
Simak videonya mulai menit ke- 44.27:
IDI Sebut Aksi 'Indonesia Terserah' Buntut Kebijakan Plin-plan
Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Mohammad Adib Khumaidi membenarkan aksi 'Indonesia Terserah' yang dilakukan oleh para tenaga medis.
Dilansir TribunWow.com, para tenaga medis menyuarakan apa yang dirasakannya setelah melihat kondisi masyarakat Indonesia yang masa bodoh terkait penanganan Virus Corona.
Mereka terkesan menyepelekan penularan Virus Corona dan tentunya seakan tidak menghargai kerja keras yang dilakukan oleh tenaga medis.

• Viral Indonesia Teserah, Dokter Ungkap Pengorbanan Selamatkan Korban Corona: Rasanya Sakit Hati
Adib Khumaidi menilai apa yang dilakukan oleh masyarakat tidak mencerminkan kepatuhan terhadap aturan yang berlaku dalam pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Termasuk juga tidak mengindahkan imbauan dari pemerintah untuk melakukan physical distancing dan tetap di rumah saja.
Ia mengaku sangat prihatin menyaksikan kondisi yang sedang terjadi di tengah pandemi Virus Corona.
Karena di satu sisi, tenaga medis berjuang mempertaruhkan nyawa, tetapi masyarakat justru masih abai.
"Sebuah bentuk keprihatinan kami terhadap proses penanganan Covid-19 ini karena kami masih melihat bahwa ada masyarakat yang masih abai terhadap imbauan-imbauan yang sudah dilakukan oleh pemerintah, aturan-aturan yang sudah dilakukan," ujar Adib Khumaidi.
"Dan masih banyak yang belum memahami bahwa esensi daripada imbauan aturan itu salah satunya adalah untuk memutus mata rantai penularan," jelasnya.
• Teriak-teriak Bubarkan Pedagang di Pasar Anyar, Bima Arya: Kita Solidaritas sama Tenaga Kesehatan
Tidak hanya menyoroti masyarakat yang masih 'ngeyel', Adib Humaidi kemudian menyingung kebijakan dari pemerintah.
Menurutnya, kondisi tersebut juga tidak terlepas dari buntut kebijakan yang semrawut dan terkesan plin-plan.
Termasuk kebijakan yang baru yakni memberikan pelonggaran PSBB dan membuka moda transportasi.
Alhasil masyarakat bukan malah semakin terikat, melainkan justru sebaliknya diberikan ruang.
"Masih banyaknya masyarakat yang kemudian berkumpul, bergerombol dan juga ditunjang oleh aturan-aturan yang berubah-ubah," ungkapnya.
Adib Humaidi kemudian menyebut hal itu akan mempunyai risiko besar terhadap masalah kesehatan karena kemungkinan orang yang tertular akan semakin banyak.
Dan yang merasakan beban berat itu tidak lain adalah para tenaga kesehatan.
"Tentunya ini memberikan dampak ke depan yang bukan tidak mungkin beban daripada kesehatan ini akan semakin besar," pungkasnya.
• Ungkap 3 Strategi Penanganan Corona di Jawa Barat, Ridwan Kamil: Kita Hanya Punya Modal Sosial
Simak videonya:
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)