Virus Corona
Kisah Anak Pasien Meninggal Corona: Ditolak RS, Sesak di Mobil, hingga Ayah Minta Air sebelum Wafat
Anak dari pasien meninggal Covid-19, David Mulya mengungkap kesaksianya terkait kematian sang ayah.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Anak dari pasien meninggal Covid-19, David Mulya mengungkap kesaksiannya terkait kematian sang ayah.
David Mulya mengatakan bahwa ayahnya sempat ditolak oleh rumah sakit.
Dilansir TribunWow.com dari Channel YouTube Talk Show tv One pada Senin (13/4/2020), David mengatakan bahwa sang ayah mulai sakit pada 21 Maret 2020.
• Soal Imbas Corona Bagi Pengusaha, Apindo Sebut Stimulus Ekonomi Pemerintah Tak Berdampak Langsung
Mulanya, David menuturkan, dirinya hanya merawat ayahnya di rumah lantaran gejala yang dialami hanya panas dan batuk.
"Jadi dia itu mulai ada demam itu di tanggal 21 Maret demamnya masih sekitar 37,5 tapi sudah ada batuk dan dia merasa meriang, panas."
"Nah kita diemin dulu, kita kasih obat biasa nah setelah itu di tanggal 23 panasnya makin naik, 38 nah di situ kita langsung memutuskan ke rumah sakit," kata David.
Saat dibawa ke rumah sakit dan ditanya dokter, David menjelaskan bahwa ayahnya sempat ke luar negeri dan luar kota.
"Ke rumah sakit, pas di sana melakukan tes biasa belum untuk Covid-19 masih cuma ditanya keluhannya apa dan ditanya jalan ke luar negeri enggak."
"Saya cerita bapak sebelum dua minggu tanggal 21 bapak pergi ke Singapura, setelah dari Singapura dia ke Bandung, dokternya langsung cek darah sama Xray pas hasilnya keluar langsung dinyatakan PDP Covid-19," ungkap dia.
Kemudian David menceritakan setelah itu ayahnya ditanya banyak terkait identitas dan dengan siapa saja ia pernah berkontak.
Meski sudah berstatus PDP, namun dokter menyarankan agar sang ayah melakukan isolasi mandiri hingga mendapat kabar dari pihak terkait.
Setelah dua hari hingga tiga hari, David menjelaskan tidak ada kabar dari pihak terkait dan justru disuruh menunggu.
• UPDATE Virus Corona di Dunia, Selasa 14 April: 1,9 Juta Jiwa Terkena Covid-19, AS Ada 587 Ribu Kasus
Karena tak kunjung membaik, akhirnya ia memutuskan membawa sang ayah ke rumah sakit.
Saat diperiksa, paru-parunya sudah dipenuhi bercak putih.
"Empat hari Papa panasnya naik turun, naik turun, sampai akhirnya kita bawa ke rumah sakit untuk nglakuin tes darah ama CT scan."
"Dari hasil paru-parunya, fleknya bercaknya sudah banyak banget," ungkapnya.
Meski demikian, ayahnya justru meminta untuk tetap di rumah.
"Kita tanya Papa mau di rumah apa langsung ke rumah sakit rujukan untuk Covid-19, Papa bilang sudah di rumah dulu kayaknya masih bisa jadi ya udah kita bawa pulang," lanjutnya.
Kemudian, pada tanggal 27 atau 28, David sempat mengecek kondisi ayahnya di kamar.
Lantaran, nafas ayahnya sudah mulai naik turun dan mengalami diare maka dia langsung bergegas membawa sang ayah ke rumah sakit.
Namun, Papanya justru ditolak lantaran rumah sakit yang dituju sudah penuh.
"Pas sampe di sana, Papah enggak di-admit, ditolak, dibilangnya karena full dan juga enggak ada surat yang diberikan dari rumah sakit terkait untuk bisa admit dan lain-lain," ungkapnya.
Lantas, rumah sakit itu hanya menyarankan untuk mencoba mendatangi rumah sakit rujukan atau rumah-rumah sakit lainnya.
• Kembali Tunjukkan Kepedulian Perangi Pandemi Virus Corona, Shah Rukh Khan Kini Sumbang 25.000 APD
Saat mendapatkan rumah sakit, ayahnya kemudian masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).
"Nah mereka suggestnya mendingan untuk mengelilingi rumah sakit rujukan dan tau di mana yang bisa admit dan saya bilang ya enggak ada waktu karena Papa sudah sesak nafas di mobil kan."
"Terus akhirnya kita pergi ke rumah sakit, akhirnya ada satu yang bisa admit Papa saya, di situ saya nunggu 5 jam akhirnya Papa sudah di IGD terus sekitar jam 7 pagi oke harus diadmit."
"Lalu, rumah sakit mengatakan bahwa kamar untuk Papanya baru sekitar pukul tiga sore," cerita David.
Lalu, pada malam harinya ayahnya sempat mengirim pesan via Whatsapp bahwa dirinya sempat kehausan.
"Dan saat itu saya terakhir kali lihat Papa, terus di hari yang sama jam 11 jam 12 Papa WA haus minta air, akhirnya kita harus kirim sopir untuk kasih air putih," ujar dia.
Selain itu, David juga sempat mendapat WhatsApp ayahnya yang mengatakan bahwa sang ayah sempat melepas infus.
Namun, ketika ditelepon balik, sang ayah tak menjawabnya hingga pihak rumah sakit mengatakan kondisi ayahnya sudah drop.
"Nah di malam itu Papa ada WA ada jam 9 malam, katanya infus Papa copot, Papa enggak bisa taruh balik, enggak bisa fix, dan situ sudah lemes, panik, telpon juga enggak diangkat jadi akhirnya."
"Kita ada dapat telpon dari rumah sakit, pas di rumah sakit Papa kondisinya drop, tingkat kesadarannya sudah di angka tiga," ucapnya.
Lalu rumah sakit mengatakan akan menangani ayahnya dengan inkubasi.
• Dosen di Malang Positif Virus Corona, Satgas Covid-19 Lacak Riwayat Kontak sampai ke Kampus
"Akhirnya mereka bilang oke step, yang bisa dilakukan sekarang adalah inkubasi atau fair ventilator," sambungnya seperti akan menangis.
David mengatakan dirinya sempat panik pasalnya perawatan Covid-19 dengan ventilator kadang berhasil kadang tidak.
Meski demikian ia hanya bisa pasrah dan menunggu.
Namun, pada akhirnya nyawa sang ayah tak bisa tertolong hingga meninggal dunia.
David mengaku sempat marah dengan apa yang terjadi.
"Nah kita tunggu, kita berdoa terus sekitar 30 menit dapat telpon dari rumah sakit, mereka bilang ini sudah mencari nadi dan lain-lain tapi sudah enggak bisa."
"Dan mereka mengatakan Papa sudah enggak ada, di situ rasa marah, rasa ingin nyalahin orang lain ada banget," serunya.
Walaupun begitu, David tetap mencoba bijaksana dan meminta agar semua masyarakat tidak meremehkan Virus Corona ini.
"Tapi cuman kita berdoa, bersyukur dari sini cuma pelajaran yang saya dapat bukan hanya untuk kita yang kehilangan Covid-19, semuanya untuk masyarakat," pungkasnya.
• Imbas Pandemi Covid-19, Universal Picture Pilih Tayangkan Film Terbaru secara Gratis di Situs Online
Lihat videonya mulai menit ke-1:09:
(TribunWow.com/Mariah Gipty)