Virus Corona
Lelaki Lebih Rentan Meninggal karena Corona, Ilmuwan Australia Ungkap Alasan Perempuan Lebih Kebal
Profesor Genetika Jenny Graves mengungkapkan alasan perempuan cenderung lebih kebal terhadap Virus Corona (Covid-19) dibandingkan laki-laki.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Profesor Genetika Jenny Graves mengungkapkan alasan perempuan cenderung lebih kebal terhadap Virus Corona (Covid-19) dibandingkan laki-laki.
Dikutip TribunWow.com, hal itu ia sampaikan melalui kanal YouTube Najwa Shihab, diunggah Selasa (12/5/2020).
Gugus Tugas Penanganan Covid-19 akhirnya merilis kriteria jenis kelamin dalam data kasus positif Virus Corona di Indonesia.

• Teliti Vaksin Virus Corona, Berikut Empat Jenis Metode Pengembangan yang Dilakukan Ilmuwan di Dunia
Berdasarkan data yang dimuat di laman covid19.go.id, perbandingan jumlah pasien meninggal berjenis kelamin laki-laki mencapai 64,9 persen sedangkan perempuan sebanyak 35,1 persen per Rabu (13/5/2020) siang.
Fenomena tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia.
Sebanyak 33 negara yang telah melaporkan kematian akibat pandemi Virus Corona juga mengungkapkan data yang sama, yakni pasien yang meninggal lebih banyak laki-laki daripada perempuan.
Menurut Jenny Graves, fenomena ini terjadi tidak hanya pada pandemi Virus Corona.
"Di banyak penyakit yang muncul akibat virus, laki-laki lebih rentan daripada perempuan," jelas Jenny Graves.
Ia memberi contoh pada beberapa wabah penyakit yang pernah terjadi sebelumnya.
"Dalam kasus epidemi SARS, MERS, Flu Spanyol, frekuensi laki-laki meninggal itu lebih tinggi," paparnya.
"Bukan hanya di penyakit akibat virus, dalam kasus penyakit akibat bakteri seperti lepra, TBC, bahkan penyakit akibat parasit seperti Leishmania," tambah Graves.
Secara biologis, dua hal yang membedakan laki-laki dan perempuan adalah kromosom dan hormon.
Meskipun begitu, Graves menduga hormon tidak terlalu berperan penting dalam meningkatkan kekebalan tubuh.
"Saya tidak tahu apakah estrogen akan membantu melindungi bila Anda memberi laki-laki estrogen," kata profesor di Universitas La Trobe Australia ini.
• Ilmuwan Klaim LED Ultraviolet Efektif Hilangkan Virus Corona di Udara, Begini Penjelasannya
Ia memberi contoh pada perempuan berusia lanjut pun rasio kematiannya lebih rendah daripada laki-laki.
"Perempuan lanjut usia memiliki sedikit estrogen dan perempuan lanjut usia yang terinfeksi Covid-19 kondisinya cukup baik," jelas Jenny Graves.
"Bahkan perempuan berusa 90 tahun cenderung kurang berisiko meninggal daripada laki-laki berusia 90 tahun," lanjut dia.
Graves kemudian menyinggung perbedaan kromosom X dan Y pada perempuan dan laki-laki.
"Yang menurut saya lebih penting adalah fakta perempuan memiliki dua kromosom X dan laki-laki hanya satu," katanya.
Pada perempuan terdapat dua kromosom X, sedangkan laki-laki memiliki kombinasi kromosom XY.
Keberadaan kromosom X memiliki keuntungan lebih pada fungsi organ tubuh.
"Hal lain yang saya pelajari baru-baru ini, kromosom X menjadi rumah gen kekebalan," ungkap Graves.
Ia menyebutkan ada sekitar 60 persen gen kekebalan dalam kromosom X.
Perempuan yang memiliki kromosom XX jelas mendapat manfaat lebih dari pola genetik tersebut.
"Namun hal yang lebih penting, perempuan memiliki lebih beragam gen di dalamnya," papar Graves.
"Dua kromosom X bisa sangat berbeda dan membuat antibodi yang lebih beragam," lanjut dia.
"Hal ini akan membantu mendorong respons kekebalan tubuh," jelas Jenny Graves.
• Para Ilmuwan Tengah Uji Coba Vaksin BCG untuk Virus Corona, Ternyata Mampu Tingkatkan Imun Tubuh
Lihat videonya mulai dari awal:
Ilmuwan Singapura Prediksi Corona di Indonesia Berakhir Oktober
Para ilmuwan dari Singapore University of Technology and Design (SUTD) memprediksi kapan pandemi Virus Corona akan berakhir di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Dikutip TribunWow.com, analisis tersebut dimuat dalam situs ddi.sutd.edu.sg, Selasa (5/5/2020).
Situs tersebut memperbarui data terbarunya setiap hari berdasarkan kondisi di lapangan.
• Bahas Teori Konspirasi Corona dengan Najwa Shihab, Nadiem Makarim: Harus Ada Orang yang Disalahkan
Tidak hanya Indonesia, SUTD menganalisis grafik pertumbuhan kasus positif Virus Corona di berbagai negara.
Dalam grafik yang menunjukkan laju kasus di Indonesia, tampak kasus Virus Corona mulai muncul sekitar awal Maret 2020.
Grafik ini mencantumkan kasus baru yang muncul tiap hari di Indonesia.
Sejak itu kasus baru per harinya mulai mencapai angka 50 orang pada kurun waktu 10-30 Maret 2020.
Grafik mulai menunjukkan peningkatan tajam sejak bulan Maret sampai April.
Pada 19 April 2020, jumlah kasus baru yang muncul mencapai 350 tiap hari.
Pada beberapa hari, kasus baru yang muncul dapat mencapai hampir 450 orang.
Berdasarkan grafik pertumbuhan kasus, titik puncak pandemi di Indonesia adalah pada bulan April sampai Mei.
Grafik mulai akan melandai dengan cepat sejak saat itu sampai bulan Juli.
Meskipun begitu, diprediksi secara teoretis Virus Corona di Indonesia baru akan benar-benar berakhir pada 7 Oktober 2020, dengan kemungkinan perbedaan 14 sampai 15 hari.
Prediksi tersebut dibuat dengan melihat kasus yang muncul sampai 4 Mei 2020.

• UPDATE Virus Corona di Indonesia, Selasa 5 Mei 2020: 12.071 Kasus Positif, 2.197 Sembuh
Sementara itu, di seluruh dunia pandemi Virus Corona diprediksi akan selesai lebih lambat.
Seperti diketahui, di seluruh dunia kasus positif sudah mencapai angka lebih dari 3,7 juta orang dengan angka kematian lebih dari 258 ribu per Rabu (5/5/2020).
Berdasarkan grafik yang dibuat SUTD, secara teoretis pandemi di dunia akan berakhir pada 20 Desember 2020.
Sementara itu, di negara Amerika Serikat pandemi diperkirakan akan berakhir pada 10 Oktober 2020.
SUTD mengklaim data tersebut dapat terus berubah setiap harinya sesuai penanganan pandemi di lapangan.
Selain itu, prediksi SUTD juga tidak dipengaruhi kenyataan akibat kebijakan pemerintah.
Data ini dibuat dengan Data-Driven Innovation Lab menggunakan model susceptible-infected-recovered (SIR).
Data dikumpulkan dari seluruh dunia untuk memperkirakan titik puncak dan akhir dari pandemi yang melanda dunia ini. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)