Breaking News:

Virus Corona

Ulas soal Kapan Covid-19 Berakhir, Nadiem Makariem Beri 2 Pilihan, Percaya Ilmuan atau Konspirasi

Nadiem Makarim menjelaskan bagaimana pandemi Covid-19 saat ini menjadi momen penentu kehidupan manusia ke depannya seperti apa.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
youtube Najwa Shihab
Nadiem Makarim menjelaskan bagaimana pandemi Covid-19 saat ini menjadi momen penentu kehidupan manusia ke depannya seperti apa, Selasa (5/5/2020). 

TRIBUNWOW.COM - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim memberikan penjelasannya soal pandemi Virus Corona (Covid-19) saat ini.

Nadiem mengatakan saat ini setiap kebijakan yang diambil oleh seluruh elemen masyarakat mulai dari individu hingga negara akan mempengaruhi pandemi Covid-19 dan kehidupan setelahnya.

Ia mengatakan masyarakat juga dihadapkan untuk memilih antara percaya dengan ilmuan atau teori-teori konspirasi.

Petugas medis mengambil sampel cairan dari bagian belakang hidung dan tenggorokan penumpang KRL saat melakukan kegiatan tes swab di Stasiun Bekasi, Jawa Barat, Selasa (5/5/2020). Tes swab yang dilakukan secara random untuk 300 penumpang dengan mengumpulkan cairan dari bagian belakang hidung dan tenggorokan tersebut sebagai salah satu metode untuk mendeteksi dan mencegah penyebaran virus corona (Covid-19) di transportasi umum. Tribunnews/Jeprima
Petugas medis mengambil sampel cairan dari bagian belakang hidung dan tenggorokan penumpang KRL saat melakukan kegiatan tes swab di Stasiun Bekasi, Jawa Barat, Selasa (5/5/2020). Tes swab yang dilakukan secara random untuk 300 penumpang dengan mengumpulkan cairan dari bagian belakang hidung dan tenggorokan tersebut sebagai salah satu metode untuk mendeteksi dan mencegah penyebaran virus corona (Covid-19) di transportasi umum. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/Jeprima)

Antisipasi Virus Corona, Dokter Tekankan Pentingnya Pakai Sikat Gigi Pribadi: Ganti 3 Bulan Sekali

Dikutip dari YouTube Najwa Shihab, Selasa (5/5/2020), awalnya Nadiem menyinggung bagaimana jalan pikir rasional harus dimiliki tak hanya oleh individu, tapi juga para pemimpin.

"Akal sehat itu bukan hanya di setiap individu masyarakat tapi pemimpin-pemimpin kita juga harus menggunakan akal sehat," papar Nadiem.

Nadiem menjelaskan bagaimana saat ini spesies manusia sedang diuji untuk menghadapi musuh yang menyerang semua manusia.

"Kita berperang melawan suatu virus yang tidak mengenal border, tidak mengenal perbatasan, tidak mengenal ras, tidak mengenal negara," kata dia.

"Jadinya solidaritas kita sebagai species, sebagai satu kemanusiaan global itu luar biasa pentingnya."

Mantan bos Gojek itu kemudian menyinggung bagaimana pemimpin saat ini juga diuji untuk membuat kebijakan yang berdampak terhadap akhir Covid-19.

"Jadi ini defining moment (momen penentu) bagi banyak sekali pemimpin-pemimpin politik, pemimpin-pemimpin bisnis, pemimpin-pemimpin masyarakat," kata Nadiem.

Nadiem mengatakan kini dunia dihadapi dengan dua pilihan antara mengurus dirinya sendiri-sendiri atau bekerja sama.

"Kita mau pilih jalur yang mana, mau pilih jalur solidaritas dimana kita bergotong royong antara ras, antara negara, antara sektor ekonomi untuk menyelesaikan ini."

"Atau kita hanya mengurus diri ktia sendiri, menyelematkan diri kita sendiri," ucap Nadiem.

Ia lalu menceritakan bagaimana pandemi Covid-19 tidak akan bisa berakhir apabila masing-masing negara hanya memikirkan dirinya sendiri.

"Ironisnya kalau semua orang hanya memikirkan dirinya sendiri, semuanya gagal," ujar Nadiem.

Nadiem lalu menggambarkan skenario yang terjadi apabila masing-masing negara hanya mempedulikan dirinya sendiri-sendiri.

Ia mengatakan ketika seluruh negara melakukan penanganan Covid-19 secara baik tapi ketika ada satu negara yang lalai maka pandemi Covid-19 tidak akan berakhir.

Setuju dengan Nadiem, presenter kondang Najwa Shihab beranggapan bahwa pandemi Covid-19 adalah tantangan terbesar pada generasi saat ini.

Nadiem menambahkan dibanding risiko kesehatan, yang paling krusial adalah bagaimana kehidupan setelah Covid-19, apa langkah-langkah yang akan diambil.

"Kita mau jadi negara-negara yang terbuka atau tertutup," kata dia.

Nadiem kemudian menyinggung bagaimana masyarakat nanti juga dihadapkan dengan dua pilihan apakah mau berpikir rasional dengan berpedoman pada ahli dan ilmuan atau justru percaya dengan konspirasi.

"Kita mau menjadi masyarakat yang percaya kepada scientist dan expert-expert yang rasional atau percaya kepada demagog-demagog atau conspiracy theory thinkers yang mengompori teori-teori konspirasi," paparnya.

"Kita mau reaksi sebagai masyarakat melalui ketakutan atau dengan keyakinan dan solidaritas."

Nadiem mengatakan pilihan-pilihan tersebut yang akan lebih penting untuk diperhatikan karena kan mempengaruhi kehidupan manusia secara keseluruhan.

"Keputusan-keputusan itu akan lebih penting stakes-nya daripada risiko kesehatannya," tandasnya.

Soroti Konspirasi Covid-19 Bersama Najwa Shihab, Nadiem Makarim: Itu adalah Cara Berpikir Malas

Simak video berikut dari menit ke 6.40:

Pandangan dr. Tirta soal Konspirasi

Sebelumnya dr. Tirta Mandira Hudhi telah angkat bicara soal teori-teori konspirasi yang beredar di publik soal pandemi Virus Corona (Covid-19) adalah hal yang dibuat oleh negara tertentu untuk kepentingan tertentu.

Pria yang akrab disapa dr. Tirta tersebut mempersilakan publik untuk percaya maupun tidak percaya soal teori konspirasi yang beredar.

Hal yang ia inginkan jangan sampai karena mempercaya teori konspirasi, orang justru kehilangan empati mereka atas korban-korban yang berjatuhan dari pandemi Covid-19.

Dikutip dari YouTube InCipeng WeTrust, Minggu (26/4/2020), awalnya dr. Tirta menjelaskan bagaimana saat ini begitu banyak teori konspirasi soal pandemi Covid-19 yang beredar di masyarakat.

"Banyak orang bertanya kepadaku bagaimana menghadapi teori konspirasi yang tentang Covid," kata dia.

Mayoritas teori tersebut mengatakan pandemi Covid-19 sengaja dibuat oleh negara tertentu untuk memenuhi suatu agenda rahasia.

"Jadi banyak konspirasi beredar bahwa Covid itu sebenarnya buatan dari Rockefeller lah, China lah, USA lah," ujarnya.

dr. Tirta menegaskan dirinya sama sekali tidak mempermasalahkan apakah publik ingin mempercayai teori-teori tersebut.

"Namanya aja konspirasi, teori, teori itu bisa dipercaya bisa enggak, lu mau percaya boleh, lu enggak percaya boleh silakan," paparnya.

dr Tirta menanggapi beredarnya teori-teori konspirasi yang beredar soal pandemi Covid-19, Senin (27/4/2020).
dr Tirta menanggapi beredarnya teori-teori konspirasi yang beredar soal pandemi Covid-19, Senin (27/4/2020). (YouTube InCipeng WeTrust)

 Tenaga Medis RS di Solo Ungkap Perasaannya Tiap Jaga Pasien Covid-19: Seperti Tunggu Sidang Skripsi

Hal yang ia inginkan adalah agar publik tidak terpecah hanya karena teori konspirasi yang beredar.

"Tapi satu hal yang pasti adalah jangan sampai perbedaan pendapat karena teori konspirasi itu membuat lu berantem, dan membenci satu sama lain," terang dr. Tirta.

Pria yang juga memiliki usaha perawatan sepatu itu juga menyinggung kemungkinan apabila teori konspirasi yang beredar benar adanya.

Apabila hal itu benar apa adanya dr. Tirta mengatakan tetap tidak ada hal yang bisa diperbuat karena orang-orang biasa hanya menjadi boneka dari dalang yang sesungguhnya.

"Anggap teori konspirasi itu benar, kita sekarang hanya menjadi peserta boneka yang diatur, lu bisa apa, lu mau ngapain," ucap dr. Tirta.

"Jadi menurut gua teori-teori yang beredar di luar sana itu, namanya saja teori bisa bener, bisa enggak," imbuhnya.

dr. Tirta juga mengingatkan agar orang yang tidak percaya tentang teori konsentrasi tidak boleh menghina-hina mereka yang percaya.

Jangan Anggap Enteng

dr. Tirta lalu membandingkan dengan sebuah teori konspirasi rekayasa pendaratan di bulan oleh Amerika Serikat, ia tidak mempermasalahkan hal tersebut karena tidak ada korban jiwa yang timbul dari peristiwa itu.

Sedangkan dalam pandemi Covid-19 dr. Tirta menjelaskan bagaimana dalam wabah ini begitu banyak korban yang jatuh.

"Di Covid ini banyak konspirasi-konspirasi beredar, tetapi Covid ini jujur saja memakan korban jiwa banyak banget, dan itu jumlahnya enggak dikit, banyak ribuan," kata dr. Tirta.

dr. Tirta meminta kepada mereka yang percaya soal teori konspirasi Covid-19 agar bisa berempati dengan korban jiwa, dan tidak meremehkan pandemi Covid-19.

"Memang tiga persen yang meninggal, cuma kalian tahu enggak yang kita hadapi sebagai relawan, tenaga medis, lu bayangin 500 kantong jenazah di depan lu sendiri," kata dia.

"Anggap semua yang meninggal di dunia, yang masih menganggap enteng, jika lu percaya konspirasi enggak apa-apa, tapi jangan menganggap enteng korban jiwa," imbuhnya.

Dokter lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu lalu mencontohkan bahwa orang dengan penyakit kronis sebenarnya masih bisa hidup, namun karena terpapar Covid-19 kesehatannya semakin memburuk dan akhirnya meninggal dunia.

"Kalau misalkan orang itu stroke, dia kena Covid, gua tanya dia matinya karena apa? Covid, kalau enggak ada Covid dia hidup enggak? Masih bisa hidup, itu poinnya yang harus kita ambil di sini," tandasnya.

 Simak video berikut mulai dari awal:

(TribunWow.com/Anung)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Covid-19Nadiem MakarimVirus Corona
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved