Siswa SMP di Sleman Hanyut
Identitas 3 Pembina Pramuka SMPN 1 Turi yang Jadi Tersangka Tragedi Susur Sungai Sempor
Tiga pembinan Pramuka SMPN 1 Turi, Sleman akhirnya ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak kepolisian, terkait kasus hanyutnya ratusan siswa.
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Tiga pembinan Pramuka SMPN 1 Turi, Sleman akhirnya ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak kepolisian, terkait kasus hanyutnya ratusan siswa saat susur Sungai Sempor.
Diketahui, tragedi susur sungai itu menewaskan 10 murid sekolah tersebut.
Dikutip dari TribunJogja.com, Selasa (25/2/2020), berikut adalah data diri dari tiga pembina pramuka yang telah berstatus tersangka.
- IYA, kelahiran Sleman 11 April 1983 - PNS Guru SMPN 1 Turi Sleman
- DDS, kelahiran Sleman 24 Januari 1963 - Pembina Pramuka
- R , kelahiran Sleman 1962 - PNS, Ketua Gugus Depan (Gudep)
• VIDEO Permintaan Maaf Pembina Pramuka SMPN 1 Turi, Ungkap Alasan Gelar Susur Sungai
Tiga pembina pramuka tersebut dikenakan Pasal 359 KUH Pidana, Pasal 360 ayat 1 KUH Pidana dengan ancaman penjara lima tahun atau satu tahun.
Kabid Humas Polda DIY, Kombes Pol Yuliyanto menjelaskan sebelumnya telah memeriksa saksi sebanyak 22 orang.
Saksi terdiri dari 7 pembina pramuka, 3 kwarcab, 3 warga/pengelola wisata, 2 siswa selamat, kepala sekolah, dan 6 orangtua korban.
"Tadi (kemarin) siang setelah gelar perkara penyidik menetapkan dua tersangka baru dengan inisial R (57) dan DS (57). Hari ini (kemarin) juga dimulai penahanan kepada yang bersangkutan," jelasnya pada Senin (24/2/2020).
"Kita sudah cukup alat bukti, petunjuk sudah cukup mengarahkan yang bersangkutan jadi tersangka," lanjutnya.
Ketiga tersangka kini sudah mendekam di tahanan polisi.
Yuli mengatakan jumlah tersangka masih mungkin bertambah tergantung hasil penyelidikan.
3 Tersangka Tak Dampingi Murid
Sebelumnya diberitakan, IYA adalah guru yang berinisiatif dalam melaksanakan kegiatan susur Sungai Sempor.
IYA diketahui pergi meninggalkan para murid SMPN 1 Turi saat mereka melakukan kegiatan susur sungai.

Sedangkan R yang merupakan ketua Gudep mengaku hanya menunggu di sekolah, sepanjang kegiatan susur sungai berlangsung.
Sedangkan DDS yang merupakan pembina pramuka dari luar sekolah, menunggu di lokasi finis.
Yuli mengatakan ketiganya justru telah memilki sertifikasi Kursus Mahir Dasar (KMD) Pramuka.
"Justru IYA, DS, dan R yang punya sertifikat kursus mahir dasar (KMD) pramuka, harusnya lebih memahami bagaimana keamanan melakukan kegiatan kepramukaan," tegasnya.
Pembina Pramuka: Mati di Tangan Tuhan
Tita Farza Pradita, siswi SMPN 1 Turi yang hanyut terbawa arus saat mengikuti kegiatan susur Sungai Sempor menceritakan bagaimana pembina pramuka sekolahnya tidak menghiraukan peringatan warga sesaat sebelum melakukan aktivitas tersebut.
Tita menceritakan sebelum memulai kegiatan, pembina pramuka sekolahnya telah diperingatkan oleh warga.
Pembina pramuka yang mendengar peringatan itu justru mengatakan bahwa kematian adalah takdir Tuhan.

• Niat Bantu Cari Korban Susur Sungai Sempor, Relawan Ini Malah Kehilangan Motornya
Dikutip TribunWow.com dari kanal youtube Kompastv, Sabtu (22/2/2020), awalnya Tita menceritakan bagaimana dirinya sempat menolong sejumlah temannya yang juga hanyut terbawa arus.
Ketika melakukan susur sungai, Tita mengatakan kondisi Sungai Sempor belum banjir.
Semakin lama, kondisi ketinggian air Sungai Sempor meluap.
Saat itu Tita sedang bersama dengan seorang siswi lain bernama Fia.
Fia yang mengalami kelelahan akhirnya dibopong oleh Tita di punggungnya.
Tita menceritakan tiba-tiba ia mendapat panggilan dari seorang adik kelas yang memintanya untuk menolong peserta susur sungai yang telah hanyut dari atas.
Ia akhirnya memutuskan untuk menolong kedua rekan sekolahnya yang hanyut.
Kondisi Tita saat itu kedua tangannya masing-masing memegang rekannya yang hanyut, sembari membopong Fia di punggungnya.
Mereka bertiga kemudian hanyut karena derasnya arus Sungai Sempor dalam keadaan banjir.
"Sampai tengah-tengah banjirnya," kata Tita.
Tita menceritakan ia bersama 3 orang yang ditolongnya terbawa arus hingga 10 meter.
Setelah hanyut terbawa arus, Tita kemudian tersangkut di bebatuan.
3 rekannya kemudian tetap hanyut terbawa arus, namun akhirnya tetap selamat.

Tita yang saat itu tersangkut di bebatuan lanjut meminta pertolongan kepada warga.
"Tenggelam semua, terus aku tersangkut di batu," kata Tita.
"Nangis minta tolong, ada warga yang menolong pakai tali," tambahnya.
Tita mengatakan ketika melakukan kegiatan susur Sungai Sempor tidak ada kakak pembina yang mendampingi mereka.
Mengenai kegiatan susur sungai, Tita mengatakan tidak tahu jelas apa tujuan dari aktivitas tersebut.
Ia hanya mengetahui kegiatan tersebut rutin dilakukan setiap tahun menjelang acara kemah.
Mati di Tangan Tuhan
Sebelum melakukan kegiatan susur Sungai Sempor, Tita dan rekannya yang lain sempat dipesankan oleh pembina agar berhati-hati.
"Cuman bilang hati-hati," kata Tita.
"Tapi itu katanya sama warga sudah diingatkan tapi tetep (nekat)," lanjutnya.
Tita mengakui ia juga mendengar peringatan dari warga setempat.
Setelah mendapat peringatan dari warga, Tita mengatakan pembina pramukanya tetap lanjut melaksanakan kegiatan tersebut.
"Enggak apa-apa kalau mati juga di tangan Tuhan," kata Tita meniru jawaban dari kakak pembina pramuka kala itu.
Lihat videonya di bawah ini mulai menit awal:
(TribunWow.com/Anung)