Virus Corona
Angkutan Umum Beroperasi, Ketum Ahli Epidemologi Sebut Berisiko: Berfikir Kembali Siapa Musuh Kita
Ketum Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia, DR. Dr Hariadi Wibisono memberikan tanggapan terkait adanya perizinan angkutan umum kembali beroperasi.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Tiffany Marantika Dewi
"Padahal peraturan mengatakan ekstensinya pengecualinya adalah untuk barang dan untuk orang yang bekerja berhubungan dengan upaya penanggulangan Covid-19, di luar itu tetap tidak boleh bergerak."
Tapi kalau itu konotasinya angkutan umum, bagaimana pemerintah bisa menyaring umum ini siapa, apakah dia naik kendaraan umum berkaitan upaya ini apa yang lain," pungkasnya.
• Ungkap Ketakutan ketika PSBB Dilonggarkan, dr Erlina: Kalau Puncaknya Tinggi, Kita Enggak Sanggup
Simak videonya mulai menit awal:
Mardani Ali Sera Sebut Konyol Ide Relaksasi PSBB
Anggota DPR fraksi PKS, Mardani Ali Sera menyoroti wacana pemerintah untuk memberikan relaksasi penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Dilansir TribunWow.com, Mardani Ali Sera menyebut ide relaksasi atau kelonggaran PSBB sebagai hal yang konyol.
Menurut Mardani Ali Sera, tidak ada alasan untuk memberikan kelonggaran atau apapun bentuknya di tengah penyebaran Virus Corona yang masih berlangsung.

• Sebut Krisis Pandemi Corona Terberat sejak Indonesia Merdeka, Sandiaga Uno Ingatkan Peran Besar UMKM
Dirinya mengatakan bahwa Indonesia belum menunjukkan adanya penurunan jumlah kasus Covid-19.
Oleh karena itu, pemerintah seharusnya justru semakin memperketat aturan dari PSBB.
Hal ini disampaikan Mardani dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (5/5/2020).
"Ide relaksasi PSBB konyol Bang Karni, karena itu harus dilawan, nyuwun sewu bahasanya kasar," ujar Mardani.
"Karena kalau itu berlaku berapa banyak kasus," sambungnya.
Menurut Mardani, apa yang dikatakannya tersebut bukan sekadar omongan, melainkan sebuah fakta dan ada datanya.
Dirinya kemudian menunjukkan data berupa grafik tentang gambaran penyebaran Virus Corona di negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Beberapa negara di luar Indonesia sudah banyak yang mengalami penurunan grafiknya.