Virus Corona
WHO Sebut Waktu Cegah Perebakan Virus Corona Nyaris Habis, Tedros Adhanom: Kesempatan Semakin Kecil
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kesempatan mencegah Virus Corona semakin menipis, berbagai negara sudah terjangkit.
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Pernyataan mengejutkan disampaikan Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) pada Jumat (21/2/2020).
“Waktu hampir habis” untuk menghentikan menyebarnya Virus Corona, karena perebakan di luar China terus berkembang.
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, “Kita masih berada dalam tahapan di mana usaha pembatasan penyebaran masih bisa dilakukan, tapi kesempatan untuk melakukan hal itu semakin kecil.”
• Kemenkes Sebut Virus Corona Diduga Telah Bermutasi: Tanpa Gejala Bisa Positif Tertular
Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, kendati jumlah penderita di luar China masih relatif kecil, ia cemas karena munculnya kasus-kasus di seluruh dunia yang tampaknya tidak ada hubungan yang jelas dengan China.
Tedros menyebut adanya penderita di Iran dan penderita warga Iran yang membawa virus itu ke Libanon, dan seorang pengunjung Iran yang membawa Virus Korona itu ke Kanada.
Seorang pejabat kesehatan Iran, Minoo Mohraz mengatakan virus itu mungkin terbawa oleh pekerja China yang bekerja di Qom, di mana sebuah perusahaan China sedang membangun pembangkit listrik tenaga surya.
Pasien Virus Korona di Korsel Berlipat Ganda
Ibu kota Korea Selatan melarang protes besar-besaran dan melarang pertemuan satu kelompok agama yang telah menjadi tempat perebakan Virus Corona, sementara wabah itu terus menyebar ke berbagai penjuru negara itu.
Seratus orang dites positif mengidap Virus Corona, sehingga jumlah pasien virus korona di Korea Selatan mencapai 204 orang hingga Jumat (21/2/2020) malam, sebut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea.
Meskipun para pejabat Korea Selatan bersikeras bahwa wabah itu masih “dapat dikendalikan,” jumlah pasien Virus Corona itu kini berlipat dua selama tiga hari berturut-turut.
Sebagian besar infeksi baru di Korea Selatan itu dikaitkan dengan satu kelompok Kristen pinggiran di Daegu, kota terbesar keempat di negara itu.

Wali Kota Daegu telah memperingatkan warga agar tetap tinggal di dalam rumah.
Banyak bisnis tutup dan sekolah-sekolah juga membatalkan kegiatan belajar mengajar.
Di Seoul, yang juga menghadapi lonjakan penderita baru, praktis semua penumpang di bus-bus umum dan kereta api mengenakan masker dan tampak saling berpandangan dengan gugup jika seseorang bersin atau batuk.
“Ini seperti adegan dalam film bencana,” kata Choi In-woo, mahasiswa tahun pertama di kawasan Gwanghwamun di distrik Jongno, yang melaporkan sebagian besar penderita baru di ibukota, Seoul, pekan ini.
“Saya benar-benar takut kalau ini berlangsung lama,” kata Choi, yang universitasnya membatalkan masa orientasi untuk semester baru. (VOA)