Virus Corona
Kabar Baik, Unair Surabaya Miliki Alat Pendeteksi Virus Corona, Akurasi 99 Persen, Sampel dari Dahak
Universitas Airlangga (Unair) Surabaya bekerjasama dengan Kobe University untuk membuat alat pendeteksi Virus Corona.
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Universitas Airlangga (Unair) Surabaya bekerjasama dengan Kobe University untuk membuat alat pendeteksi Virus Corona.
Unair mengklaim alat tersebut bisa mendeteksi Virus Corona dengan tingkat akurasi 99 persen.
Rektor Unair Muhamad Nasih menyebut alat itu bsia mendeteksi Virus Corona hanya dalam beberapa jam saja.
• Viral Kemasan Cairan Dettol Bertuliskan Bisa Bunuh Virus Corona, Ini Kata Pakar Kesehatan
"Tidak butuh waktu lama dalam mengidentifikasi Virus Corona dengan alat tersebut, hanya butuh beberapa jam saja dengan mendeteksi sampel dahak pasien," kata Muhamad Nasih saat dikonfirmasi, Selasa (4/2/2020).
Menurut Nasih, di Indonesia hanya ada dua lembaga yang mempunyai alat tersebut.
Selain Unair, juga Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Kesehatan.
"Ini kabar baik, masyarakat bisa memanfaatkan untuk deteksi seseorang yang suspect atau terkonfirmasi Virus Corona," kata Nasih.
Tidak hanya menyediakan alat, Unair juga menyediakan tim ahli dari RSU dr Soetomo, Rumah Sakit Universitas Airlangga dan Lembaga Penyakit Tropis Unair untuk melakukan identifikasi hingga proses penyembuhan.
Virus yang juga disebut dengan 2019-nCov kini telah menyebar di 25 negara, dari Malaysia hingga Filipina.
Di China, virus tersebut menewaskan hingga ratusan orang.
Menurut Nasih, dunia internasional sempat meragukan warga Indonesia yang belum terkonfirmasi Virus Corona.
"Hal itu justru menjadi pertanyaan, apakah benar Indonesia belum ada yang terkonfirmasi, atau Indonesia belum mampu mendeteksinya. Semoga alat yang kami sediakan bisa menjawab keraguan tersebut," ujar Nasih.
Belum ada pasien yang terjangkit virus
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan bahwa hingga saat ini, belum ada kasus penularan Virus Corona di Indonesia.
Kesimpulan tersebut berdasarkan observasi terhadap laporan dugaan kasus penularan yang disampaikan beberapa rumah sakit.
"Di Indonesia, hingga kini belum ditemukan kasus (penularan) Virus Corona," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Widyawati dalam konferensi pers di Kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin kemarin.
Menurut Kemenkes, sudah ada 34 spesimen (sampel) observasi yang dikirim dari 22 rumah sakit.
Hasilnya, ke-34 spesimen itu dinyatakan negatif dari penularan Virus Corona.
Sementara itu, jumlah korban meninggal akibat wabah Virus Corona di China dilaporkan mencapai jumlah baru, yakni 425 orang.
Kabar itu disampaikan setelah otoritas di Hubei, Provinsi di sentral China yang menjadi lokasi penyebaran virus, melaporkan adanya 64 kematian baru.
• 675 Warga Tinggalkan Natuna setelah Jadi Tempat Isolasi Virus Corona, Ini Kata Kepala Dishub
Selain itu, pemerintah setempat juga menyampaikan bahwa terdapat 3.235 kasus infeksi baru Virus Corona, hingga membuat angkanya menyentuh level 20.400.
Skema Pemulangan WNI setelah Dikarantina di Natuna
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan, pemerintah telah meminta setiap WNI yang sedang menjalani karantina di Natuna untuk menginformasikan terkait alamat dan asal daerahnya.
Proses karantina dilakukan setelah 237 WNI dan 1 WNA dievakuasi dari Wuhan, China.
Informasi tersebut nantinya digunakan untuk mengembalikan WNI ke masing-masing daerah seusai menjalani observasi selama 14 hari di Natuna.
Terawan mengatakan, sebelum dipulangkan, pemerintah akan melakukan sosialiasi lebih dulu agar warga yang menjalani karantina tidak distigma negatif.
"Harus komunikasi, alamat di mana, daerah di mana, mulai disosialisasikan ke wilayah masing-masing. Tempat anak-anaknya di mana," ujar Terawan di kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (4/2/2020).
Terawan menjelaskan skema itu dilakukan supaya ketika mereka pulang tidak dianggap aneh oleh warga daerahnya masing-masing.
Karena itu, perihal alamat identitas penghuni karantina perlu disosialisasikan sejak saat ini.
"Jangan sampai anak-anak pulang ke kampungnya nanti dilihat jadi barang aneh, tidak boleh gitu. Jadi sekarang sosialisasi sudah mulai dilakukan," kata dia.
Di sisi lain, kata Terawan, WNI yang pulang seorang diri dan tak ikut rombongan evakuasi diminta untuk melapor ke pemerintah.
Hal itu dilakukan supaya tidak dikucilkan oleh masyarakat.
"Makanya dia melapor ke kita supaya kita bisa bantu. Kalau enggak melapor ya lalu gimana? Ya saya kan enggak bisa tahu 200 juta (orang) lebih mau masuk keluar kan saya enggak tahu. Makanya harus melapor sehingga kita akan bantu," kata dia.
Diberitakan sebelumnya, terdapat 238 orang yang tengah menjalani karantina setelah dievakuasi dari Kota Wuhan, China.
Masyarakat Natuna menolak daerahnya dijadikan lokasi karantina.
Bahkan, mereka menggelar unjuk rasa yang nyaris berujung anarkistis, saat beberapa warga membakar ban mobil dan di tengah jalan menuju bandara.
Terdapat enam poin tuntutan yang disampaikan demonstran.
Pertama, meminta pemerintah daerah dapat menjadi penyambung lidah kepada pemerintah pusat, untuk menyampaikan apa yang menjadi tuntutan masyarakat Natuna.
Kedua, masyarakat Natuna meminta agar WNI dari Wuhan untuk dipindahkan karantinya di KRI milik TNI.
Kemudian, KRI tersebut ditempatkan di lepas pantai.
Ketiga, masyarakat Natuna meminta agar pemerintah daerah dan pusat memberikan kompensasi berupa jeminan kesehatan seperti posko layanan darurat dan cepat.
• Ahli Patologi IPB Sebut Virus Corona Bisa Menyebar Lewat Kelelawar Buah, Bagaimana jika Dimasak?
Keempat, meminta pemerintah untuk mendatangkan dokter psikiater bagi masyarakat Natuna dan meminta Menteri Kesehatan berkantor di Natuna selama proses karantina dan observasi ini dilakukan di Natuna selama 14 hari.
Kelima, masyarakat natuna berharap segala bentuk kebijakan pemerintah pusat yang akan dilakukan di Natuna harus terlebih dahulu disosialisasikan ke masyarakat Natuna.
Keenam, masyarakat Natuna menilai, apabila pemerintah daerah tidak berhasil menjadi penyambung lidah kepada pemerintah pusat, maka masyarakat Natuna akan menyampaikan mosi tidak percaya terhadap pemerintah daerah.
Sementara itu, Bupati Natuna Abdul Hamid Rizal mengatakan, jarak lokasi karantina warga yang baru pulang dari Wuhan dengan permukiman masyarakat hanya 2 kilometer.
Meski begitu, Hamid Rizal menilai jarak tersebut masih aman untuk warga Natuna.
"Lebih kurang (jaraknya) 2 kilometer-lah. Jadi saya kira masih amanlah, " ujar Abdul di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Rabu (4/2/2020). (Kompas.com/Achmad Faizal/Achmad Nasrudin Yahya)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Unair Punya Alat Pendeteksi Virus Corona dengan Akurasi 99 Persen" dan "Skema Pemerintah Terkait Pemulangan WNI Pasca-Karantina 14 Hari"