Virus Corona
Kisah Jasad Petugas Medis NHS Diduga karena Corona Sempat Hilang, Keluarga Dioper-oper saat Tanya
Jenazah seorang petugas medis Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) dilaporkan sempat menghilang berhari-hari.
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Jenazah seorang petugas medis Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) dilaporkan sempat menghilang berhari-hari.
Dikutip dari The Guardian, petugas medis itu diduga meninggal lantaran Virus Corona.
Perawat bernama Donald Suelto itu disebu meninggal sendirian di flatnya di London.
Pihak keluarga menyatakan butuh 6 har untuk mengtahui di mana jasad Donlad Suelto berada.
• 5 PDP Virus Corona di Merangin Tak Terurus, Hanya Diberi Satu Kali Makan Sehari Selama Isolasi
Ketika polisi mengetuk pintu Emylene Suelto Robertson pada Selasa malam pekan lalu di Dunbar, wilayah pantai timur Skotlandia, mereka mengonfirmasi berita yang dia takuti.
Pamannya, perawat NHS Donald "Dondee" Suelto (51), meninggal sendirian di flatnya di London, diduga terinfeksi Virus Corona.
Robertson berharap jasad pamannya itu dapat ditemukan namun agaknya harapannya itu sia-sia.
Di tengah wabah Virus Corona, jenazah yang tidak punya kerabat dekat di lingkungannya akan mengalami serangkaian birokrasi dalam proses penguburan.
Robertson sendiri, telah menghabiskan enam hari lamanya yang menyiksa dirinya dalam mencari jasad sang paman.
“Kami mencari ke mana-mana, saya dan suami saya. Kami menelepon begitu banyak polisi, petugas coroner dan rumah duka yang berbeda untuk mencarinya."
"Tetapi tidak ada yang memberi tahu kami apa yang mereka lakukan setelah mereka mengambil tubuhnya dari flat."
"Keluarga saya di Filipina menelepon saya setiap hari untuk menanyakan apakah kami sudah menemukan jasad itu,” kata Robertson.
Petugas coroner adalah petugas yang menginvestigasi kasus kekerasan, atau kematian yang mencurigakan.
"Apakah dia kembali ke sini? Apakah dia akan dikremasi atau dimakamkan? Saya tidak bisa menjawabnya.
Pada Selasa (14/4/2020), setelah berjam-jam di telepon ketika dia 'dioper' dari satu orang atau departemen ke yang lain, Robertson akhirnya menemukan mayat Suelto di pengadilan coroner Poplar yang belum memutuskan penyebab kematian dari jenazah sang paman.
Donald Suelto merupakan perawat NHS selama 18 tahun yang bermigrasi dari Filipina.
Suelto bekerja di departemen kemoterapi di rumah sakit Hammersmith di London barat.
Robertson menggambarkan pamannya itu sebagai pria yang menyenangkan, gembira, berdedikasi dan peduli. Tiga hari setelah merawat pasien pada 25 Maret yang dites positif Covid-19, Suelto dipulangkan untuk isolasi mandiri.
Robertson secara teratur menghubungi sang paman melalui aplikasi FaceTime dan mengirim pesan ketika dia mulai mengembangkan gejala-gejala ringan tiga hari kemudian.
"Paman saya berkata kepada saya, Saya akan tertular virus, karena pasien saya batuk di depan saya dan saya tidak pakai masker."
Kontak terakhir yang mereka lakukan adalah pada 2 April ketika dia menyebutkan parasetamol tidak melakukan apa pun untuk menurunkan demamnya.
Ketika Robertson tidak mendengar kabar darinya selama lima hari, Robertson melapor pada polisi pada 7 April.
Polisi pun mendobrak pintu flat Suelto pada malam yang sama dan menemukan Suelto telah meninggal dunia.
“Paman saya meninggal dalam pelayanannya sebagai petugas NHS, (dia) tertular virus ini karena kurangnya APD."
"Tetapi keluarga saya berjuang untuk menemukan tubuhnya. Kenapa tidak ada yang bertanggung jawab untuknya?" ungkap Robertson.
Kesedihannya telah diperburuk oleh kesulitan keuangan dalam mengatur pemakaman sang paman.
Untuk itu, Robertson dan teman Suelto melakukan penggalangan dana untuk biaya pemakamannya secara daring.
• Arya Sinulingga Blak-blakan Bongkar Praktik Mafia Alat Kesehatan: Corona Membuka Mata Kita
Seorang juru bicara untuk Imperial College Healthcare NHS Trust mengatakan, "Kami sangat sedih dengan kematian Donald dan belasungkawa kami bersama keluarga, teman dan kolega di saat yang sulit ini. Kami secara ketat mengikuti panduan nasional tentang penggunaan peralatan perlindungan pribadi. Donald tidak bekerja di area untuk pasien Covid-19," demikian ungkap keterangan juru bicara itu.
Jasad Suelto bukan satu-satunya yang hilang dalam kekacauan pandemi ini.
Mohamed el Aswad, seorang pensiunan Inggris-Mesir berusia 84 tahun, meninggal sendirian karena Virus Corona pada 12 April di rumah perawatan Manor Farm di East Ham, London timur.
Dia seorang pria introvert, seorang yang serba ingin tahu dan menyukai tembikar. Dia bekerja selama lebih dari empat dekade sebagai akuntan.
El Aswad belum menikah dan tidak memiliki anak. Ada pun keponakannya di Dubai, Mohamed Morsi, yang pertama kali diberi tahu bahwa pamannya itu telah meninggal.
“Paman saya mendukung saya dari A-Z dalam hidup saya. Dia mendukung keluarganya di Mesir, bahkan saudara jauh. Setiap uang yang dia miliki dia berikan kepada keluarganya,” kata ponakan El Aswad, Morsi.
Seperti Robertson, kesedihan Morsi juga diperparah oleh logistik untuk mengatur pemakaman pamannya dari jauh.
“Di Mesir, pemakaman itu murah, tidak terlalu mahal. Tapi di Inggris biayanya sekitar 4.000 pound Inggris. Saya tidak bisa membayar pemakaman paman saya. Saya berjuang untuk hidup, saya tidak punya tabungan sepeser pun."
Pemerintah Inggris menawarkan hingga 1.000 pound Inggris (sekitar Rp 19 juta) di bawah skema Pembayaran Biaya Pemakaman bagi mereka yang membutuhkan bantuan.
Tetapi rata-rata pemakaman dasar seharga 4.975 pound Inggris (Rp 96 juta) dan kremasi sedikit lebih murah yaitu 3.858 pound Inggris (sekitar Rp 74 juta) menurut laporan tahunan Sun Life Cost of Dying.
Mirip dengan komunitas Yahudi ortodoks, kremasi orang mati dilarang dalam Islam.
Khawatir bahwa tubuh pamannya akan dikremasi jika dibiarkan tidak diklaim, seorang teman Morsi merujuknya ke Eden Care UK.
Yakni sebuah badan amal yang mengakomodasi praktik budaya dan agama dari mendiang paman Morsi dan menyediakan jalur keuangan yang vital bagi keluarga yang berduka yang tidak mampu membayar biaya pemakaman.
Badan amal itu membantu mengoordinasikan penguburan 42 korban Menara Grenfell pada 2017. Sebelum pandemi, mereka menerima rata-rata tiga hingga empat rujukan seminggu.
Sekarang mereka menerima hingga delapan hari.
Abu Mumin, seorang pekerja sosial di badan amal itu, mengatakan, "Banyak keluarga ini yang terjebak. Mereka berduka dan kemudian mereka harus merencanakan pemakaman yang tidak bisa mereka ikuti. Kami berada dalam situasi sulit."
Bagi Mumin, tujuan amal terikat oleh kewajiban agama untuk menghormati martabat orang mati dan melaksanakan ritual terakhir.
"Dia (Morsi) mungkin akan tersesat dalam sistem, jadi saya menghubungi direktur pemakaman dan saya berkata, 'Cepat temukan jasad itu. Mari kita berikan orang itu pemakaman yang bermartabat. Bagi kami sebagai Muslim, itu (mengurus jenazah) berhukum fardhu kifayah (kewajiban komunitas) jika orang tidak maju dan mengubur orang-orang ini.'
'Kami di sini untuk membantu siapa saja yang terkendala dengan perencanaan pemakaman, dengan biaya pemakaman. Kami adalah saudara dan saudari mereka pada saat-saat kebutuhan mereka seperti ini'," jelas Abu Mumin. (Kompas.com/Miranti Kencana Wirawan)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jasad Petugas Medis NHS Ini Sempat Hilang, Keluarga Keluhkan Biaya Pemakaman"