Breaking News:

Virus Corona

Epidemiolog UI Memprediksi Penyebaran Virus Corona Memuncak pada Bulan Ramadan, hingga 1 Juta?

Pakar Epidemiologi UI, Pandu Riono memprediksi persebaran Virus Corona di Indonesia akan mencapai puncaknya pada bulan Ramadan mendatang.

Penulis: Rilo Pambudi
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Capture YouTube Kompas TV
Pakar Epidemiologi UI, Pandu Riono memprediksi persebaran Virus Corona di Indonesia akan mencapai puncaknya pada bulan Ramadan mendatang. 

TRIBUNWOW.COM - Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono memprediksi persebaran Virus Corona di tanah air akan mencapai puncaknya pada bulan Ramadan mendatang.

Hal itu disampaikan Pandu Riono dalam Satu Meja The Forum di kanal Kompas TV, Rabu (15/4/2020) melalui sambungan Skype.

Prediksi tersebut berdasarkan pada semakin tingginya intensitas test yang telah dijalankan pemerintah.

Pakar Epidemiologi UI, Pandu Riono memprediksi persebaran Virus Corona di tanah air akan mencapai puncaknya pada bulan Ramadan mendatang.
Pakar Epidemiologi UI, Pandu Riono memprediksi persebaran Virus Corona di tanah air akan mencapai puncaknya pada bulan Ramadan mendatang. (Capture YouTube Kompas TV)

Imam Prasodjo Ungkap Negara sempat Lengah Hadapi Corona: Kita Diberi Kelonggaran Tuhan Nonton Dulu

Selain itu intensitas PSBB yang dilakukan suatu daerah juga bisa menjadi dasar prakiraan angka tertinggi penularan Covid-19 di Indonesia.

Asumsinya, apabila angka tertinggi itu bisa segera diketahui, maka tugas untuk segera menurunkan angka penularan tersebut akan semakin efektif.

"Epidemi ini memuncak, dengan kita sekarang sudah moderat maksudnya dengan intensitas dengan PSBB dan test sudah mulai meningkat itu di harapkan pada waktu di bulan Ramadan itu akan mulai meningkat tinggi," ujar Pandu Riono.

Di samping itu, apabila nanti di bulan Ramadan Covid-19 ini benar-benar mencapai angka tertingginya, maka akan segera bisa dirunkan dan menghindari angka penularan maksimal yang ditakutkan yaitu 1 juta kasus.

"Kemudian dan kalau terus intensitasnya benar-benar selama bulan Ramadan meningkat, bisa kita turunkan tidak terjadi seperti yang kita takuti mendekati 1 juta," tambahnya.

Imam Prasodjo Nilai Banyak Perusahaan Belum Bantu Masalah Corona: Overlapping Sedikit Enggak Apa-apa

Jokowi Rombak Anggaran Lawan Corona, Sri Mulyani Potong THR, PUPR Korbankan Rp 36,9 Triliun

 

Faktor lain yang bisa menekan angka penularan maksimal adalah memaksimalkan masyarakat di wilayah khususnya Jabodetabek untuk tidak melaksanakan mudik lebaran ke daerah.

Pasalnya, angka pemudik itu sendiri tahun ini diasumikan sekitar 20%  penduduk Jabodetabek atau 50 % dari jumlah mudik tahun lalu.

Oleh karena itu apabila angka pemudik bisa ditekan, jumlah maksimal penularan Covid-19 bisa segara terbaca dan segera diturunkan.

"Dan kemudian kalau mudiknya bisa dicegah,bisa tidak terjadi itu kita bisa mencegah 200 ribu seandainya mudik itu kita biarkan."

"Karena kita asumsinya itu kira-kira 20 % dari penduduk Jabodetabek atau 50 % dari tahun lalu," terang Pandu.

Disinggung soal efektifitas PSBB yang dilaberlakukan baru-baru ini, Padu mengatakan hal itu masih belum berjalan efekti.

Ia memandang, PSBB yang diberlakukan pada minggu-minggu ini setidaknya masih bersifat edukatif.

Asumsi tersebut mungkin melihat dari kacamata pelanggaran dan penertiban yang masih gencar terjadi.

Menurutnya, gerakan PSBB di mana pun wilayahnya nanti perlu senantiasa dilakukan pengembangan monitoring dan evaluasi agar PSBB yang diharapkan benar-benar terimplementasi.

"PSBB yang dilakukan pada minggu-minggu ini masih bersifat edukatif jadi belum efektif."

"Jadi kita perlu mengembangkan monitoring dan evaluasi dari PSBB setiap hari dan kita harus terus meningkatkan supaya PSBB yang diharapkan benar-benar terimplementasi."

Hingga Rabu (15/4/2020), kasus pasien yang tercatat positif adalah sebanyak 5.136 orang.

Jumlah tersebut naik 297 pasien kasus positif dibandingkan dengan hari sebelumnya.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan kasus kematian juga bertambah 10 orang sehingga total menjadi 469 orang.

Adapun jumlah pasien yang sembuh 446 mencapai orang atau meningkat 20 orang dibandingkan dengan sehari sebelumnya.

Lihat videonya mulai dari awal: 

Imam Prasodjo Sebut Negara sempat Lengah Hadapi Corona

Sosiolog Universitas Indonesia, Imam Prasodjo menilai bahwa pemerintah sempat lengah dalam persiapan menghadapi wabah Virus Corona.

Hal itu disampaikan Imam Prasodjo saat menjadi narasumber di acara Indonesia Lawyers Club pada Selasa (14/4/2020).

Imam Prasodjo menyinggung sebenarnya Indonesia sudah memiliki banyak pengalaman kebencanaan.

 Imam Prasodjo Nilai Banyak Perusahaan Belum Bantu Masalah Corona: Overlapping Sedikit Enggak Apa-apa

"Kita ini sebetulnya negara yang sudah memiliki banyak pengalaman bencana."

"Mulai dari bencana yang besar Aceh, Jogja, gempa bumi, terus kemudian Padang dan biasanya kita itu yang diskusi tentang bencana itu ada tiga tahapan yang harus disiapkan jauh-jauh," jelas Imam.

Dalam menghadapi bencana, harus ada persiapan sebelum benar-benar terjadi.

"Pertama adalah prepareness, kesiapan dalam menghadapi bencana yang kemungkinan terjadi di depan."

"Terus kemudian karena persiapan bagus, detail dirancang dengan baik dari berbagai pihak maka pada saat bencana itu betul-betul datang, itu paling tidak sudah dalam situasi tertib dalam menanganinya," katanya.

Sehingga saat bencana itu terjadi sudah jelas tugas dan apa yang akan dikerjakan.

"Siapa dapat tugas apa, itu menjadi jelas terjadi during disaster (selama bencana)," lanjutnya.

 Jokowi Rombak Anggaran Lawan Corona, Sri Mulyani Potong THR, PUPR Korbankan Rp 36,9 Triliun

Selain itu, sesuatu hal setelah bencana itu juga tak kalah pentingnya.

"Yang tidak kalah pentingnya adalah setelah bencana itu terjadi, setelah bencana itu berakhir itu apa yang dilakukan post manajemen, nah apa yang sebetulnya terjadi itu buah dari bagaimana kita dulu melakukan persiapan pada saat sebelum bencana datang," ungkapnya.

Lalu, Imam mengatakan bahwa apa yang terjadi di Wuhan, China hingga Italia itu harusnya menjadi pembelajaran bagi semua pihak, terutama pemerintah.

"Kalau nanti kita evaluasi nah ini kan kita sambil belajar bukan untuk mengkritik, kita bisa evaluasi tentang apa yang terjadi pada saat bencana itu masih di Wuhan misalnya."

"Terus kemudian kita saksikan apa yang terjadi saat ya pelajaran diberikan di kasus Italia, atau kasus di Iran," jelas dia.

Imam menilai, sebenarnya Indonesia memiliki waktu untuk belajar.

 Gita Wirjawan Ragu Indonesia Aman dari Resesi, Singgung Amerika Serikat Terpuruk Gara-gara Corona

"Sebenarnya kita punya waktu untuk menyiapkan diri waktu itu, betapapun waktu kita tidak banyak," sambungnya.

Namun, negara justru lengah dan sempat meremehkan Virus Corona ini.

"Tapi kita diberi kelonggaran oleh Tuhan diminta nonton dulu deh apa yang terjadi di negara lain, nah tapi mohon maaf kalau kita jujur mengatakan."

"Kita sebagai bangsa itu pada awal-awal memang agak lengah dan mungkin agak underistimate terhadap bencana ini, dan bahkan ada yang mengatakan enggak mungkin akan datang karena di wilayah ini kan tropis jadi enggak mungkin agak terjadi," jelas Imam. (TribunWow.com/Rilo/Gipty)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Virus CoronaRamadanUniversitas Indonesia (UI)
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved