Virus
Tak Cocok Obat Klorokuin, Andrea Dian Cerita Efek yang Dialaminya: Tangan Tremor, Mau Pingsan, Cemas
Aktris Andrea Dian (35) menceritakan perjuangannya melawan Virus Corona yang ada dalam tubuhnya.
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Aktris Andrea Dian (35) menceritakan perjuangannya melawan Virus Corona yang ada dalam tubuhnya.
Diketahui, Andrea Dian memang sempat dinyatakan positif Covid-19 dan harus menjalani perawatan.
Andrea Dian menjalani perawatan Covid-19 di dua rumah sakit, yakni RSAL Mintoharjo, Tanah Abang Jakarta Pusat, dan Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat.
"Ketika dinyatakan positif gue enggak ada diare dan demam. Memang kondisi badan gue dari luar baik," kata Andrea Dian ketika melakukan siaran langsung instagram bersama Reza Rahadian, Kamis (16/4/2020).

• Bersama Ganindra Bimo, Andrea Dian Sampaikan Pesan untuk Pasien Covid-19: Harus Yakin Bisa Sembuh
Wanita kelahiran Jakarta, 11 April 1985 itu menegaskan bahwa Virus Corona menyerang sistem pernapasan manusia atau setiap korbannya.
Sehingga, setiap korban tidak tahu bagaimana penyebaran virus itu di bagian tubuhnya sendiri.
"Makanya selama karantina atau perawatan, gua harus minum vitamin, dicek tubuh gue, kadar tensi, suhu tubuh dan sebagainya," ucapnya.
Kemudian, ketika dirawat atau melakukan karantina di Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid19 Wisma Atlet Kemayoran, istri aktor Ganindra Bimo itu ditawari banyaknya obat yang harus dikonsumsi.
"Salah satu ya klorokuin dan aku enggak bisa minum obat itu. Jadi klorokuin kan obat malaria. Dia punya efek samping yang enggak bisa minum sembarangan orang, dan salah satunya aku," jelasnya.
"Karena aku harus meminum obat sesuai dari resep atau anjuran dokter," tambahnya.
Ketika awal-awal, wanita bernama lengkap Andrea Dian Indria Sari Setiawan itu mengaku sempat mencoba mengonsumsi obat klorokuin.
Tapi, efek sampingnya sangat dirasakan olehnya.
"Aku enggak cocok karena efek sampingnya tangan aku tremor. Udah mau pingsan, mual, dan muntah-muntah. Aku deg-degan banget dan cemas gitu," ungkapnya.
• Andrea Dian Beri Dukungan untuk Tenaga Medis yang Tangani Covid-19, Suami: Yang Dimusuhin Virusnya
Kemudian, lanjut Andrea Dian, melihat efek sampingnya seperti itu, dokter pun menganjurkannya tidak mengonsumsi klorokuin lagi dan hanya meminum vitamin.
"Tapi setiap orang berbeda. Pasien disana efeknya tidak seperti aku," ujar Andrea Dian.
Efeknya ganggu ritme jantung
Sempat disebut efektif obati corona, uji coba klorokuin dihentikan karena hasilkan kelainan ritme jantung pada pasien.
Klorokuin menjadi salah satu obat selain Avigan yang dinilai efektif melawan Virus Corona.
Namun, belakangan uji coba klorokuin justru menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi pasien.
Klorokuin fosfat (chloroquine phosphate) merupakan senyawa sintetis atau kimiawi yang memiliki struktur sama dengan quinine sulfate.
Quinine sulfate berasal dari ekstrak kulit batang pohon kina, yang selama ini juga menjadi obat bagi pasien malaria.
Penelitian awal terhadap klorokuin sebagai obat Covid-19 dilakukan oleh Wuhan Institute of Virology dari Chinese Academy of Sciences.
Berdasarkan penelitian awal, klorokuin dapat menghambat kemampuan virus baru untuk menginfeksi dan tumbuh dalam sel saat diuji pada kera.
Pada 20 Maret lalu, pemerintah Indonesia telah menyiapkan 3 juta butir klorokuin untuk pengobatan Covid-19.
Presiden Joko Widodo menyebutkan selain klorokuin, pemerintah juga mendatangkan 5.000 butir Avigan.
• Andrea Dian Pamerkan Tenaga Medis yang Telah Merawatnya: Hebat Banget Mereka, Nyawa Jadi Taruhan
Percobaan dihentikan
Baru-baru ini, sekelompok peneliti di Brasil menghentikan tes uji klorokuin terhadap pasien Covid-19. Ini karena sekelompok pasien yang mengonsumsi klorokuin dalam dosis tinggi mengalami kelainan ritme jantung yang serius.
Dilansir dari Live Science, Selasa (14/4/2020), para ilmuwan di Brasil mencoba mengetahui seberapa besar potensi klorokuin untuk pengobatan Covid-19.
Sebanyak 440 pasien Covid-19 dibagi menjadi dua kelompok, dengan dua jenis dosis klorokuin:
1. Dosis tinggi (600 mg, 2 kali sehari, selama 10 hari)
2. Dosis rendah (450 mg selama 5 hari, 2 kali sehari hanya pada hari pertama).
Namun ketika baru mengetes 81 pasien, para ilmuwan menemukan tanda-tanda yang kurang baik.
Beberapa hari setelah percobaan tersebut, pasien yang mendapatkan dosis tinggi klorokuin mengalami gangguan ritme jantung yang cukup berbahaya.
Dua orang pasien yang diberi dosis tinggi bahkan mengalami denyut jantung abnormal yang diketahui sebagai ventricular tachychardia.
Kedua pasien tersebut akhirnya meninggal dunia.
• Bagikan Foto-foto Tenaga Medis yang Menanganinya selama Isolasi Covid-19, Andrea Dian: Hargai Mereka
Dosis tinggi klorokuin
Para ilmuwan langsung mewanti-wanti seluruh pekerja medis agar tidak memberikan klorokuin dalam dosis tinggi kepada pasien Covid-19.
“Studi kami memberikan peringatan terhadap penggunaan klorokuin dosis tinggi,” tutur para ilmuwan seperti dikutip dari database di medRxiv.
Selain Brasil, sebuah rumah sakit di Perancis juga menghentikan pengobatan pasien Covid-19 menggunakan terapi hydroxychloroquine usai seorang pasien mengalami kelainan ritme jantung.
Sementara itu, para peneliti di Brasil langsung menghentikan pemberian klorokuin dosis tinggi kepada para pasien.
Namun hingga saat ini, para ilmuwan masih menunggu hasil penelitian terhadap pasien yang diberikan dosis rendah.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Andrea Dian Cerita Efek Obat Klorokuin Sempat Mengalami Tremor Sampai Pingsan