Kalimantan Timur Ibu Kota Baru
Puji-puji Ahok untuk Jadi Bos Ibu Kota Baru, Ali Ngabalin Singgung 'Anak Emas' Jokowi: Nyinyir Ya
Ali Mochtar Ngabalin angkat bicara soal kemungkinan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjadi bos di ibu kota baru.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin angkat bicara soal kemungkinan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjadi bos di ibu kota baru.
Dilansir TribunWow.com, Ali Ngabalin menilai Ahok memenuhi kriteria Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk bisa memimpin ibu kota baru di Pulau Kalimantan.
Meskipun begitu, Ali Ngabalin membantah jika Ahok dikatakan sebagai 'anak emas' Jokowi.
Hal itu disampaikan Ali Ngabalin saat menjadi bintang tamu dalam tayangan 'DUA ARAH' Kompas TV, Senin (9/3/2020).

• Jokowi Sebut Ahok Kandidat Kepala Ibu Kota Baru, Sandiaga: Bukannya Baru Jadi Komut Pertamina?
• Apakah Ahok Harus Mundur sebagai Komut Pertamina jika Pimpin Badan Otorita Ibu Kota Baru?
Pada kesempatan itu, Ali Ngabalin mulanya menyoroti banyaknya kritikan terhadap Ahok.
Menurut dia, wajar-wajar saja jika Jokowi menyebutkan nama Ahok di antara empat kandidat bos di ibu kota baru.
"Kalau menyebutkan nama Ahok dan calon CEO bagi ibu kota negara baru adakah yang ganjil di situ?," tanya Ali Ngabalin.
"Adakah yang bermasalah di situ atau adakah yang bertentangan dengan culture, budaya Indonesia?"
Ali Ngabalin lantas menyinggung sensitifitas banyak pihak saat mendengar nama Ahok.
"Ketika orang menyebutkan nama Ahok kenapa kita rasa gatal badan, gemes-gemes, demam, gitu loh," jelas Ali Ngabalin.
• Jawaban Arya Sinulingga soal Jabatan Ahok di Pertamina jika Terpilih sebagai Kepala Badan Otorita
Menurut dia, Jokowi memiliki alasan tertentu saat memilih Ahok menjadi satu di antara empat kandidat bos ibu kota baru.
"Menyebutkan nama Ahok salah satu di antara 4 nama yang disebutkan bapak presiden karena dia punya kriteria penting," ujar Ali Ngabalin.
Terkait hal itu, Ali Ngabalin pun secara terang-terangan menyebutkan lima kriteria yang dipenuh Ahok untuk memimpin ibu kota baru.
"Pertama, coba perhatikan, anak muda, cepat ambil suatu keputusan, memiliki kemampuan manajerial yang oke, punya resources yang bagus," terang Ali Ngabalin.
"Dia punya kemampuan leadership, ada budaya yang bisa dipakai untuk bisa memimpin sebuah ibu kota negara baru seperti itu."
Lantas, Ali Ngabalin pun secara gamblang setuju jika Ahok ditunjuk sebagai pimpinan di ibu kota baru.
"Kalau nanti ditunjuk oleh bapak presiden ya saya lagi-lagi mengucapkan ahlan wa sahlan," jelas Ali Ngabalin.
Meskipun begitu, ia membantah jika Jokowi mengistimewakan Ahok dalam segala hal.
Menurut Ali Ngabalin, apapun yang diperoleh Ahok saat ini adalah buah dari kerja keras dan kemampuan yang dimiliki mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
"Kalau orang nyinyir ya apa aja ada, bisa dipakai istilah, tidak ada anak emas, anak perak, anak berlian," jelas Ali Ngabalin.
"Yang ada itu adalah anak putera terbaik Indonesia yang memiliki kemampuan, itu aja sebetulnya."
• Ahok akan Dihadirkan di Gedung DPRD DKI Jakarta untuk Ikut Tangani Banjir
Simak video berikut ini dari menit ke-4.09:
Ahok CEO Ibu Kota Baru?
Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja mengumumkan empat calon pemimpin ibu kota baru pada Senin, (2/3/2020).
Ibu kota baru tersebut akan dikelola secara khusus oleh Badan Otorita yang segera dibentuk.
Empat calon pemimpin itu antara lain, Bupati Banyuwangi, Azwar Anas, lalu Komisaris Utama PT Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Direktur Utama Tumiyana, serta Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro.
Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Andrinof Chaniago mengungkapkan bahwa setiap kandidat memiliki kelebihan dan kekurangan.
Namun, ada momen menarik saaat akan menyinggung kelemahan Ahok.
• Sosok Azwar Anas, Calon Pesaing Ahok untuk Pimpin Ibu Kota Baru, Sempat Masuk Bursa Cawagub Jatim
"Tapi seperti yang saya katakan tadi, pertama masing-masing ada plus-plus minus ya," kata Andrinof seperti dikutip dari Kompas TV pada Jumat (6/3/2020).
Lalu, Andrinof mengungkap kelebihan Tumiyana yang ahli dalam bidang infrastruktur.
Namun, untuk membangun Ibu Kota Baru tak cukup mementingkan masalah infrastruktur.
"Pak Tumiyana kan ahli dalam infrastruktur lah, ya dalam membangun infrastruktur."
"Tapi tidak semua infrastruktur yang di bangun di sana," ujarnya.
Sehingga, Andrinof menilai kekurangan Tumiyana adalah dalam bidang birokrasi.
"Kita harus membangun masyarakat bagaimana pemerintah, persiapan pemerintahan, budaya dan segala macam."
"Nah itu kalau berbicara mengenai kekurangan kalau pilihannya Pak Tumiyana," ucap dia.
Selanjutnya, saat mengungkap kelemahan Ahok, Andrinof tampak ragu.
Sehingga, ia sempat diminta presenter untuk lebih 'berani' menyatakan pendapat mengenai kelemahan Ahok.
"Kalau Pak Ahok kita tahu orangnya cepat dan apa minta cepat," ujar Andrinof belum selesai.
"Sebut saja semoga Pak Ahok tidak tersinggung, agak emosional begitu ya," timpal presenter.
• Alasan Jokowi Pilih 4 Calon Termasuk Ahok Pimpin Ibu Kota Baru, Ali Ngabalin: Cari yang Enerjik
Lalu, Andrinof membenarkan apa yang diungkapkan presenter.
Apalagi, nantinya calon pemimpin ibu kota baru harus menghadapi banyak tantangan.
"Ya, ya nah itu kan kalau dilihat tantangannya Pak Ahok ini masalah rumit loh, stake holdernya banyak sekali."
"Dalam negeri, luar negeri, dalam negeri bukan main lagi banyaknya," ucap pria asal Padang ini,
Menurutnya, untuk menghadapi ibu kota baru diperlukan ketenangan meski harus siap kerja cepat
"Kadang dibutuhkan sikap yang cool tapi kerja cepat, tangkas diperlukan," sambung Andrinof.
Sementara itu, Bambang Brodjonegoro memiliki rekam jejak yang bagus di pemerintahan.
"Prof Bambang ya sudah tahulah dia sudah tahu komunikasi dengan DPR sejak di Kementerian Keuanngan, di Bappenas, sudah soal komunikasi beliau bagus."
"Penguasaan jelas ya secara komprehensif, dia Beliau background akademik juga orang regional, makro tapi regional seperti itu," puji Andrinof.
Namun, menurut Andrinof kelemahan Bambang terdapat pada sisi pembangunan infrastruktur.
"Mungkin kalau lapangan dalam infrastruktur mungkin beliau tidak punya pengalaman banyak di situ," sambungnya.
(TribunWow.com/Jayanti Tri Utami/Mariah Gipty)