Breaking News:

Terkini Nasional

Bahas Polemik Pemulangan WNI Eks ISIS, Hikmahanto: Mereka Bukan Warga Negara Indonesia Lagi

Pakar Hukum Internasional Universitas Indonesia menyarankan pemerintah tidak perlu ambil pusing soal pemulangan WNI eks ISIS ke tanah air

Penulis: anung aulia malik
Editor: Mohamad Yoenus
YouTube Talk Show tvOne
Pakar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana dalam acara APA KABAR INDONESIA MALAM, Kamis (6/2/2020) 

TRIBUNWOW.COM - Wacana pemulangan Warga Negara Indonesia (WNI) yang pernah tergabung dalam kelompok teroris ISIS menuai berbagai reaksi dari masyarakat.

Pakar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menegaskan pemerintah tidak perlu pusing memikirkan para WNI eks ISIS.

Dikutip TribunWow.com dari video kanal YouTube Talk Show tvOne, Kamis (6/2/2020), mulanya Hikmahanto memaparkan soal detil Undang-Undang Kewarganegaraan.

Saat Prabowo Subianto Tak Lanjutkan Sapaan ke Anies Baswedan, Lihat Reaksi sang Gubernur

 

 

Ditanya WNI Eks ISIS Bisa Terlantar karena Tak Dipulangkan, Soleman Ponto: Kenapa Harus Dipikir?

Ia menjelaskan ada beberapa hal yang dapat mengaibatkan seorang WNI kehilangan kewarganegaraan.

Hal tersebut terjadi ketika seorang WNI bergabung ke tentara asing yang merupakan bagian dari suatu negara, maupun pemberontak.

Lalu ketika seorang WNI mengucap janji setia terhadap negara lain hal tersebut juga dapat mengakibatkan hilangnya kewarganegaraannya.

Kemudian Hikamahanto membahas soal Pasal 23 UU 12/2006 tentang Kewarganegaraan, ia menjelaskan berdasarkan pasal tersebut, WNI eks ISIS sudah tidak lagi menjadi bagian dari Indonesia.

"Di situ Pasal 23 mengatakan bahwa Warga Negara Indonesia akan gugur kewarganegaraannya, nah kedua kita tahu bahwa mereka-mereka yang bergabung ke ISIS itu tentu dia sejak awal secara sadar ingin meninggalkan Indonesia, menanggalkan kewarganegaraannya," papar Hikmahanto.

"Artinya, mereka ini bukan Warga Negara Indonesia lagi, lalu kenapa kemudian pemerintah perlu memikirkan mereka," tambahnya.

Hikmahanto mengatakan para WNI eks ISIS tidak bisa lagi mendapat perlindungan dari pemerintah Indonesia karena sudah bukan lagi berstatus sebagai WNI.

"Mereka-mereka ini sekarang bukan Warga Negara Indonesia, jadi menurut saya pemerintah tidak perlu dipusingkan dengan masalah-masalah seperti ini, karena ini merupakan keputusan mereka sendiri," tegas Hikmahanto.

Kondisi tidak bisa pulang setelah bergabung dengan ISIS menurut Hikmahanto merupakan resiko dari keputusan para WNI eks ISIS.

"Dan mereka harus bertanggung jawab, menanggung berbagai resikonya," katanya.

Berbeda dengan WNI yang dewasa dan remaja, Hikmahanto memberikan pandangan berbeda terhadap anak-anak yang turut dibawa oleh keluarga mereka saat bergabung dengan ISIS.

Solusi untuk anak-anak WNI eks ISIS menurut Hikmahanto adalah bagaimana pemerintah berperan menanganinya.

Sarannya adalah pemerintah jangan berperan aktif dalam mengurus persoalan pemulangan WNI eks ISIS.

"Kalau anak-anaknya, kalau mereka memang sejak awal tidak tahu menahu, maka menjadi tanda kutip, peran dari pemerintah ini apakah pemerintah harus proaktif atau pasif saja," kata Hikmahanto.

Apabila pemerintah memang ingin memulangkan anak-anak tersebut, Hikmahanto mengatakan harus ada beberapa proses yang harus dilalui.

"Kalau menurut saya pemerintah itu tidak perlu proaktif memikirkan mereka, kita cukup pasif dengan catatan bahwa kalau ada kehendak dari anak-anaknya ini mau kembali ke Indonesia, tentu ada proses," ujarnya.

"Proses pertama adalah memastikan bahwa seberapa terpapar mereka."

"Kedua bahwa mereka tidak akan menyebarkan paham yang terkait dengan yang mereka yakini pada waktu mereka ikut  bergabung dalam ISIS."

"Ketiga tentu pemerintah juga harus memikirkan tehniknya bagaimana mengembalikan kewarganegaraan mereka," tambahnya.

Mengingat besarnya resiko pemulangan WNI eks ISIS, Hikmahanto menegaskan agar pemerintah tidak perlu memikirkan kondisi eks ISIS, sebab mereka sudah resmi bukan lagi bagian dari Indonesia.

Ia mewanti-wanti agar pemerintah memperhitungkan risiko yang mungkin timbul terhadap keseluruhan penduduk Indonesia.

"Sekali lagi yang ingin saya sampaikan di sini, tidak perlu pemerintah itu proaktif, tidak perlu pemerintah kemudian  harus memikirkan 600, mereka-mereka yang ada di sana," tegas Hikmahanto.

"Karena mereka sudah memutuskan untuk tidak ada di Indonesia," tandasnya.

Penuh Penyesalan, Kisah WNI Eks-ISIS Tak Bisa Pulang ke Indonesia: Saya Sangat Lelah di Sini

Lihat videonya di bawah ini mulai menit awal:

WNI Eks ISIS Menyesal dan Ingin Pulang

Ayah dan anak Warga Negara Indonesia (WNI) yang bergabung dengan organisasi teroris ISIS menceritakan kisah pahit mereka yang kini tak bisa pulang ke tanah air.

Nada Fedulla seorang anak anggota ISIS asal Indonesia mengatakan dirinya sangat ingin kembali pulang ke tanah air karena sudah tidak kuat berada di kamp pengungsi eks-ISIS di Suriah.

Dikutip TribunWow.com dari unggahan akun Twitter BBC News Indonesia, @BBCIndonesia, akun tersebut mengunggah sebuah video yang menampilkan pengakuan dua orang WNI eks-ISIS setelah bergabung dengan organisasi teroris tersebut dan kini tak bisa kembali ke Indonesia.

WNI eks-ISIS, di video unggahan akun twitter/@BBCIndonesia, Rabu (5/2/2020)
WNI eks-ISIS, di video unggahan akun twitter/@BBCIndonesia, Rabu (5/2/2020) (twitter/@BBCIndonesia)

 

 Soal Polemik Pemulangan 600 WNI dari ISIS, Mahfud MD Khawatirkan Ada Virus Baru yang Terbawa

Mulanya Nada, anak seorang anggota eks-ISIS asal Indonesia tidak menyadari bahwa ayahnya akan membawanya ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.

"Sebelumnya saya tidak tahu Ayah akan membawa kami ke sini," jelasnya.

Nada mengatakan ketika masih di Indonesia, dirinya sempat memiliki cita-cita untuk menjadi dokter dan merupakan pribadi yang senang belajar.

"Saat masih bersekolah, saya bercita-cita menjadi dokter, dan saya sangat senang belajar," ujarnya.

Setelah masuk dan hidup di lingkungan ISIS, Nada mengatakan dirinya kadang melihat kebrutalan tentara ISIS yang membantai orang di depan publik agar dapat dilihat oleh seluruh anggotanya.

"Ketika saya pergi berbelanja dengan keluarga, kadang-kadang saya melihat mereka membantai orang-orang," papar Nada.

Nada mengakui dirinya sudah pernah melihat kesadisan dan kebrutalan yang dilakukan oleh anggota ISIS.

"Kepala dan mayat-mayat," terangnya.

Ia lanjut bercerita bagaimana perasaannya terhadap ayahnya yang membawanya ke Suriah, sehingga kini dirinya harus merelakan cita-citanya menjadi dokter.

Nada mengakui dirinya sudah memaafkan ayahnya dan memaklumi kesalahan yang dibuat oleh ayahnya.

"Ya karena dia juga manusia," jelasnya.

"Semua manusia melakukan kesalahan."

"Dia sudah meminta maaf kepada saya tentang apa yang ia lakukan," imbuhnya sembari menitikkan air mata.

Kolase capture video unggahan akun twitter/@BBCIndonesia, Rabu (5/2/2020)
Kolase capture video unggahan akun twitter/@BBCIndonesia, Rabu (5/2/2020) (twitter/@BBCIndonesia)

Ayah Nada, Aref Fedulla yang kini berada di penjara mengakui pergi ke Suriah bergabung dengan ISIS adalah kesalahan terbesar yang pernah ia buat.

"Ini adalah hal tergila dalam hidup saya, saya membawa seluruh keluarga saya ke Suriah," kata Aref.

"Anda membuat kesalahan dalam hidup, semua orang pernah berbuat salah dalam hidup."

"Dan ini adalah kesalahan terbesar yang pernah saya lakukan," tambahnya.

Aref tidak bisa menjawab apakah pemerintah Indonesia harus memulangkan dirinya kembali ke Indonesia.

Pemerintah Indonesia sendiri menurut Aref tidak ada yang pernah menemui dirinya maupun mencoba berkomunikasi.

"Tidak ada satu orang pun dari Indonesia yang mendatangi saya, dan berbicara pada saya, tidak ada satu orang pun," ujar Aref.

Di akhir video, Nada mengungkapkan besarnya keinginan dirinya untuk pulang ke tanah air dan memohon agar orang-orang dapat memaafkan kesalahan yang ia buat.

"Saya sangat lelah di sini, jadi kami akan sangat berterima kasih jika ada orang yang (memaafkan kami)," terang Nada. (TribunWow.com/Anung Malik)

 
Sumber: TribunWow.com
Tags:
ISISUniversitas Indonesia (UI)Warga Negara Indonesia (WNI)Hikmahanto Juwana
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved